Menyoal Konflik di Tanah Suci (*Bagian 3)


534

Menyoal Konflik di Tanah Suci (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama saya telah mengulas sebab musabab konflik yang ada di Palestina dan juga motif terselubung Israel dibalik serangan yang mereka lakukan pada wilayah pendudukan mereka. (baca disini dan disini)

Apa yang menyebabkan Israel mampu melakukan serangan secara masif di Palestina?

Karena adanya AS selaku ‘tukang pukul’-nya.

Maksudnya?

Tahukah anda kalo saban tahun ada dana jumbo mencapai milyaran dollar, mengalir dari AS ke Israel? (https://www.aljazeera.com/news/2021/5/6/in-washington-a-debate-grows-about-conditioning-us-aid-to-israel)

Padahal Israel itu bukan negara misqueen. PDB per kapitanya berada di posisi 19 dunia mencapai USD 43.689, mengalahkan Kanada (20), New Zealand (21) dan Inggris (22). (https://www.timesofisrael.com/amid-covid-israel-enters-top-20-club-of-nations-with-highest-gdp-per-capita/)

Saking anehnya, John Whitbeck bilang, “Ini sih uang jatah preman. Jadi sejumlah uang diberikan sebagai setoran kepada pihak yang lebih punya kuasa.” (https://www.counterpunch.org/2021/05/12/its-not-american-aid-to-israel-its-tribute/)

Ini bukan kejadian aneh yang pertama kali terjadi di AS.

Anda tahu insiden USS Liberty dimana kapal milik AS dirudal oleh Israel pada tahun 1967 yang menyebabkan 34 awak tewas dan 172 luka-luka? (https://www.haaretz.com/us-news/but-sir-its-an-american-ship-never-mind-hit-her-1.5492908)

Alasan Israel melakukannya, karena kesalahpahaman. Percaya nggak sih?

Saya akan bahas soal hal ini pada lain tulisan.

Parahnya, Presiden AS kala itu, Lyndon B. Johnson justru menutup-nutupi akan peristiwa tersebut dan bukan meminta pertanggungjawaban pada negara Zionis tersebut.

Kenapa ini bisa terjadi?

Di AS, baik itu partai Demokrat maupun Republik, sudah rahasia umum bahwa keduanya menghamba pada Israel. Bahkan mereka menganggap bahwa AS adalah mitra junior dalam hubungan keduanya. Dan yang namanya junior, wajar saja kalo harus ‘hormat’ pada seniornya, bukan?

Saat Obama memberikan ‘jatah preman’ kepada Israel selama satu dekade lamanya berupa kontrak senjata, ya itu harus dipandang sebagai kewajaran, sesuai diktum junior-senior tadi. (https://www.reuters.com/article/us-usa-israel-statement-idUSKCN11K2CI)

Kedermawanan AS nggak berhenti sampai disitu karena saat konflik di Palestina, Biden justru kasih deal untuk jual senjata ke Israel senilai USD 735 juta, guna ‘memerangi’ warga Palestina. (https://www.reuters.com/business/aerospace-defense/biden-administration-approved-735-million-arms-sale-israel-sources-2021-05-17/)

Dengan kata lain, hadirnya AS yang memberi dana dan senjata ke pihak Israel, memungkinkan konflik di Palestina dapat terus berlanjut.

Mengapa ini bisa terjadi?

Karena semua politisi berpengaruh di AS telah ‘dibeli’ oleh lobby zionis yang ada disana. Dan siapapun yang mencoba untuk menolak konsepsi bahwa Israel adalah bangsa yang paling disukai oleh AS, maka otomatis mereka akan ‘didepak’.

Ini bisa dimungkinkan karena ada ratusan organisasi Yahudi pro-Zionis dan rekan evangelis mereka, yang memiliki dana super besar dan siap membeli politisi manapun yang mau memperjuangkan nasib dan masa depan Israel. (https://www.lrb.co.uk/the-paper/v28/n06/john-mearsheimer/the-israel-lobby)

Memangnya nggak ada yang berani menentang lobby Israel di AS sana?

Ada juga.

George HW Bush salah satunya. Saat menjabat sebagai presiden, Bush menolak untuk memberikan pinjaman pada Israel yang digunakan untuk memperluas pemukiman ilegalnya atas Palestina. (https://www.timesofisrael.com/how-lonely-little-george-h-w-bush-changed-the-us-israel-relationship/)

Karena hal itu, media mainstream langsung melakukan pembusukan pada dirinya saat Bush mencoba mencalonkan diri untuk masa jabatan keduanya. Walhasil, Bush keok ditangan Bill Clinton.

Tangan kuat lobby Israel bahkan telah merambah dunia pendidikan di AS, dimana pendidikan memasukkan materi holocaust pada semua sekolah baik negeri dan swasta, setidaknya di negara bagian Wisconsin. (https://apnews.com/article/race-and-ethnicity-education-wisconsin-united-states-anti-semitism-01bf2ff44833cb57d29a1271d504dc75)

Yang terbaru, sejumlah negara bagian telah membuat UU yang akan menghukum siapapun yang berpartisipasi pada pemboikotan produk Israel. (https://www.hrw.org/news/2019/04/23/us-states-use-anti-boycott-laws-punish-responsible-businesses)

Dengan mengeksploitasi sejarah holocaust guna mendapatkan simpati publik, maka semua kepentingan Zionisme jadi lancar.

Gimana nggak?

Semua yang melawan Israel, maka otomatis dicap sebagai anti-Semit dan otomatis melawan kemanusiaan yang sama perlakuannya dengan Hitler dan Nazi. Apa nggak gawat?

Lantas bagaimana perlakuan Israel terhadap warga Palestina yang jelas-jelas bertentangan dengan HAM? (https://greenwald.substack.com/p/aocs-attack-on-yangs-meaningless?token=eyJ1c2VyX2lkIjoxMTEwNzYwLCJwb3N0X2lkIjozNjMyNDk2MSwiXyI6Iml0UjVSIiwiaWF0IjoxNjIwODMyNDUzLCJleHAiOjE2MjA4MzYwNTMsImlzcyI6InB1Yi0xMjg2NjIiLCJzdWIiOiJwb3N0LXJlYWN0aW9uIn0.gNwV4sxdstIvkAuLwI8KdEPmAi2vEv2xMxFFN8R2fLU)

Sekali lagi, jangan heran kalo misalnya AS terus dukung Israel melawan Palestina, karena memang ada lobby yang kuat sekali disana.

Jubir Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan, “Dukungan AS untuk Israel untuk membela diri atas haknya adalah hal yang mendasar. Sebaliknya kami mengutuk serangan roket yang dilancarkan Hamas dan kelompok teroris lainnya terhadap Yerusalem (Israel).” (https://thehill.com/homenews/administration/552936-white-house-condemns-rocket-attacks-against-jerusalem?fbclid=IwAR2zQZV4jwE9rBGzb_oKh0nZSjsBmICGa1M-K7HU52BNlkv463UawgBX65M)

Luar biasa.

Well, kapan kira-kira konflik di Palestina akan berakhir? Saat semua warga Palestina hengkang dari wilayahnya sendiri baik secara sukarela ataupun dengan paksaan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!