Memahami Konflik China-India (*Bagian 2)


533

Memahami Konflik China – India (*Bagian 2)

 Oleh: Ndaru Anugerah

Setelah saya mengulas tentang konflik China-India pada bagian pertama, banyak yang bertanya-tanya kepada saya tentang banyak hal. Tentang kedudukan India dalam BRICKS plus, tentang kedekatan Rusia dengan India, dan lain sebagainya.

Saya akan ulas pada bagian kedua ini, biar anda tahu skenario yang akan dijalankan ke depan seperti apa.

Pertanyaan mendasar, kenapa terjadi bentrok demikian hebatnya di perbatasan Ladakh? Kenapa PLA China demikian agresif, sementara mental prajurit India malah sebaliknya?

Mengutip apa yang dilaporkan Sputnik, PLA China (alias People Liberation Army) menyerang pasukan India dengan batu dan batang besi serta tongkat yang dibungkus dengan kawat berduri.

“Banyak dari mereka (pasukan India) yang tidak bersenjata akhirnya melompat ke Sungai Galwan dalam upaya mereka untuk melarikan diri. Yang kritis akhirnya meninggal setelah terkena suhu dibawah nol derajat,” ungkap Sputnik. (https://sputniknews.com/india/202006171079637526-not-a-shot-fired-how-the-skirmish-that-killed-20-indian-soldiers-unfolded/)

Apa yang bisa disimpulkan? China agresif, sedangkan India melempem nyalinya. Kok bisa?

Agresifnya China bukan tanpa alasan. Ingat konferensi Dharamsala yang memberi ruang bagi kelompok-kelompok separatis anti-China? Dan India-lah yang memberikan kesempatan semua kelompok anti-China tersebut bertemu di Dharamsala atas dukungan AS dibelakang layar. (http://www.thequint.com/opinion/2016/04/27/conference-of-anti-beijing-chinese-action-groups-at-dharamsala)

Konferensi inilah yang menjadi salah satu pemicu kebijakan Tiongkok terhadap India yang tidak bisa lagi dianggap TEMAN. Singkatnya, Konferensi Dharamsala membuat China naik pitam. Itu alasan utama kenapa PLA demikian agresif terhadap pasukan India, selain secara moral mereka jauh lebih unggul dari pasukan India.

Apakah moral pasukan India ambyar? Bisa dikatakan begitu.

“Terjadi demoralisasi gerakan pada pasukan bersenjata India,” demikian ungkap sebuah laporan. (https://moderndiplomacy.eu/2020/03/09/why-more-indian-soldiers-die-in-suicides-and-fratricides-than-in-combat/)

Apa maksudnya? Adanya diskriminasi terhadap tentara oleh para atas mereka karena alasan agama, kasta, hingga ransum yang tidak tercukupi sehingga membuat para serdadu India berada diambang kelaparan. “Ah sial, gue udah mati-matian bela negara, ternyata negara malah abai terhadap nasib gue,” begitu kurleb keluhannya.

Kondisi ini diperburuk oleh peran media mainstream India yang SUKSES mencuci otak pasukan India dengan menganggap China sebagai MACAN KERTAS, sebaliknya menganggap diri mereka sebagai GAJAH (yang dipersonifikasikan kuat dan tangguh). “Jadi nggak muungkilah pasukan India kalah dari pasukan China.” (https://www.globalvillagespace.com/self-proclaimed-superpower-india-left-red-faced-by-china/)

Ini makin diperparah dengan cita-cita Modi untuk mewujudkan Akhand Bharat (India Raya) pada negara tersebut. Kenapa Modi punya cita-cita seperti itu? Ya karena Modi berharap akan mendapatkan sokongan penuh dari Amrik sebagai sekutu barunya. (https://www.globalvillagespace.com/self-proclaimed-superpower-india-left-red-faced-by-china/)

Ternyata semua ilusi itu langsung bubar, begitu pasukan China menyerang dengan brutal, tanpa menggunakan senjata sungguhan. Pasukan India langsung kocar-kacir, cari selamat sendiri-sendiri. Yang terjadi sesungguhnya adalah MACAN SUNGGUHAN melawan GAJAH KERTAS.

Konflik di Ladakh, juga bukan tanpa perhitungan politis. Ingat proyek CPEC yang merupakan koridor ekonomi BRI China? Rutenya melewati Aksai Chin yang merupakan perbatasan, nggak jauh dari lokasi bentrokkan tersebut terjadi.

