Skenario Akhir COVID-19?


517

Oleh: Ndaru Anugerah

Presiden Jokowi memberikan press release hari ini (20/3) yang intinya mengungkapkan adanya resep obat yang bisa dipakai dalam mengobati pasien COVID-19.

“Obat ini sudah dicoba oleh 1,2,3 negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan, kita telah mendatangkan 5.000 dan dalam proses pemesanan 2 juta. Kedua, Chloroquine Ini kita telah siap 3 juta, kecepatan ini yang kita ingin sampaikan kita tidak diam tapi mencari hal-hal, info-info apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan COVID-19.”

“Obat tersebut akan sampai pada pasien yang membutuhkan melalui dokter keliling dari rumah ke rumah, melalui rumah sakit dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi,” demikian imbuhnya.

Apa arti keterangan pers tersebut?

Tudingan yang selama ini diarahkan pada Jokowi sebagai presiden yang lambat reaksinya, jelas lebay. Selain itu, berita ini jelas memberikan angin segar bagi masyarakat Indonesia yang kini tengah panik tingkat dewa atas merebaknya wabah COVID-19.

Sebenarnya bagaimana ceritanya?

Dalam ulasan saya terakhir, saya jelaskan bahwa obat yang dipakai di Wuhan dalam mengatasi COVID-19 adalah obat yang dikembangkan dari Kuba yang bernama Interferon Alfa 2B.

Obat ini obat paten, yang belum ada generiknya. Beberapa perusahaan farmasi besar telah menjualnya dengan harga yang cukup fantastik dipasaran.

Awalnya, dalam keadaaan terpaksa, penanganan awal kasus di Wuhan nggak ada pilihan lain selain pakai nih obat. “Yang penting jumlah pasien yang sudah terpapar COVID-19 dalam keadaan lumayan parah bisa disembuhkan terlebih dahulu.” Jadi nggak ada yang dikorbankan.

Barulah setelah Wuhan dapat dikendalikan, China putar otak untuk mengembangkan obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi COVID-19. Prinsipnya, harga harus terjangkau dan sedikit efek sampingnya jadi aman untuk dikonsumsi.

Setelah cari-cari info, ternyata Jepang dibawah perusahaan farmasi swasta Fujifilm Group telah berhasil mengembangkan obat untuk mengatasi virus Ebola. Namanya Avigan.

Obat ini pertama kali ditemukan di tahun 2014.

Kalo dinalar, strain virus Ebola dan COVID-19 ternyata punya kesamaan, yaitu tingkat penularan yang sangat cepat lewat kontak secara langsung. Dan virus Ebola sebenarnya sejenis virus yang menyebabkan demam berdarah.

Artinya, Avigan punya kesamaan karakteristik penawar virus seperti Interferon Alfa 2B.

Dengan demikian, logikanya Avigan layak dijadikan obat alternatif dalam menanggulangi COVID-19.

Setidaknya 3 negara telah mengujicobakan Avigan. Pertama Perancis dan kedua Jepang dan ketiga China.

Perancis dibawah INSERM (Institut Kesehatan Medis Perancis) telah mengajukan uji klinis tentang kemanjuran tablet Avigan pada pasien Ebola di pusat perawatan Ebola di Guinea, dengan hasil akhir highly recommended. Artinya, penanganan standar kasus Ebola, ya wajib pakai Avigan.

Kedua, Jepang sendiri 3 kali mengujicobakan Avigan. Pertama saat ujicoba lab dengan menggunakan tikus yang diinfeksi dengan virus Ebola. Kedua saat wabah Ebola melanda dunia di tahun 2014 hingga mei 2015. Dan yang terakhir saat COVID-19 menghajar Jepang di awal Februari lalu.

Dan terakhir China yang juga mengujicobakan Avigan pada kasus kuratif pasien COVID-19 di Wuhan, China sebanyak 200 orang pasien. Hasilnya cukup menggembirakan. Setelah 4 hari mengkonsumsi tuh obat, pasiennya langsung dikonfirmasi negatif COVID-19.

Setelah spik-spik dengan pihak Fujifilm Jepang, ternyata China diberikan ijin untuk mengembangkan Avigan dengan cara meningkatkan output dalam bentuk obat generik di akhir Februari lalu, dengan tujuan produksi massal.

Studi lanjutan menyimpulkan bahwa obat ini efektif dalam mengobati gejala terkait COVID-19 dan efek sampingnya juga lumayan kecil.

Singkat cerita, uji lab pun terus digeber di China dalam rangka menemukan versi generik yang sudah diperbaiki.

Dan pada 17 Maret 2020, Zhang Xinmin selaku direktur Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China mengatakan: “Kami telah menemukan formulasi generik Avigan (Favipiravir) setelah uji klinis di tahun 2020.”

Zhang juga secara resmi merekomendasikan penggunaan Avigan untuk mengobati pasien yang didiagnosis positif COVID-19 terutama yang disebabkan virus SARS-CoV-2 alias virus Corona.

Setelah konpres dilakukan, harga saham Fujifilm Holdings Inc di bursa saham AS langsung melonjak tajam dengan kenaikan 19,51% dengan harga per sahamnya di sesi penutupan perdagangan Selasa (17/3) berhasil dibandrol dengan harga USD 47,9.

Warbiyasah…

Akankah ini menjadi akhir skenario COVID-19?

Saya akan ulas pada tulisan selanjutnya.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 


5 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Aq baca semua artikel terkait seh cantik Covid19… disatu sisi berasa begoo bangett seh aq?? baru tau hal ini.. kayak terowongan gelap gulita yang dikasih lampus sorotnya stadium cam nou.. disatu sisi berasa ii pintar jugaa yaa bisa konek dan faham dengan kasus ini..
    Menarik lahh. Aq suka..

error: Content is protected !!