Menyoal Sindrom Havana (*Bagian 1)


527

Menyoal Sindrom Havana (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Havana, Kuba 2016. Pejabat AS yang ada di negara Karibia tersebut mulai mengeluh secara berjamaah dan mulai mendengar suara-suara aneh, menderita sakit kepala cenat-cenut, mual, serta mulai kehilangan indera penciuman dan juga ingatan.

Inilah yang kemudian menciptakan satu istilah baru yang dinamakan sindrom Havana, karena awalnya gejala tersebut bermula disana. (https://www.economist.com/the-economist-explains/2021/08/23/what-is-havana-syndrome-the-puzzling-malady-plaguing-western-diplomats)

Ditambah bumbu sana-sini oleh media mainstream, maka makin ramailah sindrom tersebut yang ditenggarai sebagai senjata gelombang micro yang sengaja digunakan oleh Rusia untuk menyasar para diplomat AS. (https://edition.cnn.com/2017/11/02/politics/cuba-minister-sonic-attacks/index.html)

Narasi makin menjadi liar saat satu orang agen CIA yang ditempatkan di Moskow, belakangan mengalami gejala yang sama. (https://www.gq.com/story/cia-investigation-and-russian-microwave-attacks)

Akibat isu adanya Sindrom Havana di Hanoi, kunjungan Wapres Harris ke Vietnam terpaksa ditunda dengan alasan keamanan. (https://edition.cnn.com/2021/08/24/politics/kamala-harris-vietnam/index.html)

Siapa yang membuat isu tersebut menjadi bola liar?

Tentu saja media mainstream.

“Analis pakar dan ilmuwan CIA berpendapat adanya keterlibatan Rusia pada sindrom tersebut,” begitu kurleb-nya. (https://www.nytimes.com/2020/12/05/business/economy/havana-syndrome-microwave-attack.html)

Ada lagi yang menurunkan headline nggak kalah serunya. “Biden harus ambil sikap terhadap perang rahasia yang dilancarkan Putin pada AS.” (https://www.washingtonpost.com/opinions/global-opinions/biden-must-call-out-putins-secret-war-against-the-united-states/2020/12/09/41caf36e-3a51-11eb-9276-ae0ca72729be_story.html)

Nggak sedikit juga yang menyandingkan sindrom Havana dengan gambar yang berkaitan dengan segala hal yang berbau Moskow. (https://www.nbcnews.com/nightly-news/video/year-long-investigation-reveals-likely-cause-of-havana-syndrome-97284677593)

Pertanyaannya sederhana: kalo ada tudingan bahwa Sindrom Havana diinisiasi oleh Rusia, apakah ada buktinya? Apakah dapat dibuktikan secara ilmiah tentang sindrom aneh tersebut?

Nyatanya, berkaitan dengan para korban yang terkena sindrom tersebut, CIA nggak pernah merilis data resminya. (https://www.newyorker.com/magazine/2018/11/19/the-mystery-of-the-havana-syndrome)

Bahkan FBI menyimpulkan bahwa Sindrom Havana hanyalah penyakit psikogenik massal yang agak mirip dengan histeris massa. (https://www.newyorker.com/news/news-desk/vienna-is-the-new-havana-syndrome-hotspot)

Kalo begini realitasnya, kenapa narasi Sindrom Havana menjadi begitu booming?

Adalah sebuah studi yang diterbitkan pada The Journal of American Medical Association (JAMA) yang melegitimasi narasi tersebut. “Teori serangan gelombang mikro dapat mengganggu saraf orang yang menderitanya.” (https://www.nytimes.com/2018/09/01/science/sonic-attack-cuba-microwave.html)

Belakangan, penelitian tersebut dikutuk oleh banyak ilmuwan dunia karena terbukti nggak akurat.

“Nggak ada sindrom baru seperti yang diklaim pada penelitian itu,” ungkap Prof. Della Sala dari Universitas Edinburg. (https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001094521830087X)

Bahkan nggak sedikit yang nyinyir ke JAMA karena mengekspos penelitian yang berbau konspiratif. (https://www.theguardian.com/world/2018/jun/01/cuba-sonic-attack-conspiracy-theories-and-flawed-science)

Dan terakhir, rekan sejawat yang telah mereview penelitian tersebut, meminta agar artikel tersebut ditarik dari peredaran karena banyaknya asumsi cacat di dalamnya. (https://twitter.com/nataliesurely/status/1320797212935413761)

Kalo bisa disimpulkan, itu ‘penelitian’ titipan dari pihak yang sengaja menghembuskan ide sindrom Havana tersebut.

Buktinya, National Academies of Sciences, Engineering and Medicine menegaskan, “Hipotesis yang diajukan kurang bukti dan tidak jelas.” (https://www.nap.edu/catalog/25889/an-assessment-of-illness-in-us-government-employees-and-their-families-at-overseas-embassies)

Case closed.

Tentang narasi adanya sindrom abrakadabra tersebut, bukan yang pertama kaloi ada di kolong jagat.

Pada dekade 1980-an, pernah ada juga fenomena Hujan Kuning yang ada di Asia Tenggara.  Pasukan AS menduga ada senjata kimia yang digunakan Uni Soviet sebagai senjata pemusnah massal. (https://www.nytimes.com/1987/09/03/opinion/yellow-rain-falls.html)

Apakah benar tudingan yang dilontarkan oleh pasukan AS tersebut?

Nggak juga.

Belakangan terbutkti bahwa tudingan tersebut hanyalah pepesan kosong, mengingat zat kuning yang menempel pada dedaunan tersebut nggak lain adalah kotoran lebah madu.

Lalu, apakah senjata yang dapat digunakan untuk menyasar entitas tertentu secara langsung tidak ada? Kalo ada, bagaimana bentuknya?

Pada bagian kedua saya akan mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!