Lihat Faktanya


507

Lihat Faktanya

Oleh: Ndaru Anugerah

Pemerintah Israel termasuk salah satu yang paling getol memvaksinasi warganya. Tentang ini saya pernah bahas beberapa bulan yang lalu. (baca disini)

Dan sekarang mereka tengah menyasar kaum mudanya untuk wajib divaksin. Ini dikarenakan adanya klaim bahwa kasus infeksi di kalangan remaja kini ‘kian’ meningkat. (https://www.jpost.com/israel-news/covid-vaccination-surges-among-young-teens-as-cases-rise-671650)

Pertanyaannya: apakah program vaksinasi berjalan aman dan sesuai ekspektasi?

Justru sebaliknya.

Pemerintah Israel telah memberikan konfirmasi bahwa 50% dari mereka yang terinfeksi Kopit, nyatanya telah mendapatkan vaksinasi lengkap alias 2 suntikan. Jadi setelah divaksinasi, mereka malah rentan terkena infeksi Kopit. (https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/308653)

“Dari 891 kasus virus Corona yang dikonfirmasi, setengahnya telah menerima kedua dosis vaksin m-RNA Pfizer,” ungkap Dr. Sharon Alray-Price selaku Kepala Dinas Pelayanan Kesehatan.

Dan ini selaras dengan analisa saya beberapa bulan yang lalu, bahwa vaksin Big Pharma, justru dapat menyebabkan infeksi Kopit. (baca disini dan disini)

Apakah pemerintah Israel nggak mengetahui akan dampak dari vaksin Big Pharma tersebut?

Nggak juga.

Setidaknya para pejabat sudah paham kalo vaksin tersebut nggak bisa memberikan perlindungan yang memadai bagi seseorang terhadap infeksi Kopit.

Bahkan pihak intelijen militer Israel telah memperingatkan skenario tersebut sejak Januari 2021 silam, bahwa vaksinasi massal malah akan menyebabkan munculnya jenis virus Kopit baru yang resisten terhadap vaksin yang diberikan. (https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/295448)

Tapi karena program Ndoro besar, pemerintah Israel jadi nggak berkutik dan lebih memilih untuk ‘mengorbankan’ warganya.

“Tujuan kami yang pertama dan terutama pada saat ini adalah untuk melindungi warga Israel dari serangan varian Delta yang mengamuk di seluruh dunia,” ungkap PM. Naftali Bennett. (https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/308713)

Bahkan aturan green-passport bagi mereka yang telah divaksinasi, akhirnya dianulir. Mereka yang sudah divaksin, nggak bisa mendapatkan kebebasan mereka karena harus menerapkan protokol kesehatan kembali dipicu oleh munculnya varian Delta. (https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/308394)

Kalo di Israel saja pemerintahnya bisa ‘kejam’ sama warganya, kebayang dong dengan kelakuan pemerintah di belahan dunia lainnya?

Pertanyaannya: mana yang lebih membunuh, virusnya apa vaksinnya? (http://www.adrreports.eu/en/background.html)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Ijin tanya mas, Bukankah pandemi ini palsu, penyakitnya palsu, virusnya palsu, alat tesnya fraud alias boongan, maka pandemi ini banyak yang sebut Pandemi test PCR. semakin banyak dilakukan test ya kasus makin meledak.

    Nah bukankah standar ganda jadinya kalau giliran pihak yang sama (para truth seekers) mempercayai data yang udah full vaccinated rentan kena Kopit. BUkankah “kena kopit” disini juga dengan tools yang sama (Test PCR)?

    Dalam kasus Kopit secara umum menegasikan PCR
    Dalam kasus kopit pasca vaksinasi mengesampingkan “kengacoan” PCR

    1. ijin jawab. perasaan jadi pembaca saya sudah lama deh? kok sepertinya belum tahu stand saya ya?

      tentang PCR, virus Kopit dan lain sebagainya, pasti bro banderaz sudah paham tentang itu. tentang posisi saya selaku truth seekers, itu juga bro banderaz juga sudah tahu.

      cuma, apa tagline besar yang menjadi sorotan para analis geopolitik dunia saat ini adalah soal pandemi abal-abal berkedok kopit. itu yang jadi pokok masalahnya, bukan pada virusnya itu sendiri. banyak analis geopolitik kondang bicara keras tentang vaksinasi, itu bukan berarti dia setuju sama program vaksinasi, tapi justru menolak keras program tersebut, karena ada ‘sisipan’ di dalamnya. itu yang jadi masalah sesungguhnya.

      kalo saya bahas tentang orang yang divaksin kemudian lebih rentan terkena kopit, itu fakta yang nggak bisa dinegasikan. dan seharusnya, vaksinasi dihentikan karena lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. jadi bukan berarti saya percaya pandemi abal-abal ini.

      selama isolated virus belum ada, selamanya virus itu hanya asumsi.

      1. Yes, akhirnya dapet jawaban panjang dan jelas dari Mas Ndaru, istilahnya kita bicara dengan sudut pandang sebagai sheeple dengan fakta2 yg ada di permukaan biar terbuka nalarnya. Paham mas.
        Betul mas, visrus itu bukan fakta, hanya asumsi. Begitu juga contagion, penularan, mitos belaka.
        Terimakasih banyak mas…

error: Content is protected !!