Upaya Menuju Endemi?


513

Upaya Menuju Endemi?

Oleh: Ndaru Anugerah

Pandemi Kopit sudah berjalan lebih dari setahun, namun tanda-tanda akan berakhirnya scamdemic tersebut belum terlihat sama sekali.

Dan kalo ini terus berlangsung, bukan nggak mungkin banyak negara akan kolaps dalam hitungan bulan.

Melihat gelagat tidak adanya kejelasan akan game-over nya ‘permainan’ tersebut, pemerintah Singapura buat kebijakan ‘baru’, dimana rencanaya mereka akan hidup normal baru dan berdamai dengan si Kopit.

Artinya si Kopit bukan lagi dianggap ancaman potensial, tapi bagian dari hidup sehari-hari warga negeri Singa tersebut.

Untuk itu pemerintahan Singapura sudah buat road map yang mengatur kegiatan masyarakat agar dapat berjalan normal tanpa adanya karantina apalagi lockdown. (https://www.straitstimes.com/opinion/living-normally-with-covid-19)

Pada tataran teknis, si Kopit turun kelas, karena bakalan dianggap sebagai penyakit endemik lainnya semisal flu atau penyakit tangan, kaki dan mulut.

“Kabar buruknya adalah C-19 nggak akan bisa hilang selamanya. Sementara kabar baiknya, kita akan hidup bersama dengannya di tengah-tengah kita,” demikian ungkap sumber resmi di Singapura.

Kok bisa demikian?

Karena yang namanya virus RNA, natur dasarnya memang bermutasi. Contoh klasik adalah virus influenza. Banyak orang yang terkena virus tersebut tiap tahunnya. Ada yang meninggal, tapi banyak yang berhasil selamat.

Dan si Kopit, memang demikian adanya, bukan? (https://www-straitstimes-com.translate.goog/singapore/health/singapore-planning-for-possibility-that-covid-19-becomes-endemic-here?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=ajax,sc)

Tentang hidup berdamai dengan Kopit, ini bukan ide baru, karena Jokowi sudah bilang itu di awal pandemi. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200507124956-20-501011/jokowi-minta-warga-hidup-berdamai-dengan-virus-corona)

Tapi sayangnya, beliau nggak meyakini apa yang telah dilontarkan. Dan kini Singapura mengambil kebijakan tersebut.

Terus apa yang akan dilakukan pemerintah Singapura ke depannya?

Salah satu yang fenomenal adalah menegasikan pengujian Kopit dengan menggunakan alat PCR. “Selain nggak nyaman untuk digunakan, PCR butuh waktu yang cukup lama untuk tahu hasilnya,” begitu kurleb sumber resmi mengatakan.

Kalo nggak pakai PCR, terus mereka bakalan pakai apa?

Mereka bakal membuat alat tes Kopit yang cepat dan mudah. Selain bakal tersedia di poliklinik dan apotek, alat tes tersebut bakal bisa mendapatkan hasil hanya dalam hitungan menit, tanpa harus melibatkan proses swabbing.

Apa hanya itu?

Bagi mereka yang kedapatan positif dalam tes, mereka nggak lagi dirujuk ke rumkit, melainkan hanya melakukan tindakan isolasi mandiri. Kecuali untuk pasien yang sakitnya parah dan membutuhkan perawatan intensif.

Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah bahwa pemerintah Singapura bakal melonggarkan aturan bagi pertemuan besar atau acara-acara besar lainnya. Dengan melakukan ini, maka pelaku usaha bakal nggak terganggu jadwal operasionalnya.

Dan yang terakhir, mereka bakal membuka kembali jalur wisata. Jadi, para wisatawan yang sudah divaksin, bisa melakukan tes mandiri sebelum keberangkatan dan dibebaskan dari karantina setelah bepergian, asalkan hasil tes-nya negatif.

“Jelas saja Singapura melakukan hal tersebut, karena mereka bergantung pada wisatawan dan investor,” celetuk seorang netizen middle class.

Apa benar demikian? Coba kita jawab dengan data.

Singapura sudah lama dikenal sebagai hub-Ndoro besar di Asia Tenggara. Karenanya kejatuhan negara tersebut, nggak boleh terjadi, apapun taruhannya. Bagaimana China bisa digempur jika negara penghubungnya ambruk gegara si Kopit? (http://infobrics.org/post/30247/)

Itu yang pertama. Yang kedua, Singapura bakal jadi ‘percontohan’ negara-negara di Asia Tenggara, kalo mau keluar dari pandemi si Kopit.

Nggak aneh kalo yang didengungkan oleh pemerintah negeri Singa tersebut adalah vaksinasi dan vaksinasi. Aliasnya, hanya dengan vaksinasi suatu negara bakal terbebas dari si Kopit.

Sebagai informasi, Singapura sudah mengedarkan sebanyak 5 jutaan vaksin bagi warganya per 21 Juni silam atau sekitar 36% warganya. Rencananya bakal ada sekitar 67% warga yang bakal divaksin secara penuh pada 9 Agustus mendatang. (https://www.straitstimes.com/multimedia/graphics/2021/06/singapore-covid-vaccination-tracker/index.html?shell)

Pesan yang ingin disampaikan adalah bukan soal Singapura yang kekurangan investor apalagi wisatawan bagi negaranya, seperti klaim netizen sotoy tadi. “Kalo mau keluar dari pandemi, ikuti program vaksinasi yang diadakan sang Ndoro besar. Titik.”

Itu pesan tersirat yang hendak disampaikan kepada negara-negara di Asia Tenggara, dengan menjadikan Singapura sebagai ‘role model-nya’.

Semoga anda paham skenario-nya dan nggak makin sotoy.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!