BLM dan Revolusi Warna


515

BLM dan Revolusi Warna

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, apakah gerakan BLM bertujuan untuk menghancurkan pemerintah Amrik?” demikian pertanyaan dari grup diskusi geopolitik di webinar.

Kalo mau apa itu BLM, anda perlu tahu dulu apa itu revolusi warna. Tentang ini saya pernah ulas sebelumnya. (baca disini)

Lantas apa hubungan BLM dan revolusi warna?

Revolusi warna pada dasarnya adalah operasi penggulingan rezim yang tidak sejalan dengan garis kebijakan Washington. Diinisiasi pada 1983, revolusi warna sukses mengobrak-abrik rezim komunis Polandia di tahun 1980an dan berlanjut dengan penggulingan rezim Gorbachev di Uni Soviet. (http://www.txwclp.org/2020/06/americas-own-color-revolution/)

Di tahun 2000, Deplu AS dibantu NED dan beberapa operator CIA melatih secara diam-diam sekelompok mahasiswa Beograd dalam upaya menggulingkan Slobodan Milosevic di Serbia. Dari kumpulan mahasiswa itu, muncullah satu nama yang bernama Srdja Popovic sebagai ‘agen binaan potensial’.

Setelah sukses mendongkel Milosevic, Srdja Popovic kemudian mendirikan pusat pelatihan revolusi warna global yang bernama CANVAS. Jadi CANVAS semacam konsultan untuk revolusi warna, yang klien-nya tersebar di seluruh penjuru dunia. (http://latheeffarook.net/americas-own-color-revolution/)

CANVAS memberikan pelatihan bagi para agen binaan mereka dalam menjalankan revolusi warna untuk melakukan aksi kekerasan yang terlatih, seperti: merusak mobil polisi, membakar kantor polisi, menghancurkan jendela toko dengan pipa/tongkat bisbol hingga melakukan aksi provokasi dan pemogokan massal.

Kalo anda melihat aksi protes yang disertai kekerasan yang dilakukan aktivis BLM akhir-akhir ini, bukankah ada kemiripan dengan jenis pelatihan yang diberikan CANVAS? Perhatikan kepalan tangan yang dipakai sebagai logo oleh BLM.

Coba kita gali lebih dalam lagi ya.

Protes dan kerusuhan yang dilakukan secara masif di banyak kota besar di AS sejak 25 Mei, tidak mungkin beroleh kesuksesan tanpa dukungan pejabat lokal. “Masa tiba-tiba demonstran bisa melakukan serangan ke Gedung Putih tanpa ada yang membantu?” (https://www.vox.com/2020/6/6/21281656/black-lives-matter-bill-barr-tear-gas-peaceful-protesters-white-house-lafayette-square)

Siapa yang memberi dukungan kepada para pengunjuk rasa? Partai Demokrat, jawabannya. Bahkan Walikota Seattle asal Demokrat (Jenny Durkan) memerintahkan polisi untuk menyisakan beberapa blok di pusat kota untuk dapat diduduki pengunjuk rasa sebagai zona otonom. Dan Trump sewot berat lihat kejadian ini. (https://www.washingtonpost.com/nation/2020/06/12/seattle-autonomous-zone-capitol-hill/)

Apa motivasi Demokrat dalam mendukung gerakan protes BLM?

Sebelum menjawab hal tersebut, saya mau kasih lihat ‘jeroan’ dari BLM.

BLM dimulai pada 2013 ketiga 3 orang (Alicia Garza, Patrisse Cullors dan Opal Tometi) menciptakan tagar #BlackLivesMatter sebagai bentuk protes penembakan terhadap remaja kulit hitam yang bernama Trayvon Martin oleh George Zimmermann yang kebetulan berkulit putih. (https://www.voanews.com/usa/what-black-lives-matter)

Ketiga orang tersebut terhubung dalam satu organisasi induk yang bernama FRSO alias Freedom Road Socialist Organization, yang merupakan organisasi radikal ‘kiri’ terbesar di Amrik. (https://katehon.com/article/americas-own-color-revolution)

Apakah mereka gerakan kiri sejati? Nggak juga. Kiri tengah tepatnya, alias Sosdem. Walaupun jargonnya sangat kapitalisme tidak otomatis menjadikan gerakan ini sosialis, mengingat pendonor gerakan tersebut ya kapitalisme sejati.

Alicia Garza, misalnya, telah mendapatkan dana hibah dari yayasan bebas pajak seperti: Ford Foundation (USD 1,9 juta), Open Society milik Soros (USD 1,3 juta), Kellogg Foundation (USD 250 ribu) dan Ben & Jerry’s Foundation (USD 30 ribu). (https://capitalresearch.org/article/blm-roots/)

Saat Alicia Garza mendirikan BLM, ia mendapatkan bantuan USD 210 ribu dari Rockefeller Foundation, USD 255 ribu dari Heinz Foundation dan USD 2,9 juta dari Ford Foundation.

Dengan kata lain, para pendonor jumbo BLM dan FRSO adalah elite global yang sudah jelas kapitalis tulen. Pertanyaannya: mungkin gak sih, kapitalis sebagai donatur ujug-ujug ngasih uang ke sosialis untuk menghancurkan eksistensi kapitalisme? Singkatnya, FRSO BUKAN SOSIALIS tapi SOSDEM.

Lalu apa kaitan BLM dan Demokrat?

Saat anda mengklik situs M4BL alias Movement for Black Lives (yang didalamnya termasuk BLM), dibawah tombol donasi kita akan tahu bahwa donasi yang diberikan akan pergi ke sesuatu yang disebut ActBlue Charities. Dan ActBlue tersebut telah memberikan dana sebesar USD 119 juta untuk kampanye Joe Biden sebagai capres AS dari kubu Demokrat. (https://greatgameindia.com/defund-the-police-donations-joe-biden/)

Sekarang mungkin banyak perusahaan besar seperti Disney, Nike, Apple dan ratusan lainnya, telah menuangkan jutaan dollar ke ActBlue bagi BLM yang pada akhirnya uangnya akan mengalir bagi dana kampanye pilpres Joe Biden dari Demokrat. (http://www.softpanorama.org/Skeptics/Political_skeptic/index.shtml)

Boleh dikatakan, hubungan antara BLM dan Demokrat bersifat mutualisme alias saling menguntungkan. Nggak heran bila Joe Biden begitu yakin akan dukungan pemilih kulit hitam dalam pilpres 2020 mendatang.

Lantas apa kepentingan para pendonor jumbo (elite global) dalam gerakan BLM?

Setidaknya ada 2.

Pertama akan menjungkal Trump pada pilpres AS mendatang. Dan kedua, gerakan ini akan memaksa diterapkannya Darurat Militer (martial law) yang diperlukan untuk program vaksinasi plus di AS. Bukankah pemberian vaksin jauh lebih mudah jika disertai todongan senjata?

Mulai ngerti skenario-nya kan, Malih?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!