Perang Cuaca? (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
Seorang pembaca saya yang kritis, bertanya kepada saya, “Selain kemungkinan terjadinya Grand Solar Minimum yang Abang sudah sebutkan, ada nggak kemungkinan lain dibalik ‘gelombang panas’ yang terjadi saat ini?” Kurleb begitu pertanyaannya. (baca disini)
Saya paham kemana arah pertanyaan tersebut.
Bicara soal kemungkinan, tentu ada.
Maksudnya bagaimana?
Kita sudah lama tahu, bahwa media mainstream digunakan sebagai corong propaganda sang Ndoro besar. Mengacu pada hal itu, jika sang Ndoro menginginkan agenda-nya dilaksanakan, maka yang pertama harus anda lihat adalah narasi apa yang diusung oleh media mainstream.
Plandemi Kopit adalah salah satu buktinya. (baca disini dan disini)
Dengan menebar narasi bahwa ada virus baru yang dituding sebagai biang kerok terciptanya pandemi, maka secara otomatis mereka telah menjalankan satu dari 3 cara yang biasa dilakukan, yaotu ‘Menciptakan Masalah’. (baru diikuti reaksi kepanikan, hingga orang yang sudah kalut, tanpa sadar digiring pada solusi atas masalah tersebut, yaitu vaksin)
Hal yang sama dilakukan media mainstream saat ini.
Baru-baru ini CNN membuat headline-nya yang menggambarkan bagaimana China berupa keras mengatasi kekeringan yang terjadi atas Sungai Yangtze, dengan cara melakukan teknik penyemaian awan. (https://edition.cnn.com/2022/08/17/asia/china-heat-drought-climate-yangtze-intl/index.html)
Pertanyaan kritisnya: ngapain media sekelas CNN menerbitkan berita ‘sampah’ seperti itu? Bukankah orang sedunia sudah paham jika teknik penyemaian awan telah lama digunakan (bahkan lebih dari setengah abad lamanya) untuk mengatasi kekeringan? Nothing’s new, right?
Dengan kata lain, bukan teknik penyemaian-nya yang menjadi tekanan, tapi ‘bahaya kekeringan’ yang jadi titik penting perhatian media mainsteam tersebut. Itu cukup masuk akal.
Berdasarkan info yang tersedia, Sungai Yangtze yang merupakan sungai utama di China, mengalami masalah serius akan bahaya kekeringan, Padahal sungai ini memasok air bagi lahan pertanian yang jumlahnya lebih dari 640 ribu hektar.
Belum lagi, aliran sungai yang kering tentu akan berimbas pada kesulitan akses air bersih bagi warga, bukan? (https://www.yicaiglobal.com/news/heatwave-drought-threaten-crops-along-yangtze-river-during-flood-season)
Dengan fakta tersebut, menjadi logis jika Sungai Yangtze berkontribusi sekitar 45% atas nasib perekonomian China.
Sebab selain memasok air bagi lahan pertanian dan juga akses air bersih bagi warga yang bermukim di sepanjang sungai tersebut, Yangtze juga digunakan sebagai rute pengiriman kargo dan juga sebagai sumber utama PLTA yang ada di beberapa zona ekonomi produktif di China.
Karenanya 3 skenario yang mungkin terjadi jika Yangtze benar-benar mengering. Pertama hasil panen-nya jeblok selain rute pengiriman kargo juga bermasalah. (https://www.ny1.com/nyc/queens/ap-top-news/2022/08/19/yangtze-shrinks-as-chinas-drought-disrupts-industry)
Dan yang ketiga, pemadaman listrik terpaksa dilakukan, karena nggak ada pasokan air dari Sungai Yangtze. (https://www.caixinglobal.com/2022-08-17/sichuan-rations-electricity-for-factories-as-drought-curbs-supply-101927156.html)
Masalahnya, tema bahaya kekeringan nggak hanya menimpa China. Media mainstream yang sama juga mengulas ikhwal kekeringan yang juga menimpa banyak sungai-sungai penting lainnya di dunia. (https://edition.cnn.com/2022/08/20/world/rivers-lakes-drying-up-drought-climate-cmd-intl/index.html)
Seolah gayung bersambut, media mainstream lainnya juga mengulas tema kekeringan serupa. Contohnya kekeringan yang melanda Sungai Thames di Inggris, karena debit airnya terlalu sedikit. Jadinya, warga nggak boleh menggunakan sungai tersebut untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. (https://www.cnbc.com/2022/08/17/london-to-face-water-restrictions-from-next-week-thames-water-says-.html)
Sementara yang lain, menggarap tema kekeringan yang berpotensi menyebabkan kelaparan akut di Benua Hitam. (https://www.reuters.com/world/africa/drought-threatens-starvation-horn-africa-un-agencies-say-2022-05-31/)
Pada bagian lain, tema kekeringan juga sengaja diangkat pada Sungai Colorado yang ada di AS, (https://news.yahoo.com/us-cuts-water-allowance-states-184226651.html)
CNN menggaris bawahi bahwa ini bukan saja berpotensi pada skenario gagal panen bagi lahan pertanian di AS, tapi juga masalah bagi peternakan yang menggantugkan aliran sungai sebagai sumber air bagi ternak mereka. (https://edition.cnn.com/2022/08/17/business/west-drought-farmers-survey-climate/index.html)
Sekali lagi, bukan teknik penyemaian cuaca yang menjadi tekanan disini, melainkan cuaca panas yang menyebabkan kekeringan.
Dengan memeriksa semua content media mainstream yang mengangkat isu yang sama tentang cuaca panas yang selalu dikaitkan dengan pemanasan global, nggak berlebihan jika kita wajib bertanya-tanya: adakah skenario dibalik pemberitaan tersebut?
Skenario apakah yang mungkin digelar?
Kita akan bahas pada bagian kedua nanti.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments