Pelacakan Kontak di Negeri Singa


525

Pelacakan Kontak di Negeri Singa

Oleh: Ndaru Anugerah

Kali ini berita datang dari negara tetangga Singapura.

Singapura berencana meluncurkan program pelacakan C19 yang bersifat WAJIB bagi semua warga negaranya.

Apa fungsinya?

Untuk dapat teridentifikasi siapa-siapa saja yang telah menjalin kontak dengan pembawa virus.

“Program ini akan mendistribusikan MICROCHIP BERUKURAN SANGAT KECIL ke 5,7 juta penduduk Singapura dan akan menjadi program penelusuran terlengkap secara global,” demikian ungkap Reuters. (https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-singapore-tech/singapore-plans-a-coronavirus-contact-tracing-device-for-all-to-wear-idUSKBN23C0FO)

Seperti kita ketahu bersama, negara-negara di Asia Tenggara telah mengembangkan aplikasi pelacakan melalui smart phone, yang disebut Trace Together. Fungsinya nggak lain untuk mengidentifikasikan orang-orang yang telah menjalin kontak dengan orang yang telah terinfeksi virus C19.

Pada tataran teknis, aplikasi ini telah diunduh dan diaktivasi oleh sekitar 1,5 juta penduduk Singapura namun tidak berfungsi dengan baik. Masalah utamanya ada di Bluetooth yang tidak diaktivasi selama aplikasi berjalan. Padahal Bluetooth diperlukan untuk aplikasi tersebut bisa berjalan.

Untuk memecahkan masalah ini, pihak Singapura mengadakan diskusi dengan perusahaan Apple namun resolusi nggak ditemukan.

Menteri Vivian Balakrishnan (5/6) mengatakan, “Karena Trace Together tidak berjalan dengan baik di semua smart phone, kami memutuskan untuk mengamatkan penggunaan Trace Together (yang sudah disempurnakan) secara wajib.”

Balakrishnan menambahkan, “Kami tengah mengembangkan dan akan segera meluncurkan perangkat portabel (berupa microchip), sehingga tidak tergantung pada kepemilikan smart phone.”

“Jika perangkat portabel ini sudah siap, kami akan mendistribusikan ke semua orang di Singapura. Ini akan menjadi inklusif karena akan dapat melindungi semua warga negara,” demikian ungkap Balakrishnan kepada parlemen Singapura.

Lalu apa yang dimaksud dengan ALAT PORTABEL?

Secara teknis setiap warga harus mengenakan microchip kecil, sehingga dapat dibawa dalam saku ataupun tas yang bisa dibawa kemanapun mereka bepergian. “Kami mengharapkan program ini dapat diluncurkan dalam waktu dekat,” ungkap sang Menteri.

Namun sayangnya, tidak dibahas secara detil tentang teknologi dibalik perangkat yang akan dipakai, dan bagaimana juga pemerintah akan melacak orang melalui ‘alat portabel’ alias microchip tersebut.

Terlepas dari masalah perangkat portabel tersebut, setidaknya ada masalah serius yang akan dihadapi pemerintahan Singapura, menyangkut masalah privasi. Akan ada banyak masalah privasi manakala perangkat portabel tesebut digunakan secara wajib.

Pertanyaan sederhana: kalo pemerintah hanya akan mengumpulkan data melalui aplikasi pelacakan untuk tahu orang-orang yang terinfeksi C19, lalu data pelacakan lainnya siapa yang akan mendapatkan? Apa ada jaminan datanya nggak bocor karena diretas (di-hacked)?

Bagaimana juga pemerintah akan menggunakan data tersebut secara bertanggungjawab?

Seperti saya pernah ulas, sejatinya program Trace Together di tengah pandemi, hanya merupakan PROGRAM UJICOBA untuk suatu rencana yang besar yang akan digelar pada akhir tahun ini. Tentang ini saya pernah ulas. (baca disini)

Dan Singapura juga bukan negara pertama yang menerapkan aplikasi tersebut.

Di Amrik saja, lembaga penegak hukum telah menggunakan pelacakan kontak (yang melibatkan pihak BIG TECH) dalam mengidentifikasikan perusuh di negara tersebut, sebagai buntut kerusuhan pasca meninggalnya George Floyd. (https://www.zerohedge.com/health/Police Use Contact Tracing And Big Tech To Identify Protesters)

Padahal selama ini warga AS selalu menolak untuk mengadopsi kartu identitas nasioanl karena alasan prinsipil: pemerintah nggak bisa menjamin digital ID tersebut untuk aman digunakan. “Ini akan jadi alat yang mudah untuk melacak dan meneror orang-orang yang dianggap berbahaya oleh pemerintah.”

Setidaknya penulis Paul Hilberg mengamini hal tersebut. (https://goo.gl/YH1ut2)

Secara nggak langsung, alih-alih perang melawan virus Corona, banyak negara di dunia kini telah membuka jalan untuk mengaktivasi negara pengintai (surveillance state) secara besar-besaran untuk kepentingan elite global. (https://www.zerohedge.com/markets/worst-yet-come-contact-tracing-immunity-cards-mass-testing)

Dan mengacu pada analisa saya sebelum-sebelumnya, bahwa ini mutlak diperlukan untuk menyukseskan agenda besar ID2020. (baca disini)

Kalo nggak ngapain juga repot-repot DIBUAT WAJIB untuk setiap warga negara?

Maka jangan heran bila kamera pencitraan termal dan juga drone, kini melonjak permintaannya. (https://www.zerohedge.com/markets/demand-thermal-imaging-cameras-soars-during-pandemic) (https://www.zerohedge.com/technology/pandemic-drones-fly-connecticut-hunting-covid-carriers)

Untuk apa?

Emang untuk melacak keberadaan seseorang yang sudah divaksin C19 atau belum, harus pergi nanyak ke Mbah Dukun?

Yang bokir…

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktuvis 98 GEMA IPB)

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!