Sengaja Dilenyapkan?


514

Sengaja Dilenyapkan?

Oleh: Ndaru Anugerah – 31052024

Kabar mengejutkan terjadi pada 19 Mei silam, dimana Presiden Iran, Ebrahim Raisi (63 tahun) meninggal dalam kecelakaan helikopter di wilayah Azerbaijan Timur.

Selain dirinya, ada juga beberapa orang yang terpaksa meregang nyawa akibat kecelakaan itu, termasuk Menlu Iran, Amir Abdollahian. (https://edition.cnn.com/middleeast/live-news/raisi-iran-president-helicopter-crash-05-20-24/h_08533f1a31f64de7b00790d3e509ebc1)

Iran berduka.

Sebagai informasi, Raisi adalah orang paling berkuasa kedua di Iran, setelah pemimpin spiritual tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Jadi tergambar bagaimana duka warga Iran mengetahui fakta bahwa salah satu orang yang berkuasa, kini telah tiada.

Kematian tersebut sangat mengejutkan, mengingat Timur Tengah dalam kondisi genting hari-hari belakangan ini.

Dan kematian Raisi hanya selang beberapa minggu setelah Iran melancarkan serangan drone dan rudal-nya ke Israel sebagai balasan atas aksi Israel menyerang kedubes Iran yang ada di Damaskus. (https://edition.cnn.com/2024/04/14/middleeast/why-iran-attack-israel-intl/index.html)

Sepintas kematian Raisi nggak ada kejanggalan. Namun, selaku analis, saya menggaris bawahi 2 hal yang layak dipertanyakan.

Apa saja?

Pertama menyangkut peran Raisi dalam konteks pembentukkan tatanan dunia baru yang multipolar, dalam wadah BRICS. Demi menyukseskan rencana tersebut, Raisi membawa Iran untuk bergabung ke dalam BRICS di tahun 2023 silam. (https://iranprimer.usip.org/blog/2023/aug/24/iran-join-brics-alliance)

“Dunia membutuhkan konvergensi untuk membangun sistem yang adil berdasarkan kepentingan kolektif dan BRICS merupakan simbol perubahan dan evolusi dalam hubungan global,” ungkapnya.

Bahkan dalam pertemuan puncak BRICS ke-15 di Johannesburg, Afsel, Iran sangat berkeinginan untuk mendukung upaya blok tersebut untuk mencampakkan dollar AS dalam transaksi perdagangan mereka. (https://president.ir/en/146283)

Selain itu, baru di bawah kepemimpinannya, Iran punya nyali yang cukup untuk menyerang wilayah Israel. Apa ada presiden Iran yang senekat Raisi?

Raisi juga sosok yang gemar menggagas perluasan kerjasama bilateral dengan beberapa negara.

Sekedar info bahwa kunjungannya ke Azerbaijan juga dalam rangka memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat memanas karena konflik yang terjadi di Nagorno-Karabakh tempo hari.

Pihak Azerbaijan menuduh Iran mendukung pihak Armenia dalam konflik tersebut. (baca disini dan disini)

Sementara tingkah Azerbaijan lumayan memancing emosi Teheran saat menjalin kemesraan dengan pemerintahan Tel-Aviv. (https://www.aljazeera.com/news/2021/10/6/iran-concerned-by-israeli-presence-in-the-caucasus)

Untuk itulah normalisasi perlu dilakukan Iran.

Belum lagi upaya Iran dibawah kepemimpinan Raisi yang berupaya mengembangkan persenjataan nuklir. Ini jelas buat ketar-ketir negara-negara Barat dan juga Arab yang anti kepemimpinan Teheran. (https://www.livemint.com/news/irans-lawmaker-makes-big-revelation-we-have-obtained-nuclear-weapons-but-details-here-11715560704377.html)

Dengan catatan tersebut, AS dan Israel punya cukup amunisi untuk melenyapkan sosok yang selama ini membuat tidur mereka tidak jenak.

Ini nggak mengada-ada, sebab menurut sejarahnya, Iran pernah mendapat ‘kado’ berupa ledakan bom di markas besar Partai Republik Iran yang berlokasi di Teheran, saat pertemuan para pemimpin partai sedang berlangsung di tahun 1981 silam.

Ledakan ini menyebabkan 74 pejabat terkemuka Iran terbunuh, yang konon dilakukan oleh kelompok Mujahidin Iran (MEK). Siapa dibelakang teroris MEK? (https://www.aljazeera.com/news/2018/3/29/meks-violent-past-looms-over-us-lobby-for-regime-change-in-iran)

Sudah rahasia umum jika AS kerap menggelar operasi rahasia untuk melenyapkan para pemimpin dunia Islam yang nggak selaras dengan garis kebijakan Washington.

Ambil contoh Muammar Khadafi di tahun 1986 atau Saddam Hussain di tahun 2003 yang keduanya tewas secara mengenaskan karena dianggap mbalelo kebijakan AS.

Kejanggalan kedua menyangkut kelayakan helikopter yang dipakai Raisi dalam kunjungan ke Azerbaijan.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Raisi tewas saat menggunakan helikopter Bell 212 buatan AS yang berusia 45 tahun. Untuk usia kendaraan, helikopter tersebut terbilang uzur dan nggak layak pakai, sebenarnya. Apalagi untuk sosok penting sekelas Raisi.

Kenapa nekat digunakan?

Karena Iran nggak punya pilihan, mengingat negara tersebut terkena sanksi ekonomi AS yang diterapkan pada negara Mullah itu sejak tahun 1979. Otomatis Iran nggak bisa membeli suku cadang helikopter atau untuk memperbaharuinya.

Tambahan lagi, menurut Menteri Transportasi Turki, Abdulkadir Uraloglu, helikopter tersebut tidak dilengkapi dengan Sistem Transmisi Sinyal Darurat (transponder) yang dihidupkan. Pertanyaannya: masa iya sekelas presiden naik helikopter asal-asalan yang nggak dilengkapi transponder? (https://www.msn.com/en-us/news/world/turkey-says-helicopter-carrying-iran-s-raisi-did-not-emit-transponder-signal-adds-turkish-drone-used-to-find-wreckage/ar-BB1mJu2G)

Dan yang terakhir, beberapa sumber menyatakan kedatangan pesawat C130 milik AS yang tidak biasanya di wilayah Azerbaijan, bersamaan jadwalnya dengan kedatangan rombongan presiden Iran ke negara tersebut. (https://militarywatchmagazine.com/article/raisi-killed-consequences-involvement)

Pertanyaannya: ngapain pesawat AS ke wilayah Azerbaijan?

Bukankah selama ini, helikopter Bell 212 terkenal ‘bandel’ dan jarang mengalami kecelakaan walaupun sudah terbilang uzur?

Apakah Raisi mati dengan alasan wajar, atau justru ada unsur kesengajaan?

Entahlah. Namanya juga spekulasi. Selaku analis saya melihatnya demikian.

Terlepas dari semua itu, kalo dikemudian hari terbukti bahwa AS berada sebagai pihak yang bertanggungjawab alias mendisain kematian Raisi dan Iran mengetahuinya, apakah suasana TimTeng bakal adem atau justru sebaliknya?

Ingat bahwa Iran punya sekodan yang lumayan militan di TimTeng. Setidaknya ada faksi Hizbullah dan Houthi.

Jika Houthi menyerang kapal-kapal Barat yang melewati Laut Merah dan Hizbullah meningkatkan serangan kepada Israel, apakah harga minyak dunia nggak terpengaruh akibat aksi tersebut?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!