Sang Disainer
Oleh: Ndaru Anugerah
“Siapa pemikir utama sang Ndoro besar untuk program eugenika mereka?” tanya seseorang.
Jawabannya: banyak. Prof. Hans Joaachim Schellnhuber salah satunya. Tentang Schellnhuber saya pernah bahas. (baca disini dan disini)
Yang lainnya, Prof. Dennis Lynn Meadows.
Siapa dia?
Prof. Meadows adalah salah satu penulis utama karya fenomental The Limit to Growth yang diproduksi oleh Club of Rome. Kelak karya fenomenal inilah yang dijadikan acuan bagi terciptanya program SDG 2030 milik PBB.
Selain menjadi anggota kehormatan pada Club of Rome, Prof. Meadows juga merupakan anggota aktif pada World Economic Forum. Jadi kita nggak perlu ragu lagi tentang track record Prof. Meadows pada kartel Ndoro besar. (https://www.weforum.org/people/dennis-meadows)
Berbicara pada sebuah wawancara di 2017, Prof. Meadows menyatakan bahwa penduduk dunia akan bisa mencapai 8-9 miliar dan ini nggak sejalan dengan daya dukung yang bisa disediakan bumi. Jumlahnya terlalu banyak, sementara sumber daya terbatas.
Untuk mencapai angka ideal di angka 1 miliar orang, maka diperlukan kediktatoran yang kuat dan cerdas dengan cara menurunkan standar hidup semua orang di dunia. (https://youtu.be/Dbo6uvJBtZg)
Dan apa yang telah dinyatakan Meadows, kemudian menjadi rujukan bagi KTT perubahan iklim PBB pertama yang berlangsung di Berlin pada 1995 silam. Sekali lagi proyeksi jumlah manusia yang menjadi tekanan. (https://expose-news.com/2023/04/30/wef-wants-to-accelerate-sdgs/)
Selain itu, pada Penilaian Keanekaragaman Hayati Global yang berlangsung di tahun yang sama dan diselenggarakan oleh United Nations Environmental Programme (UNEP), yang kelak dibakukan menjadi UN Agenda 2030, lagi-lagi apa yang diungkapkan Meadows kembali menjadi rujukannya. (https://archive.org/details/united-nations-agenda-2030-global-biodiversity-assessment-1995/mode/2up)
Jelas sudah, bahwa apa yang dirancang oleh Prof. Meadows, mendapat perhatian serius dan dijadikan rujukan utama bagi program-program yang diagendakan PBB. Intinya benar penduduk dunia harus dikurangi, berikut standar hidupnya, agar daya dukung bisa optimal.
Ini nggak mengherankan, karena sekelas Prof. Meadows adalah penganut aliran Thomas Malthus yang senantiasa mengumandangkan bahwa populasi manusia akan bergerak secara geometris, sementara daya dukung berupa sumber daya pertanian bergerak secara aritmatika.
Itulah diktum yang berlaku bagi kelompok Malthusian, dimana ‘titik kritis’ yang jadi acuannya.
Titik kritis inilah yang harus ‘dikonttrol’ agar masalah penduduk dan pangan bisa diselaraskan.
Apakah demikian adanya?
Nyatanya, semua asumsi tersebut nggak pernah terbukti sampai saat ini. Misalnya, masalah kelaparan yang terjadi saat ini bukanlah karena ledakan penduduk seperti asumsi Malthusian, melainkan karena ada masalah di jalur distribusinya. (baca disini)
Terlepas kita mau protes atau nggak, nyatanya semua skenario yang telah dirancang Prof. Meadows, masih bisa berjalan hingga kini. Agenda depopulasi terus berjalan dalam bentuk peperangan, kelaparan dan juga hadirnya penyakit abrakadabra.
Bagaimana Club of Rome merancang skenario The Limits to Growth?
Modusnya selalu sama (seperti halnya plandemi Kopit), yaitu dengan mengembangkan pemodelan menggunakan simulasi komputer.
Adalah tim ahli statistik yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang didaulat melakukan simulasinya. Dan Prof. Meadows adalah salah satu ahlinya selain Prof. Jay Forrester. (https://archive.org/details/TheLimitsToGrowth/page/n11/mode/2up)
Sejak saat itu, The Limits to Growth selalu jadi rujukan semua agenda depopulasi berkedok agenda hijau ataupun agenda berkelanjutan yang kini dibesut PBB. (https://www.cambridge.org/core/journals/global-sustainability/article/human-wellbeing-in-the-anthropocene-limits-to-growth/ACF1D0265F3408C6612772730E31E210)
“Sangatlah penting untuk meninjau kembali The Limits to Growth lebih dari buku manapun, karena buku ini memperkenalkan konsep perubahan iklim yang antroposentis kepada khalayak ramai,” demikian kurleb-nya. (https://www.thenation.com/article/archive/limits-growth-book-launched-movement/)
Nggak hanya itu, sebab futurist sekelas Barbara Marx Hubbard juga menyerukan hal yang sama dimana menurutnta seperempat populasi manusia harus dimusnahkan untuk menciptakan tatanan dunia baru yang sesuai dengan daya dukungnya. (https://www.goodreads.com/book/show/1709767.The_Revelation)
Satu hal yang pasti, dalam bukunya tersebut, Hubbard juga menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan sosok Aurelio Peccei sebagai salah satu tokoh kunci di Club of Rome, yang mendorong WEF untuk merujuk The Limits to Growth dalam membuat program-programnya.
Dengan demikian, bahwa Club of Rome punya andil bagi peluncuran program-program WEF, fakta itu memang nggak bisa disangkal. Termasuk saat WEF meluncurkan agenda The Great Reset saat plandemi Kopit menyerang planet Namex.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan tatanan dunia baru yang berkelanjutan itu?
Ya tentu saja dunia dengan sistem baru yang mengadopsi The Fourth Industrial Revolution, agenda teknokrasi, pemanasan global dan ekonomi hijau, yang semuanya mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan demi mengontrol umat manusia di kolong jagat.
Kemana semua itu bermuara?
Tentu saja eliminasi umat manusia dengan taraf hidup yang ‘disesuaikan’. Dan konsumsi GMO adalah keharusan pada kondisi tersebut.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments