Nggak Hanya Itu Keuleus


516

Nggak Hanya Itu Keuleus

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, kalo cuma krisis yang menimpa Evergrande, mana mungkin China mengalami masalah yang berat?” tanya seorang netizen.

Sekarang saya balik tanya: apakah krisis gagal bayar utang hanya menimpa Evergrande? Karena kalo iya jawaban anda, artinya anda kudet.

Seperti saya pernah ulas jauh-jauh hari sebelumnya, bahwa krisis keuangan di China yang dipicu oleh mandeknya sektor properti, bukan kaleng-kaleng. Dan Evergrande-lah pemicu utamanya. (baca disini, dan disini)

Lantas, apakah sekarang hanya Evergrande yang mengalami masalah keuangan?

Satu yang perlu anda catat bahwa efek domino dalam ekonomi itu ada dan nyata.

Anda pernah dengar Fantasia Holdings?

Perusahaan pengembang properti layaknya Evergrande inipun tengah terlilit utang jatuh tempo yang nggak bisa dibayarnya. Angkanya mencapai USD 205,7 juta alias sekitar Rp. 2,9 triliun. (https://finance.yahoo.com/news/fantasia-holdings-fails-pay-205-002347560.html)

Berikutnya ada perusahaan kondang pada dunia properti di China yang bernama Sinic Holdings. Asal tahu saja, perusahaan inipun tengah kesulitan membayar bunga pinjaman atas utang yang dimilikinya dan terancam bangkrut. (https://www.caixinglobal.com/2021-10-21/chinese-developer-sinic-defaults-amid-evergrande-crisis-101789330.html)

Karena statusnya yang siaga ‘merah’ tersebut, maka Fitch Ratings akhirnya memberi peringkat bangkrut baru pada Sinic, dari C ke RD (Restricted Default). Kalo anda main saham, pasti anda tahu artinya status tersebut, bukan?

“Perusahaan gagal membayar obligasi senior sebesar USD 250 juta yang telah jatuh tempo pada 18 Oktober 2021 silam, dan tidak ada masa tenggang untuk pelunasan obligasi tersebut,” ungkap Fitch Ratings. (https://www.fitchratings.com/research/corporate-finance/fitch-downgrades-sinic-to-restricted-default-after-missed-payments-withdraws-ratings-21-10-2021)

Selanjutnya ada nama China Properties Group yang juga punya masalah gagal bayar wessel senilai USD 226 juta, karena gagal mengamankan dana tersebut yang statusnya jatuh tempo. (https://asia.nikkei.com/Business/Markets/China-debt-crunch/China-Properties-defaults-on-notes-worth-226m)

Dan yang paling gres adalah masalah pada industri properti yang menimpa Kaisa Group Holdings. Perusahaan properti papan atas China inipun mengalami nasib serupa karena impoten dalam membayar produk manajemen kekayaannya (Wealth Management Product).

Ini jelas menambah kekhawatiran publik akan efek domino ambruknya raksasa Evergrande. (https://www.reuters.com/business/chinese-developer-kaisa-plunges-poor-oct-sales-add-liquidity-worries-2021-11-04/)

Dari situ saja anda bisa tarik kesimpulan, bahwa krisis keuangan di China memang nyata dan ini akan memicu dampak negatif lainnya.

Jadi kalo anda bilang bahwa ekonomi China fine-fine aja dalam menghadapi krisis kali ini, kek nya anda butuh liburan dan harus main lebih jauh lagi.

Anyway, sruput pertalite-nya dulu kawan, yang kini mulai langka di pasaran. (https://www.liputan6.com/regional/read/4704594/langka-di-spbu-harga-bbm-pertalite-di-daerah-ini-tembus-rp50-ribu-per-liter)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!