Menyoal Sindrom Havana (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada bagian pertama tulisan saya telah membahas tentang narasi adanya sindrom Havana yang menyerang para pejabat/diplomat AS yang tersebar di banyak negara. (baca disini)
Nyatanya itu hanyalah halusinasi yang nggak pernah bisa dibuktikan secara ilmiah. Mirip-mirip dengan plandemi Kopit yang nggak bisa dibuktikan perihal keberadaan isolat virus alias virus yang telah dimurnikan. (baca disini dan disini)
Kalo begitu, senjata energi yang dapat diarahan ke target tertentu, ada apa nggak sih?
Seorang jurnalis veteran yang punya spesialisasi akan hal itu telah mengkonfirmasikan. “Sudah jadi rahasia umum kalo itu memang ada dan jadi bagian dari militer yang ada di seluruh dunia,” ungkapnya. (https://web.archive.org/web/20201230145440/https:/decipheryou.com/2015/06/24/hacking-team-directed-energy-weapons-now-operationally-feasible/)
Bahkan WikiLeaks juga mengamini hal tersebut. Directed Energy Weapons (DEW) tidak hanya ada tapi juga telah diujicobakan. Dan ini tidak hanya dipakai dikalangan militer tetapi juga dikalangan kepolisian yang ada di banyak negara. (https://wikileaks.org/hackingteam/emails/emailid/566911)
Siapa yang bertindak sebagai produsen dari senjata tersebut?
Ada Boeing, Lockehead Martin, Raytheon hingga BAE Systems.
Dari sini saja kita tahu nama-nama tersebut siapa, bukan?
Rilis resmi yang diungkapkan Office of Naval Research (ONR) AS juga menyatakan hal tersebut. “Angkatan Laut AS telah menggunakan DEW untuk proyeksi kekuatan dan misi pertahanan terintegrasi,” begitu kurleb-nya. (https://www.onr.navy.mil/en/Science-Technology/Departments/Code-35/All-Programs/aerospace-science-research-351/directed-energy-weapons-high-power-microwaves)
Apa keuntungan menggunakan DEW?
Banyak tentunya. Dari mulai aplikasi yang terbilang cepat, dapat digunakan secara diam-diam tanpa bisa terdeteksi. Karena daya jelajah yang sangat jauh, maka DEW otomatis lebih irit biaya operasionalnya ketimbang senjata lainnya.
Misalnya Railgun milik AL AS yang dapat mendorong proyektil dengan kecepatan lebih dari 5 ribu mil perjam. Luar biasa! (https://www.onr.navy.mil/en/Media-Center/Press-Releases/2015/Railgun-at-Future-Force-EXPO)
Selain Railgun, ada juga High-Powered Microwaves (HPM) yang juga dimilik AL AS sebagai senjata taktis dan strategis pada perang elektro magnetik selain digunakan sebagai sistem pertahanan terpadu. (https://www.onr.navy.mil/-/media/Files/Annual-Reports/FY19/35/FY19-DEW-HPM-Annual-Report.ashx?la=en&hash=97037B25410F883AF60392E75E23FD5A0512C3E3)
Ada juga laser canggih yang dapat memusatkan energi dalam jumlah besar pada target yang disasar, seperti kendaraan darat dan udara, termasuk drone. (https://www.onr.navy.mil/en/Media-Center/Press-Releases/2014/Laser-Weapon-Ready-For-Deployment)
Itu di Amrik. Lain lagi ceritanya dengan Rusia. Negara ini telah mengembangkan DEW-nya sendiri, dimana jet tempur MiG-35 miliknya telah menggunakan sistem laser yang tertanam pada badan pesawatnya. (https://english.pravda.ru/news/russia/136730-mig_35_laser/)
Kasus yang terjadi di tahun 2014 silam dimana kapal induk AS USS Donald Cook yang beroperasi di Laut Hitam sempat mengalami kerusakan akibat serangan jet milik Rusia yang ditenggarai menggunakan teknolgi DEW. (https://www.rbth.com/defence/2017/07/12/a-farewell-to-traditional-arms-russia-develops-weapons-for-the-future_801080)
China juga telah mengembangkan senjata terarah. Kalo anda pernah dengar Silent Hunter berupa senjata laser yang dapat diarahkan pada target yang berjarak lebih dari satu mil dan meledakannya, pasti anda nggak asing lagi. (https://www.popsci.com/china-new-weapons-lasers-drones-tanks/)
Selain mengembangkan laser sebagai senjata terarah, China juga mengembangkan sistem radiasi gelombang mikro yang dapat menonaktifkan peralatan elektronik target yang disasar termasuk pada rudal dan kendaraan. (https://www.popularmechanics.com/military/research/news/a24973/chinese-microwave-weapon-short-out-ieds-tanks/)
Ada juga Long Range Acoustic Device (LRAD) senjata terarah buatan AS yang dipakai di Inggris. Meskipun pada awalnya berupa meriam suara, belakangan LRAD bertransformasi ke bentuk senjata yang dapat digenggam. (https://www.gov.uk/government/news/725m-investment-for-laser-and-radio-frequency-weapons)
Jadi kegunaan LRAD sebagai senjata terarah, mulai dari mencegah satwa liat masuk ke landasan pacu pesawat, hingga sebagai senjata pengendali massa seperti yang pernah digunakan saat protes Black Lives Matter di 2020 silam.
Pada saat digunakan, maka target yang menjadi sasaran akan menderita pusing dan mual. Ini nggak aneh karena LRAD mampu menghasilkan suara hingga 150 dB. Padahal ambang batas suara yang ditoleransi hanya 85 dB. Gimana nggak pusing jika seseorang disasar senjata tersebut? (https://www.rferl.org/a/explainer-lrad-sound-cannon/24927845.html)
Dan banyak lagi senjata terarah yang telah banyak diaplikasikan. Jadi ini bukan fiktif apalagi konspiratif, karena ada dokumen resminya.
Beda lagi dengan sindrom Havana yang nggak punya data penunjang alias hanya tudingan semata. Itu baru kospiratif.
Sampai sini saya harap anda mengerti duduk masalahnya.
Lantas, apa target dari dihembuskannya sindrom Havana tersebut?
Nggak lain ntuk mengaktivasi kembali Perang Dingin 2.0 yang menyasar Rusia dan sekodannya. Bukankah Rusia adalah hambatan bagi proyek besar dari kartel Ndoro besar saat ini?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments