Korban Kopit


505

Korban Kopit

Oleh: Ndaru Anugerah – 03052025

Dulu semasa plandemi saya banyak dimusuhi orang.

Kenapa?

Karena saya dianggap punya pikiran aneh tentang plandemi Kopit. Bukan saja saya katakan bahwa Kopit itu nggak pernah ada, penanganannya-pun nggak kalah amburadulnya. Nggak aneh jika banyak yang meregang nyawa karenanya. (baca disini, disini, disini dan disini)

Menurut saya, menjadi kewajaran jika kemudian saya bersuara.

Masa iya ada kebohongan kok diam saja?

Dulu semasa eyang Harto berkuasa juga saya sudah bersuara.

Sementara yang lain tinggal duduk manis dan tidur lelap, saya justru mempertaruhkan nyawa saya untuk menentang rezim Orde Baru yang dikit-dikit main culik dan control+alt+del.

Bagi saya, bersikap kritis itu pilihan. Jadi jangan paksa saya untuk tidak melakukannya. Toh saya nggak pernah paksa anda untuk membaca analisa yang saya buat.

Mau baca silakan. Kalo dirasa nggak sreg dengan pemikiran anda, ya tinggal skip.

Simpel, kan?

Dulu banyak pihak mengatakan bahwa vaksin Kopit itu aman, meskipun nyatanya itu vaksin tahu bulat. Karena pihak berwenang mengatakan ‘aman’, maka mayoritas jadi pasukan bebek yang hanya bisa ngikut kemana aliran mainstream. (baca disini dan disini)

Faktanya?

Baru-baru ini International Journal of Risk & Safety in Medicine merilis laporan yang berjudul: peningkatan paradoks jumlah kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia seiring dengan cakupan vaksinasi: estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (2020–2023) tersebut, cukup layak untuk disimak. (https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/09246479251336610)

Apa isi laporannya?

Bahwa vaksin Kopit bukan saja gagal tapi lebih buruk lagi karena sukses memicu banyak kematian pasca enjus massal dilakukan.

Ini bukan omon-omon, Bung.

Berdasarkan basis data yang dimiliki WHO (World Health Organization) selama enjus massal plandemi Kopit dimulai pada 2022 hingga 7 Juni 2023, ditemukan makin banyak kematian pada wilayah menerapkan program vaksinasi pasca suntikan dilakukan.

Bahasa sederhananya, makin banyak menerima enjusan, maka makin banyak yang meninggoy.

Kalo sudah begini, pingin rasanya saya kasih sambel level 5 ala Richeese Factory, ke mulut orang-orang yang dulu gemar mencela saya selama plandemi.

Lu pikir nyawa orang sama kek nyawa kecoa?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!