Apa yang ingin disampaikan China? “Kalo ente macam-macam dengan proyek BRI ane, ente jual bakalan ane borong.”

Sampai sini clear ya?

Lantas kenapa bentrokkan bisa terjadi? Nggak lain upaya provokasi yang dibuat oleh India.

Di tahun 2019, India mencabut Pasal 370 DK PBB secara sepihak dan mengklaim wilayah Kashmir yang disengketakan, sebagai wilayah miliknya. India malah membangun jalan disepanjang Garis Kontrol Aktual yang berdekatan dengan Aksai Chin. (https://www.bbc.com/news/world-asia-india-49234708)

Nggak aneh jika Beijing bereaksi keras dan menganggap India telah melanggar hukum internasional. Dan ini dipandang sebagai ancaman oleh pemerintah China. (http://oneworld.press/?module=articles&action=view&id=1526)

Point-nya, krisis di perbatasan adalah PEMICU KONFLIK, dan bukan itu tujuan yang hendak dicapai India. Kan udah saya bilang, “Ngapain memperebutkan ‘uang recehan’?”

Lalu bagaimana keanggotaan India pada BRICKS plus? Kalo yang paham geopolitik, BRICKS plus bukan kerjasama strategis, HANYA TAKTIS saja sifatnya. Kenapa? Karena China menggunakan BRICKS plus sebagai platform untuk menyebarkan MEGA PROYEK BRI. Dan India tahu skenario itu dan mencoba menghambatnya. (http://intel-101.com/andrew-korybko-interview-brics-and-the-future-of-multilateralism/)

Apakah AS menganggap India sebagai sekutu beneran? Nggak juga. Tahu darimana?

Kalo skenario AS untuk menjadikan India sebagai pemain utama dalam MENAHAN CHINA di wilayah Samudra Afro-Asia, itu memang benar adanya. Itu ada tertuang dalam ‘Laporan Strategi Indo-Pasifik’ yang dikeluarkan Pentagon. (http://intel-101.com/south-asias-role-in-the-pentagons-indo-pacific-strategy-report/)

Kalo AS ingin menjadikan India sebagai sekutu dengan menandatangani LEMOA alias Memorandum Kesepakatan Pertukaran Logistik. Itu juga iya. Tapi kan yang untung Mamarika doang, karena bisa menjadikan wilayah India sebagai pangkalan logistik militernya. (https://theduran.com/is-india-now-a-us-ally/)

Kalo AS sengaja menyeting India untuk ambil alih kepemimpinan Majelis Kesehatan Dunia (WHA) yang merupakan badan pengatur WHO dari Jepang pada akhir bulan Juni, itu juga benar. Namun itu dilakukan AS semata-mata untuk bisa mengontrol WHO dari balik layar. (https://www.hindustantimes.com/india-news/india-to-get-lead-role-at-who-next-month-amid-global-covid-19-crisis/story-8DfVkLrQdoYYjQFns0mvUJ.html)

Tapi untuk menjadikan India sebagai SEKUTU TULEN, itu lain cerita. Buktinya? Dalam menanggapi krisis perbatasan dengan China, Pompeo hanya bisa mencuit, “Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada rakyat India atas nyawa yang hilang sebagai akibat konfrontasi dengan China.” (https://timesofindia.indiatimes.com/india/pompeo-extends-deepest-condolences-to-indians-for-loss-of-soldiers-lives-in-clashes-with-chinese/articleshow/76456099.cms)

Cendol deh…bukannya kasih bantuan yang dibutuhkan sebagai SEKUTU, malah ngucapin bela sungkawa doang. Upin Ipin juga bisa kalo begitu doang, mah…

Sebaliknya China nggak mau memperpanjang konflik tersebut. “Beijing tidak ingin meningkatkan konflik dengan India. Diharapkan pasukan India tetap sadar dan rasional,” demikian laporan Global Times China. (https://www.globaltimes.cn/content/1191837.shtml)

“Lantas bagaimana dengan Rusia yang berencana menjual senjatanya ke India, Bang? Bukankah Rusia akan terlibat konflik dengan China pada akhirnya,” tanya seseorang.

Mendengar pertanyaan itu saya hanya bisa tersenyum.

“Kalo anda tahu geopolitik, diktum pertama adalah: Anda harus tahu siapa KAWAN dan siapa LAWAN.”

Lagian, bukankah India saat ini punya segudang masalah di negaranya? Apa masih mau nekat menggelar konflik dengan China?

Yang Bokir….

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!