Upaya Mengembangkan Sayap Kanan di Dunia


533

Upaya Mengembangkan Sayap Kanan di Dunia

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana AS dapat menggulingkan banyak rejim di dunia, yang tidak sesuai dengan garis kebijakan mereka?

Banyak cara tentunya. Salah satunya, dengan cara mendukung kelompok sayap kanan yang ada di banyak negara. Dan salah satu yang paling sukses dan kemudian di copas di banyak negara lain di dunia adalah Indonesia.

Setidaknya begitu yang diungkapkan oleh Vincent Bevins dalam buku terbarunya yang berjudul: The Jakarta Method: Washington’s Anticommunist Crusade and the Mass Murder Program That Shaped Our World (https://www.publicaffairsbooks.com/titles/vincent-bevins/the-jakarta-method/9781541724013/)

Metode Jakarta secara ringkas merupakan cara yang diambil AS dalam mendukung kelompok-kelompok sayap kanan yang ada di Indonesia dalam menumbangkan rejim Soekarno kala itu.

Kenapa seorang Soekarno layak digulingkan?

Apa dia seorang komunis?

“Soekarno tidak pernah menjadi seorang komunis,” demikian ungkap Bevins. “Soekarno merupakan seorang pragmatis yang ingin mempertahankan kekuasaan. Untuk itu dia berusaha menumbuhkan ekonomi Indonesia, meningkatkan standar hidup rakyatnya dan berusaha mengembangkan pengaruhnya di dunia internasional,” tambah Bevins.

Sejak pasca kolonial, Soekarno memimpin Indonesia dengan cara membuat keseimbangan dalam pemerintahannya (balance of power). Semua kelompok dari mulai Islamis, komunis hingga tentara semua diakomodir, dan diizinkan untuk mengembangkan pengaruhnya di dalam negeri.

Ini pula yang akhirnya membuat PKI berhasil mengumpulkan banyak massa di Indonesia dan menjadikannya sebagai partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan China.

Kondisi ini membuat seorang Soekarno mendapat ‘kartu merah’ dari pemerintahan Paman Sam.

Tapi bukan itu faktor utama yang membuat seorang Soekarno akhirnya ditumbangkan.

Di tahun 1955, Soekarno menggagas Gerakan Non Blok (GNB), dengan menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung. Dalam KAA tersebut, disepakati sepuluh prinsip dalam mengatur hubungan di Dunia Ketiga.

Dunia Ketiga sendiri merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan kelompok negara yang tidak memihak blok NATO (pimpinan AS) maupun blok Komunis (pimpinan Uni Soviet) pada situasi Perang Dingin. (https://www.nationsonline.org/oneworld/third_world.htm#:~:text=The%20term%20Third%20World%20was,Asia%2C%20Latin%20America%20and%20Oceania.)

Langkah yang diambil Soekarno sebagai penggagas GNB, jelas membuat AS naik pitam. Dalam kacamata Washington, Soekarno berupaya untuk merajuk Global South (negara-negara Selatan) untuk berselisih dengan AS yang imperalis. Padahal AS sangat butuh dukungan saat itu dalam melawan blok komunis pimpinan Uni Soviet.

“Kalo upaya Soekarno sukses dalam membentuk aliansi Global South, apa nggak berabe buat Mamarika?”

Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya diputuskan bahwa AS mengambil sikap bermusuhan terhadap Indonesia. Itu terjadi di medio 1960-an. Dan pada tataran teknis, Soekarno harus digulingkan.

Disinilah pentingnya kelompok-kelompok sayap kanan yang mendapat dukungan dari AS. Dan sosok yang didaulat untuk menggulingkan rejim Soekarno adalah Jenderal Soeharto.

“Soeharto adalah seorang jenderal yang kurang terkenal sebelum peristiwa 1965. Tapi retorika anti-komunisnya membuat dirinya disayangi oleh para pejabat CIA,” begitu tulis Bevins.

Dan benar saja. Begitu berkuasa, Soeharto langsung menggelar genosida dengan memusnahkan jutaan orang yang dianggap sebagai anggota/simpatisan komunis di Indonesia. “Angkanya mencapai 500 ribu hingga 1 juta orang,” kutip Bevins.

Sukses ‘Metode Jakarta’ di Indonesia, menjadikannya sebagai inspirasi bagi Washington dalam mendukung kelompok-kelompok sayap kanan yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Dari Chili hingga Brazil, gerakan anti-komunis yang dibina AS, mulai membuka diskursus tentang ‘rencana Jakarta’.

Dalam kacamata Bevins, ‘Metode Jakarta’ nggak lain adalah pemusnahan warga sipil yang diorganisir oleh negara, yang menentang rejim kapitalis dan imperialis yang loyal kepada garis kebijakan Washington.

Di seluruh penjuru dunia, ‘Metode Jakarta’ banyak dicopas oleh negara-negara di Amerika Latin, dimana ratusan ribu orang terpaksa ‘dihilangkan’ atas nama operasi senyap ‘anti-komunisme’ selama beberapa dekade selanjutnya.

“Setidaknya ada 20 negara yang mendukung program pemusnahan anti-komunis yang disokong oleh AS, dari mulai: Argentina, Timor Leste hingga Irak,” ungkap Bevins.

Lalu berapa jumlah korbannya? “Melebihi jumlah orang yang terbunuh di Uni Soviet dan Blok Timur selama periode yang sama,” papar Bevins.

Dalam merespons gerakan berkode “Metode Jakarta”, Che Guevara kemudian menyerukan kepada kelompok sayap kiri di dunia untuk mempersenjatai diri mereka sebelum ekstrimis anti-komunis yang didukung oleh AS menghancurkan mereka.

Jangan heran bila rejim komunis yang bisa tetap eksis pasca Cold War, terkenal dengan pelanggaran HAM-nya. Kenapa ini bisa terjadi? Ya karena mereka sukses belajar dari guru besarnya – rejim Washington.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!