Melihat Realita
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, bagaimana melihat realita perekonomian global?” tanya seorang netizen.
Bagi saya, jawabannya gampang. Lihat saja bagaimana indikator perekonomian global saat ini. Yang saya maksud, China.
Berdasarkan data, ekspor China ke AS pada Juli 2023 silam, terjun bebas dengan turun ke minus 23%. (https://www.ibtimes.com/us-china-trade-war-chinese-exports-us-fall-23-amid-tensions-between-washington-2881575)
Ekspor China ke Uni Eropa juga sami mawon, dengan mengalami penurunan ke minus 21%. (https://pdf.defence.pk/threads/china-eu-trade-hits-205-bn-in-q1-2022-chinas-exports-to-eu-up-21-year-on-year-imports-down-6.740076/)
Bahkan ke ASEAN yang hanya sepelemparan lembing, nilainya anjlok ke minus 21%. Padahal secara geopolitik, hubungan China dengan negara-negara ASEAN bisa dikatakan ‘baik-baik saja’. (https://tradingeconomics.com/china/exports)
Yang paling membahagiakan adalah volume ekspor China ke Rusia, karena mengalami peningkatan ke angka 52%. Wajar mengingat Rusia adalah sekodan China. (https://www.reuters.com/business/chinas-july-imports-russia-fall-first-time-since-feb-2021-2023-08-08/)
Jadi kalo di total jendral, maka terdapat penurunan sebesar 14,5% pada bulan Juli silam, merujuk pada total ekspor China secara global.
Apa ini nggak berpengaruh apa-apa mengingat China adalah ekspotir utama global? (baca disini dan disini)
“Ahh, itu kan hanya faktor ekonomi eksternal semata,” timpal seorang di ujung sana.
Sekarang mari kita lihat jeroan yang ada di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Pada pasar properti, China juga mengalami penurunan yang lumayan signifikan. Nilainya anjlok sekitar 33% di Juli saja, dipicu adanya krisis Country Garden sebagai salah satu pengembang besar di China. (https://edition.cnn.com/2023/08/09/economy/country-garden-china-property-default-intl-hnk/index.html)
Di sektor tenaga kerja juga sama saja kasusnya. Meskipun hanya ada sedikit orang muda di China, namun angka pengangguran kaum muda mencapai lebih dari 20%. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-05-16/china-s-youth-jobless-rate-jumps-to-record-20-4-in-danger-sign)
Dengan data yang telah saya ungkapkan, meskipun nggak lengkap, kita sudah punya gambaran suram atas ekonomi global yang dipicu oleh anjloknya ekonomi China sebagai efek domino.
Apa ini kebetulan?
Nggak juga.
Dikatakan bahwa AS (dan juga sekutunya) memang sengaja menggelar kebijakan perdagangan sekaligus sanksi atas China. Dan ini membuahkan hasil. Begitu kurleb narasinya. (https://edition.cnn.com/2023/08/09/politics/china-investments-white-house-joe-biden/index.html)
Salah satu sanksi yang diterapkan adalah akses untuk mendapatkan chip dan teknologi tinggi lainnya. (https://www.washingtonpost.com/technology/2022/10/07/china-high-tech-chips-restrictions/)
Nggak hanya itu, sebab negara-negara Barat mulai mengurangi ketergantungan mereka atas barang-barang China. Bahkan nggak sedikit yang memindahkan sentra produksinya dari China ke negara-negara lainnya. (https://www.wsj.com/articles/chinese-exports-fall-at-steepest-pace-since-february-2020-e930246b?mod=article_inline)
Singkatnya, kusutnya ekonomi di China, bukanlah hal yang terjadi secara alami karena ada faktor-faktor pemicunya.
Apakah cukup?
Nggak juga.
Tanda-tanda merosotnya ekonomi China juga telah terdengar di kalangan investor, utamanya kalangan luar negeri. Hal ini mengakibatkan kurangnya investasi asing langsung (FDI) yang datang ke China. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-08-07/china-foreign-investment-gauge-at-25-year-low-amid-high-tensions)
Kalo investor mulai angkat kaki, apakah semua ini nggak punya dampak langsung atas ekonomi Tirai Bambu?
Selaras dengan semua ini, IMF sebagai lembaga Bretton Woods kemudian mengeluarkan prediksinya. Dikatakan bahwa krisis yang ada di China dapat menyebabkan perlambatan atas perdagangan dunia sebesar 2%.
Aliasnya, memburuknya kondisi ekonomi di China efeknya bisa menghantam perekonomian dunia yang berakibat pada kemunduran ekonomi global. (https://www.wsj.com/articles/sputtering-trade-fuels-fears-for-a-connected-world-81c99922?mod=hp_lead_pos1)
Kembali ke pertanyaan awal.
Dengan melihat gambaran yang terjadi di China, apakah anda yakin jika ekonomi global yang terjadi saat ini masih dalam kategori ‘baik-baik saja’?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments