Shanghai Lockdown (*Bagian 2)


522

Shanghai Lockdown (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Kita telah membahas kebijakan lockdown yang diambil oleh otoritas Shanghai, dimana sebelumnya, ada runtutan peristiwa yang mengarah pada skenario tersebut. (baca disini)

Sekarang kita mau bahas, siapa yang ada di belakang skenario karantina Shanghai.

Anda perlu tahu kalo Shanghai adalah pusat keuangan global. Banyak bank-bank investasi milik kartel Ndoro besar bercokol disana. Nggak aneh jika ekonomi China bisa membesar dengan cepat, karena adanya sokongan dana dari mereka yang berkantor pusat di Shanghai. (http://www.china.org.cn/business/2020-06/20/content_76184422.htm)

Dengan status ini, menjadi lumrah jika Shanghai dikasih status sebagai zona ekonomi khusus oleh otoritas Tiongkok. Pada tataran teknis, perusahaan asing yang berpusat disana, nggak perlu repot-repot minta ijin pemerintah China untuk sekedar menjalankan aktivitas bisnis-nya. (https://en.wikipedia.org/wiki/Special_administrative_regions_of_China)

Bisa dikatakan bahwa Shanghai adalah wilayah otonomi khusus milik pemerintah China. Ini bisa terjadi karena adanya tuntutan dari investor yang berkontribusi atas kemajuan ekonomi di China.

Masuk akal jika otoritas Shanghai melakukan langkah privatisasi layanan dan mempromosikan solusi teknologi untuk banyak hal disana. Contoh, kalo anda tahu konsep tata kelola online, jaringan 5G hingga implementasi smart city, maka Shanghai-lah kota rujukan dunia. (https://tinyurl.com/bdhfca5t)

Jika bisa diringkas, maka Shanghai telah menyediakan karpet merah bagi kartel Ndoro besar untuk bisa bercokol disana. (https://www.ey.com/en_cn/china-opportunities/how-is-china-turning-shanghai-into-an-international-finance-center)

Dengan adanya para kartel Ndoro besar disana, aksi lockdown yang dilakukan pada wilayah tersebut menjadi masuk akal. Tujuannya nggak lain untuk memperkenalkan digital authoritarian yang akan digelar pada beberapa tahun ke depan.

Sebenarnya ini mirip-mirip kasus Wuhan, dimana insiden memang sengaja digelar untuk memicu aksi yang lebih besar secara global. Sukses digital authoritarian yang dilakukan di Shanghai, akan menjadi bahan evaluasi saat skenario plandemi bakal digelar ke depannya.

Pertanyaannya: siapa yang mungkin terlibat dalam aksi lockdown ini?

Segudang nama bisa dijadikan ‘referensi’ sebagai dalang dibalik semua ini.

Misalnya Igor Kolomoisky yang mempromosikan seorang Volodymyr Zelensky untuk bisa menjadi seorang presiden di Ukraina, yang kini berkonflik dengan Rusia. Dan Kolomoisky memiliki kedekatan dengan kekuatan keuangan global. (https://ragnarforseti.substack.com/p/ukrainian-billionaire-oligarch-ihor)

Ada lagi nama lain, yaitu Jack Ma, yang juga merupakan kader Young Global Leaders sekaligus Dewan Pengawas pada World Economic Forum. (https://hannenabintuherland.com/news/revealed-who-is-in-the-young-global-leaders-world-economic-forum-system/)

Asal tahu saja, bahwa dalam membentuk Alibaba, Jack Ma mendapat sokongan dana dari Goldman Sachs dan beberapa bank investasi lainnya. Kalo belakangan usahanya membesar dalam waktu singkat, ini bukan hal yang aneh. (https://www.ecommercestrategychina.com/column/how-did-alibaba-founder-jack-ma-start-up-alibaba-group)

Satu hal lagi, Jack Ma ‘menentang’ kebijakan ekonomi China di bawah kepemimpinan Xi Jinping. Misalnya pada pidato 24 Oktober 2020 silam, Jack Ma menyuarakan perubahan besar-besaran dalam sistem perbankan yang ada di China saat ini. Dan itu menyinggung sosok Xi Jinping. (https://www.bbc.com/news/technology-56448688)

Kebetulan lagi, kantor pusat Alibaba ada di Hangzhou, dekat Shanghai. Untuk mendorong aksi lockdown di Shanghai, tentu bukan kesulitan yang berarti bagi seorang Jack Ma.

Ada lagi nama lain yang tertarik untuk mendorong agar China membuka pintu yang sebesar-besarnya bagi masuknya modal asing. Dialah Stephen Schwarzman yang merupakan CEO Blackstone, yang telah membeli banyak intelektual dan pejabat Partai Komunis di China.

Kalo anda tahu tentang program beasiswa Schwarzman yang diadakan pada Universitas Tsinghua, Schwarzman adalah sosok pendana utamanya. (https://www.philanthropy.com/article/the-path-to-a-better-life/)

Dan terakhir ada John Thorton yang merupakan pendiri John L Thornton China di Brookings Institution. Selain itu, Thornton juga merangkap sebagai anggota Dewan Penasihat Internasional pada China Investment Corporation.

Sama halnya dengan Schwarzman, Thornton juga berkepentingan untuk mendorong pengaruh asing atas kebijakan keuangan yang diambil pemerintahan Tiongkok. (https://freebeacon.com/national-security/brookings-institution-boosts-china-initiatives-linked-to-board-member/)

Jadi, kita punya banyak nama yang mempunyai modus sebagai dalang dalam mendorong aksi lockdown di Shanghai.

Lalu apa target dari aksi lockdown tersebut?

Pertama sudah saya jelaskan, bahwa ini merupakan simulasi atas plandemi susulan, yang akan menerapkan digital authoritarian.

Kedua, tentu saja mendorong ekonomi global ke jurang krisis. Bayangkan, dengan aktivitas lockdown tersebut, apa nggak rusak rantai pasokan global, utamanya atas barang (dari elektronik hingga alat kebutuhan rumah tangga) yang diproduksi, dikirim melalui alias bergantung pada Shanghai?

Dengan kelangkaan barang atas aktivitas penutupan di Shanghai, apakah nggak akan mendorong kenaikan harga dan memicu laju inflasi?

Dan yang ketiga, aksi ini mendorong digunakannya vaksin mRNA bagi warga China dalam memberantas Kopit dibalik program zero tolerance. (https://www.caixinglobal.com/2022-04-19/opinion-chinas-covid-19-mrna-vaccine-challenge-101872955.html)

Jadi, kalo ke depannya anda-anda sekalian belum mendapatkan vaksin booster berjenis mRNA, percayalah bahwa anda tinggal menantikan vaksin tersebut bagi diri anda untuk disuntikkan. Lha wong warga China saja sudah mendapatkannya.

Pertanyaan kritisnya: apa pemerintah China ‘buta’ sama sekali atas aksi lockdown di Shanghai, ataukah pemerintah China merupakan bagian dari skenario tersebut?

Ini mirip-mirip dengan krisis di Ukraina, bukan? (baca disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!