Siapa Unggul?
Oleh: Ndaru Anugerah
Pilpres AS sedang berlangsung. Dan kita tinggal tunggu hasilnya, siapa yang bakal menang, Trump atau Biden?
Tapi ada saja yang masih nanyain ke saya, tentang prediksi siapa yang bakal melenggang ke Gedung Putih nantinya.
Saya pernah mengulas tentang pilpres AS beberapa bulan yang lalu, sewaktu demonstrasi Black Lives Matter merebak di AS tempo hari, walaupun tidak secara detil. (baca disini)
Sekarang saya akan coba bahas agak dalam, biar anda nggak penasaran.
Pertama, untuk tahu siapa kandidat yang bakal menang, ada baiknya kita lihat jajak pendapat nasional di AS sana sebagai acuannya. Siapa kandidat yang populer akan terlihat melalui hasil polling tersebut, walaupun kadang prediksinya nggak sedikit yang meleset.
Masalah kedua adalah sistem pemilu yang berlaku di AS sana yang menerapkan sistem electoral college. Maksudnya apa? Bagi kandidat yang mendapatkan suara terbanyak, belum tentu menang pilpres. Pilpres AS di tahun 2016 adalah buktinya.
Saat itu, Hillary Clinton memimpin pemungutan suara dan memenangkan hampir 3 juta suara lebih banyak ketimbang Donald Trump. Toh, tetap saja, Trump yang akhirnya jadi presiden AS. (https://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-53558176)
Lantas siapa yang banyak dijagokan pada pilpres AS kali ini?
Merujuk pada hasil beberapa jajak pendapat nasional, Joe Biden melaju meninggalkan Trump, bahkan sejak awal tahun ini. Angka yang diperoleh Biden konsisten dibilangan 50% dalam beberapa bulan terakhir dan sempat memimpin 10 poin dalam beberapa kesempatan. (https://www.bbc.com/news/election-us-2020-53657174)
Coba tilik survei yang dilakukan oleh The Economist. Dikatakan bahwa Biden sangat mungkin mengalahkan Trump kali ini. (https://projects.economist.com/us-2020-forecast/president)
Sementara itu, sebuah portal analisa politik di AS yang cukup bergengsi menyatakan hal yang kurleb sama. “Biden adalah presiden yang disukai publik Amrik walaupun Trump masih punya kans untuk melenggang kembali.” (https://projects.fivethirtyeight.com/2020-election-forecast/)
Dari situ aja, kita sudah punya gambaran siapa yang bakal menang nantinya.
Dan yang paling vital, anda perlu tahu kemana suara deep state bermuara pada pilpres kali ini. Pada pandemi si Kopit saja kita bisa tahu, kalo Trump mulai sulit ‘diatur’ sama deep state. Dari mulai penarikan diri AS pada lembaga WHO, hingga anjuran untuk memakai Hydroxychloroquine bagi pasien Kopit di AS.
Apa Trump nggak mikir, kalo hydroxychloroquine berhasil dilegalkan dan para pasien Kopit pada sembuh, bukankah ini membahayakan bisnis milayaran dollar yang didapat dari jualan vaksin milik elite global?
Nggak aneh jika semua ‘kekecewaan’ bermuara pada gelombang demonstrasi BLM yang disokong penuh oleh tokoh-tokoh deep state yang bertujuan ‘menggoyang’ kedudukan Trump pada tahun politik kali ini.
Kalo deep state aja nggak kasih restu, Trump butuh mukjizat untuk menang.
Kecuali jika Trump bisa mengentikan kasus Kopit di AS dalam semalam, maka kans sang Paman Donald untuk menang jauh panggang dari asap.
Saya harap anda tak perlu bertanya lagi tentang hasilnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments