Promosi Yang Masif
Oleh: Ndaru Anugerah
Kalo anda ditanya, berapa jenis kelamin yang ada di dunia, maka jika jawaban anda hanya 2, itu sudah outdated alias ketinggalan jaman.
Setidaknya, saat ini ada promosi yang dilakukan secara masif yang memperkenalkan bhawa jenis kelamin itu bukan lagi dua, melainkan 8 atau bisa juga 9.
Kok bisa sebanyak itu?
Pengetahuan itu kini tengah diperkenalkan kepada para peserta didik yang ada di salah satu sekolah distrik di California, AS.
Adalah buku teks yang berjudul ‘Comprehensive Health Skills for High School’, yang mengungkapkan ‘pengetahuan baru’ yang intinya ada 9 preferensi seksual yang ‘konon’ diakui bersama. (https://www.foxnews.com/media/california-district-curriculum-claims-10-sexual-orientations-skoliosexual-gynesexual)
Apa saja?
Macam-macam, dari mulai agender, androgynous, bigender, cisgender, gender fluid, gender questioning hingga transgender.
Buku itu juga mencantumkan informasi tambahan bahwa preferensi seksual yang juga diakui antara lain heteroseksual, homoseksual, biseksual hingga aseksual.
Dengan adanya informasi yang termaktub pada buku sekolah tersebut, secara nggak langsung mempromosikan gerakan LGBTQ yang kini marak karena memang ada pendana jumbo-nya. Tentang ini saya pernah bahas. (baca disini)
Coba anda bayangkan seorang anak yang masih polos kemudian dibombardir informasi tersebut hari lepas hari, apa nggak konslet lama-lama isi kepalanya?
Jadi kalo ada anak yang mempertanyakan seorang yang punya jenis kelamin transgender, maka anak tersebut dianggap nggak kudet alias kurang update dan bisa berurusan dengan hukum karena dinilai melanggar HAM seseorang.
Asal tahu saja, bahwa buku diktat tersebut merupakan implementasi proyek genderbread person yang intinya memperkenalkan dan mendorong pendidikan transgender pada anak usia sekolah. (https://www.foxnews.com/media/california-school-district-sexual-education-curriculum-includes-genderbread-identity-man)
Mungkin anda bisa tertawa saat ini karena menganggap itu hanyalah sekedar lelucon belaka. “Kalo hanya satu sekolah, bagaimana bisa dianggap sebagai ancaman?”
Tapi yakinlah, bahwa gerakan ini bersifat sistematis. Kasus di California hanyalah test the water. Makin banyak orang diam dan menerima gerakan ini, maka semakin membesar gerakan itu ke depannya karena nggak ada penolakan dari masyarakat.
Pertanyaannya adalah apakah anda rela kalo anak anda kelak mengaggap wajar kaum LGBTQ dan nggak menganggap mereka sebagai ancaman dengan dalih HAM?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments