Soros Menarget China? (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bisa ulas lebih detil lagi soal rencana revolusi warna yang menarget orang nomor satu di Tiongkok, Bang?” tanya seorang netizen.
Pertanyaan itu mengemuka setelah saya mengulas tentang kemungkinan skenario penjungkalan Xi Jinping pada awal Februari silam. Sekali lagi ini masih kemungkinan, lho ya mengingat kompleksitas faktor geopolitik di China, agak sulit untuk diurai. (baca disini dan disini)
Saya pikir, karena saya telah berjanji akan mengulas faksi yang ada di tubuh PKC China selain kubu Xi Jinping, saya akan menjawab pertanyaan netizen tadi.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam sambutannya di konferensi yang berlangsung pada Hoover Institution yang ada pada Stanford University, George Soros bersuara keras soal kepemimpinan di China yang dinilainya telah menjadi ancaman bagi tatanan demokrasi global.
Ini silakan anda simak dan baca isi pidato dari pria sepuh berusia 91 tahun tersebut. (https://www.georgesoros.com/2022/01/31/george-soros-on-china-remarks-delivered-at-the-hoover-institution/)
“Sejak kepemimpinan Mao, masa itu adalah bencana bagi China, hingga kemudian seorang Deng Xiaoping mengubahnya dengan membuka jalur investasi Barat untuk masuk ke China. Deng melakukan ini karena dia tahu bahwa tanpa investasi, China akan menjadi negara yang terbelakang,” ungkap Soros.
“Tapi ini semua berubah saat Xi Jinping berkuasa di tahun 2012 silam, dimana usahanya untuk membawa perusahaan swasta yang didirikan semasa Deng, ada dalam kendali PKC. Ini jelas merusak mekanisme pasar bebas yang telah dibangun oleh Deng,” tambahnya.
Soros menambahkan, “Alih-alih membiarkan perusahaan swasta berkembang, Xi malah memperkenalkan ‘Impian China’ yang bertujuan untuk melakukan kontrol secara total di China, termasuk pada perusahaan swasta. Dan ini akan membawa bencana bagi China.”
Menanggapi situasi ini, menurut Soros akan memicu faksi yang ada di PKC untuk berontak melawan kepemimpinan Xi. “Xi punya banyak musuh, meskipun nggak ada yang berani menentangnya secara frontal di muka umum karena dia mengendalikan semua lini kekuasaan.”
Dan puncak perlawanan akan diberikan oleh faksi yang ada di PKC, saat Xi yang berencana mendobrak aturan main soal durasi kepemimpinan di China, manakala PKC menggelar kongres partai pada Oktober 2022 mendatang.
Jika selama ini masa kepresidenan hanya bisa 2 kali periode, maka Xi akan mengubah aturan baku itu. Singkatnya masa kepresidenan boleh lebih dari 2 periode. (https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/2135206/how-long-does-chinas-president-xi-plan-hold-power-heres-magic)
Apa yang bisa disimpulkan dari cukilan pidato Soros?
Satu yang pasti, Soros menyinggung adanya faksi pada PKC, di luar kendali Xi Jinping.
Tentang faksi yang ada di China, saya pernah mengulasnya pada tulisan saya tentang China yang diperlakukan oleh kartel Ndoro besar sebagai laboratorium sosial milik mereka. (baca disini, disini dan disini)
Jadi kalo sekarang di PKC ada faksi yang menentang Xi, itu adalah fakta yang nggak bisa disanggah karena memang sejak Deng Xiaoping memimpin, ada faksi dalam tubuh PKC yang mendukungnya.
Pertanyaannya: siapa mereka?
Menurut Sino Insider (SI) selaku konsultan risiko politik China yang mengkhususkan pada analis faksi internal yang ada pada elit PKC, banyak faksi yang ada disana.
Salah satu yang paling menonjol adalah Grup Shanghai yang anggotanya adalah keturunan dari mantan perwira tinggi dan pejabat PKC semasa revolusi 1949. Kalo anda kenal sosok Jiang Zemin sebagai mantan presiden China, ini adalah salah satu sosok penting dari Grup Shanghai. (https://sinoinsider.com/2021/12/what-to-expect-from-chinese-politics-in-2022/)
Nah, menurut SI, kelompok ini bereaksi keras terhadap sosok Xi Jinping di PKC, utamanya saat Xi coba ‘main keras’ pada perusahaan-perusahaan raksasa swasta China. Alibaba adalah salah satunya, dimana sosok Jack Ma yang pegang kendali disana, pernah diberi treatment khusus oleh Xi. (https://www.ft.com/content/751c2500-f50d-47c9-8f04-a28ad62285fd)
Dan kita tahu bersama bahwa sosok Jack Ma adalah kader masa depan kartel Ndoro besar, karena merupakan alumni sekolah Davos, Young Global Leaders (YGL). (https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/jack-ma-chinas-first-global-leader/)
Jurnalis senior asal Jepang, Katsuji Nakazawa menambahkan bahwa sosok Xi juga menarget sejumlah perusahaan besar asal China seperti Ant Group, Didi, Evergrande Group hingga Fantasia Holdings Group.
“Perusahaan-perusahaan tersebut dekat dengan para politisi yang berpura-pura mematuhi perintah yang diberikan Xi, namun merongrong kepemimpinannya dari belakang. Dan perusahaan raksasa tersebut cenderung mendukung secara finansial kelompok-kelompok anti Xi di PKC,” ungkap Nakazawa. (https://asia.nikkei.com/Editor-s-Picks/China-up-close/Analysis-If-Xi-secures-just-5-more-years-he-loses)
Siapa kelompok yang dimaksud Nakazawa?
Nggak lain adalah Grup Shanghai yang kini dikendalikan oleh mantan presiden Jiang Zemin dan mantan wakil presiden Zeng Qinghong. Grup inilah yang punya pengaruh kuat di lingkaran politik PKC dan juga birokrasi yang selama ini menggerakkan perekonomian China.
Mungkin kalo kita mau gali sedikit saja, kita akan dapatkan tautan mengapa plandemi bisa digelar dengan Wuhan sebagai titik awal, karena ada ‘restu’ dari Grup Shanghai. Dan Grup ini sangat terkait dengan kartel Ndoro besar. (https://int.artloft.co/nl/what-is-the-background-to-the-controlled-pandemic/)
Tapi saya nggak akan mengulas soal konspirasi dibalik plandemi Kopit tersebut, karena fokus saya adalah anda tahu siapa faksi yang menentang kepemimpinan Xi Jinping.
Dan jika informasi yang dirilis oleh SI maupun Nakazawa, benar adanya, maka langkah keras yang akan diambil Xi dalam ‘mengeliminasi’ pesaingnya di PKC yang selama ini pegang kendali perekonomian China, bukan nggak mungkin ini akan berdampak pada ekonomi China ke depannya.
Sekarang coba pikir jika anda pegang kendali ekonomi, tetiba otoritas berwenang ‘mengusik’ kenyamanan anda, apa kira-kira yang akan lakukan?
Bukankah menjerumuskan ekonomi ke jurang kehancuran bisa-bisa saja terjadi demi memberikan ‘efek jera’ pada otoritas berwenang yang selama ini mengusik kenyamanan anda?
Berbekal kenyataan itu, kira-kira skenario apa yang mungkin digelar ke depannya pada sosok Xi Jinping?
Kita akan bahas pada bagian kedua nanti.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments