Operation Paperclip


512

Operation Paperclip

Oleh: Ndaru Anugerah

Perang Dunia II berakhir seiring sukses bom atom AS yang dijatuhkan ke kota Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945. Total 200 ribu manusia meregang nyawa akibat senjata mematikan tersebut.

Jerman sebagai negara rekanan Jepang-pun akhirnya dipaksa mengibarkan bendera putih pada negara sekutu.

Saat melucuti tentara Jerman khususnya di pedesaan, pasukan AS dibuat kaget oleh temuan di lapangan. Ternyata Nazi Jerman telah mengembangkan senjata biologis sebagai alat pemusnah massal, selain roket V-nya.

“Hitler ternyata telah menciptakan senjata racun syaraf sebagai mesin perang,” tukas penulis sejarah terkenal Anie Jacobsen.

Berdasarkan temuan tersebut, maka Departemen Pertahanan AS kemudian berinisiatif untuk membajak para ilmuan Nazi yang terkait proyek persenjataan biologis tersebut.

Masalahnya, bukan cuma AS yang tahu rahasia besar tersebut. Uni Soviet sebagai sekutu mereka para PD II, juga berhasil mendapatkan informasi yang sama.

Akibatnya AS dan Uni Soviet kemudian saling berlomba untuk mendapatkan beberapa ilmuwan Nazi Jerman dengan tujuan untuk dapat mengembangkan teknologi militer mereka masing-masing. Kelak teknnologi tersebut yang kemudian dipakai saat perang dingin berlangsung.

Dalam memuluskan rencananya tersebut, AS menjalankan operasi intelijen bersandi: Paperclip.

Secara sederhana, operasi Paperclip yang dijalankan pada akhir Agustus 1945 adalah upaya untuk memboyong ilmuwan top Nazi Jerman ke AS lewat jalur intelijen sehingga tidak terekspos oleh publik saat itu.

Total ada sekitar 88 orang ilmuwan yang berhasil diseludupkan ke AS pada November 1945.

Dalam menjalankan operasi tersebut, pihak AS tidak mau gegabah. Para ilmuwan yang berhasil diboyong ke AS kemudian menjalani serangkaian litsus dan karantina guna menguji loyalitas mereka terhadap AS ke depannya, selain membuktikan keahlian yang mereka miliki.

Para ilmuwan tersebut dengan senang hati membelot ke AS agar terhindar dari Pengadilan Tribunal Nuremberg yang digelar bagi penjahat perang NAZI Jerman. “Daripada mati di tiang gantungan atau ditembak mati, ya mendingan membelot lah.”

Ada banyak nama yang cukup terkenal yang sebelumnya dinyatakan bersalah dalam persidangan para penjahat perang tersebut.

Linda Hunt penulis Secret Agenda menyatakan bahwa Dr. Kurt Blome berhasil diselamatkan dari tiang gantungan karena adanya intervensi AS dalam tribunal tersebut.

Blome sendiri dalam persidangan mengakui bahwa dia telah bekerja pada proyek senjata biologis Nazi Jerman yang kerap bereksperimen terhadap para tahanan kamp konsentrasi. Senjata biologis yang dikembang bervariasi mulai dari pengembangan wabah pes hingga penggunaan gas sarin di Auschwitz.

Di masa jayanya, bahkan Adolf Hitler sendiri sempat mempekerjakan Blome sebagai kepala divisi riset kanker Nazi Jerman selain bertanggungjawab atas proyek pengembangan senjata biologis.

Setelah berhasil dibebaskan oleh AS, Blome direkrut oleh Korps Kimia Angkatan Darat AS dan ditugasi sebagai penasihat Pentagon tentang perang biologis.

Selain Blome ada nama lain yang berhasil juga direkrut, yaitu: Erich Traub. Traub sendiri merupakan mantan kepala fasilitas perang biologis rahasia Nazi Jerman. Traub kemudian dibawa ke AS dan diberi job sebagai konsultan pada Naval Medical Research Institute.

Dan kemudian, Traub didaulat sebagai konsultan operasi CIA selain sebagai penasihat peneliti biologis pada bio-lab Angkatan Darat AS di Fort Detrick, Maryland.

Berikutnya ada satu nama lain yang cukup penting, yaitu Walter Schieber. Schieber sendiri berperan dalam riset teknologi perang Nazi, terutama yang berkaitan dengan persenjataan kimia.

Schieber tergolong ilmuwan Nazi yang sukses. Buktinya Hitler pernah menganugerahinya penghargaan Warr Merrit Cross atas jasanya pada Nazi Jerman.

Saat PD II berakhir, kapasitas Schieber di bidang persenjataan kimia menarik minat Brigjen Charles Loucks sebagai Komandan US Army Chemical Corps. Loucks sendiri memanfaatkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki Schieber seputar gas sarin dan tabun bagi kemajuan departemennya di AD.

Schieber belakangan direkrut oleh dinas intelijen CIA, dalam upaya mengembangkan proyek-proyek rahasia yang melibatkan penggunaan persenjataan kimia saat perang.

Tak bisa dipungkiri bila para ilmuwan Nazi tersebut punya andil dalam pengembangan iptek dan teknologi perang AS. Program Apollo adalah salah satunya. Dan senjata biologis yang sampai kini dikembangkan AS, cikal bakalnya adalah para penjahat perang Nazi tersebut.

Jadi kalo sekarang AS telah berhasil mengembangkan persenjataan biologis di bio-lab mereka seperti Fort Detrick, Maryland apakah itu hanya sekedar teori konspirasi belaka?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!