Menyoal Logam Tanah Jarang
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, bisa kasih ulasan tentang Logam Tanah Jarang alias Rare Earth Elements?” tanya seorang pembaca setia saya. Ini pertanyaan sudah dilontarkan beberapa bulan yang lalu, dan saya baru kepikiran untuk mengulasnya sekarang.
Maafkan saya ya. Bukan karena sengaja nggak mau membahas, tapi jadwal padat yang saya punya.
Rare Earth Elements (REE) adalah 17 elemen mulai dari Lantanum hingga Lutetium, serta Yttrium hingga Skandium, yang berbagi sifat fisik dan kimia dengan lantanida. Dengan kata lain, REE terdiri atas unusr utama: lantanida, itrium (Y) dan Skandium (Sc).
Sifat fisik dan kimianya yang unik menjadikan REE sebagai unsur yang penting dalam menciptakan peralatan canggih yang berkaitan dengan magnet, katalis dan juga baterai. (https://www.americangeosciences.org/critical-issues/faq/what-are-rare-earth-elements-and-why-are-they-important).
Jadi REE ini sangat dibutuhkan sebagai bahan baku bagi teknologi masa depan.
Dengan populasi dunia yang diprediksi akan mencapai 9 milyar pada 2050 nanti, serta kebutuhan atas SDA yang meningkat secara eksponensial, maka nggak salah kalo REE bakal jadi primadona. (https://community.apan.org/wg/tradoc-g2/fmso/m/fmso-monographs/237826)
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa semua peralatan canggih yang bersifat futuristik, dari yang bertujuan damai hingga perang, semua pakai REE sebagai komponen utamanya.
Karena memiliki sifat berharga seperti konduktivitas listrik yang tinggi dan juga punya daya magnet yang kuat, maka REE digunakan untuk menciptakan teknologi rendah karbon.
Contoh yang paling sederhana adalah magnet permanen yang ada pada turbin angin lepas pantai, selain bahan esensial dalam membuat baterai dan motor kendaraan listrik. Dan bicara soal zero carbon, nggak ada yang bisa diandalkan kecuali dipakainya REE tersebut. (https://www.bbc.co.uk/sounds/play/m000pmx1)
Bahkan saking pentingnya, Kolonel Charles J. Buttler bilang, “Komponen sistem senjata AS nggak akan bisa tercipta tanpa adanya REE.” (https://static1.squarespace.com/static/579fc2ad725e253a86230610/t/57ec77e3be6594808a453ff4/1475114980255/38-1_Butler1.pdf)
Jadi senjata perang canggih yang berpemandu presisi sekelas rudal, laser, satelit hingga sistem radar, sudah pasti membutuhkan REE.
Mengingat pentingnya REE, maka penambangan unsur tersebut jadi makin intensif.
Kalo pada 1995, produksinya hanya 80 ribu ton, maka di tahun 2019, produksinya meningkat hampir 3 kali lipat, yaitu 214 ribu ton. (https://www.ifpenergiesnouvelles.com/article/les-terres-rares-transition-energetique-quelles-menaces-les-vitamines-lere-moderne)
Lalu dimana posisi REE dalam peta geopolitik dunia? Siapa yang pegang kendali atas REE tersebut?
Secara umum, cadangan REE global diperkirakan mencapai 120 juta metrik ton, dimana China memimpin dengan total cadangan hingga 44 juta metrik ton. (https://newseu.cgtn.com/news/2021-04-13/What-are-rare-earth-metals-and-what-are-they-used-for–ZgHxWfrePm/index.html)
Jadi sepertiga cadangan REE dunia, sudah dimiliki China, meskipun negara-negara lain punya unsur tersebut. Bisa dikatakan China memegang monopoli atas REE baik sebagai produsen maupun eksportir.
Nggak aneh jika kemudian Deng Xiaoping bilang, “Timur Tengah boleh bangga dengan kandungan minyaknya, tapi China punya kendali atas REE.” (https://www.jstor.org/stable/pdf/resrep00363.pdf?refreqid=excelsior%3A7c933100ea9381aa67455ad747ad016a)
Awalnya, AS merupakan produsen REE terkemuka di dunia, hingga tahun 1980-an, dimana akhirnya China mengambil alih dengan industri REE yang unggul dan kompetetif.
Karena nggak mampu bersaing dengan perusahaan China, maka tambang Mountain Pass di California yang merupakan sentra REE terbesar di dunia, akhirnya gulung tikar. (https://www.defensenews.com/opinion/commentary/2019/11/12/the-collapse-of-american-rare-earth-mining-and-lessons-learned/)
Bukankah tambang Mountain Pass tersebut kini dibuka kembali?
Betul sekali. Namun adalah fakta bahwa sebagian perusahaan yang menambang REE disana, adalah milik China, lewat perusahaan raksasa Shenghe. (https://qz.com/1971108/chinese-rare-earths-giant-shenghe-is-building-global-alliances/)
Jadi, bahan bakunya tetap dikirim ke China untuk diproses disana. Ya China lagi, China lagi.
Sebagai pemegang hak ‘monopoli’ atas REE, China jelas pegang kartu As, utamanya sebagai bargaining position.
Maksudnya?
Anda tahu sengketa antara China dan Jepang yang terjadi di tahun 2010? Waktu itu, kapal penjaga pantai Jepang mencegah kapal ilegal China untuk melaut di kawasan perairan Jepang. Akibatnya, kapal Jepang menambrak kapal China tersebut dan menimbulkan ketegangan antar 2 negara tersebut. (https://carnegieendowment.org/files/CLM41MS.pdf)
Menanggapi ketegangan tersebut, China dengan mudahnya menunda pengiriman REE ke Jepang. Bahkan Eropa dan AS, belakangan juga kena getahnya.
Siapa yang kelabakan?
Selanjutnya saat Trump mengancam untuk ‘mengoyak’ perusahaan komunikasi China, Huawei di tahun 2019 silam, Beiijing dengan santainya berkata bahwa mereka akan memotong rantai pasokan REE ke AS. (https://foreignpolicy.com/2019/05/21/china-raises-threat-of-rare-earth-mineral-cutoff-to-us/)
Sekali lagi, siapa yang bakal keteteran?
Mungkin ini yang dapat menjelaskan, mengapa sekelas AS hanya bisa bermain hide & seek dengan China saat menggelar konfrontasi. Karena saat ini China pegang kartu truf AS dalam peta geopolitik. Kecuali kalo AS muke gile!
Kebayang jika kemudian sistem Radar Aegis Spy-1 yang dibanggakan AS, terpaksa tutup buku karena spare part magnet-nya yang bersumber dari REE yang dikendalikan China kemudian nggak tersedia? (https://oxford.universitypressscholarship.com/view/10.1093/oso/9780190670931.001.0001/oso-9780190670931)
Atau misalnya AS yang tetap ngotot akan memperuncing konflik dengan China lewat Taiwan. Apa nggak berabe kalo pasokan REE dari China dihentikan? (https://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1195&context=lib_fsdocs)
Semoga anda merasa lega dengan ulasan yang saya berikan.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
apakah kemudian China nanti jadi kaki tangannya ndoro besar lagi, setelah US dan USSR
Sabar ya. Pd saatnya nanti sy akan bahas.
Bagaimana posisi Indonesia bang? bukankah “Rare earth” di indonesia juga melimpah produksinya?
itu hanya bisa-bisanya buzzer yang maha sotoy. silakan cek link berikut:
https://www.statista.com/statistics/277268/rare-earth-reserves-by-country/