Kopit di Jepang


508

Kopit di Jepang

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana situasi di Jepang saat Kopit melanda? Apakah situasinya berbeda atau sama saja dengan negara-negara lainnya?

Yang namanya pandemi, semua kena dampaknya. Tak terkecuali Jepang.

Satu yang perlu ditekankan bahwa bukan Kopit yang menyebabkan kehancuran, tapi kebijakan yang diambil oleh masing-masing negara, sehingga sektor ekonomi dan sosial kena imbasnya.

Di Jepang, PM Yoshihide dipaksa membentuk kabinet baru yang bernama Ministry of Loneliness alias kementerian kesepian. Ini terjadi karena makin banyak warga Jepang yang merasa kesepian akibat pembatasan sosial yang diberlakukan pemerintah. (https://asia.nikkei.com/Spotlight/Coronavirus/Japan-appoints-minister-of-loneliness-to-help-people-home-alone)

Dengan diberlakukannya pembatasan ketat yang berdampak langsung pada mobilitas warga Jepang, nyatanya kebijakan tersebut malah memperburuk kesehatan mental warga. Orang jadi mudah stress, terisolir dan merasa kesepian.

Dan semua memicu naiknya angka bunuh diri di negeri Sakura tersebut.

Memang berapa angka bunuh diri di Jepang saat pandemi Kopit berlangsung?

Dibandingkan tahun 2019, angka bunuh diri di Jepang meningkat sebanyak 3,7% di tahun 2020 dengan 20.919 kasus. Dari angka tersebut, wanita lebih banyak jumlahnya ketimbang pria. (https://news.cgtn.com/news/2021-02-12/Japan-appoints-minister-of-loneliness-due-to-rising-suicide-numbers-XP3f2IsELu/index.html)

Jika ini nggak diantisipasi, bukan nggak mungkin angkanya akan merayap naik mengingat pandemi yang diprediksi akan berlangsung lama. Untuk itulah Tetsushi Sakamoto ditunjuk sebagai Menteri Kesepian Jepang agar masalah keterasingan dan kesepian yang diderita warga bisa diatasi.

Seperti saya pernah prediksi sebelumnya, bahwa dampak kebijakan ‘aneh-aneh’ yang dibuat oleh banyak pemerintahan di dunia, akan memicu gelombang kebangkrutan, kemiskinan, kelaparan hingga bunuh diri. (baca disini dan disini)

Jadi, alih-alih ketakutan bin paranoid dengan Kopit, malah akhirnya kita dibuat mati karena kebijakan aneh-aneh tersebut. Aliasnya bukan Kopit yang buat kusut keadaan, tapi ulah manusia sendiri yang bertindak lebay dalam mengantisipasi.

Dengan proyeksi bahwa pandemi akan berlangsung lama, bisa dipastikan bahwa kehancuran akan terus terjadi dengan dahsyat ke depannya, termasuk angka bunuh diri. Siapa juga yang nggak stress kalo disuruh di rumah terus-menerus?

Bersiaplah dengan kemungkinan terburuk.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!