Kisah Pasteur dan Bechamp
Oleh: Ndaru Anugerah
Seorang netizen bertanya ke saya, “Bagaimana tips supaya bisa tetap sehat selama pandemi?”
Agak aneh juga pertanyaannya, mengingat saya bukan dokter. Kenapa juga dimintai pendapat soal tips menjaga kesehatan? Kalo saya bisa mengulas tentang Kopit dan implikasinya dengan agak detil, itu karena saya baca jurnal kesehatan internasional yang tersedia secara online yang saya jadikan sebagai bahan referensi.
Tapi kalo nggak dijawab, kasian juga orang sudah nanya. Dengan semua keterbatasan yang saya miliki, saya mau kasih cerita tentang Pasteur dan Bechamp. Siapa kedua orang tersebut? Dan apa relevansinya dengan pertanyaan netizen tersebut?
Louis Pasteur (1822-1895) merupakan seorang ahli kimia dan mikrobiologi asal Perancis. Dalam dunia kedokteran, Pasteur dikenal luas sebagai Bapak Teori Kuman Modern.
Pasteur beranggapan bahwa suatu penyakit yang ada pada manusia berasal dari kuman yang berasal dari luar tubuh. Kuman itu bisa macam-macam, dari mulai bakteri hingga virus. Singkatnya, kuman adalah sesuatu yang buruk yang dapat memicu penyakit.
(http://maronewellness.com/pasteur-vs-bechamp-an-alternative-view-of-infectious-disease/)
Terus bagaimana dengan kuman tersebut? Ya harus dibunuh, sehingga nggak menimbulkan penyakit dan juga infeksi.
Kalo anda pernah dengar Pasteurisasi yang melibatkan pemanasan susu mentah dengan suhu tinggi untuk membunuh kuman yang ada di dalamnya, nah si Pasteur-lah yang mengajarkan teknik tersebut.
Uniknya, pada jaman yang sama dengan Pasteur, juga di Perancis, ada ahli biologi yang justru punya pola pandang berbeda dengan Pasteur. Namanya Pierre Jacques Antoine Bechamp (1816-1908), namun kalangan luas mengenalnya dengan Bechamp.
Bechamp mengatakan bahwa tubuh manusia yang benar-benar sehat akan otomatis kebal terhadap kuman yang berbahaya. Sebaliknya, tubuh yang tidak sehat akan menjadi ‘sarang’ bagi kuman.
“Penyakit itu datangnya bukan dari luar tubuh, tapi dari dalam tubuh manusia. Kuman akan masuk manakala tubuh kita tidak memiliki daya tahan yang baik,” ungkap Bechamp.
Selanjutnya Bechamp menambahkan, “Kuman mencari habitat alami mereka yaitu jaringan yang sakit dan bukan menyebabkan penyakit.”
Pemikiran Bechamp adalah bahwa kita akan sulit jika melawan penyakit sehingga yang paling mungkin dilakukan adalah kita menciptakan kondisi badan yang sehat agar penyakit tidak berkembang dalam tubuh kita.
“Kuman itu bersifat oportunistik, dan mereka ada dimana-mana bahkan ada di dalam tubuh kita yang terkadang menciptakan hubungan simbiosis pada organ tubuh,” ungkap Bechamp.
Dalam penelitian yang dilakukannya, Bechamp menemukan hanya ketika jaringan inang dalam tubuh manusia menjadi rusak atau terganggu, kuman-kuman tersebut mulai bermanifestasi menjadi gejala penyakit, misalnya mual, pusing dan sebagainya.
Jadi gimana cara mencegah penyakit?
Melalui pola hidup sehat, dari mulai menjaga kesehatan, mengatur pola makan, menjaga kebersihan, berolah raga, istirahat yang cukup hingga kebutuhan menghirup udara yang segar. “Jadi bukan membunuh kumannya,” ungkap Bechamp.
Konsepnya, jika seseorang memiliki sistem kekebalan yang baik, kuman sebagai penyebab penyakit nggak akan menyerang orang tersebut. Sebaliknya jika sistem kekebalan tubuhnya anjlok, maka mereka akan rentan sebagai korban infeksi kuman.
Nggak percaya?
Coba anda lihat sekelompok orang yang pergi hiking di hutan. Nyamuk hanya akan menyerang satu atau dua orang dari kelompok tersebut. Terima atau tidak, orang tersebutlah yang biasanya sering terserang penyakit karena memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Seperti kata Bechamp, bahwa kuman itu bersifat oportunistik sehingga akan menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Karena penyakit bukan penyebab utamanya, yang harus diperbaiki adalah sistem kekebalan tubuhnya dengan cara memperbaiki pola makan hingga detoksifikasi, sehingga infeksi akan hilang dengan sendirinya dan bukan malah membunuh kumannya.
Konsepsi Bechamp sebenarnya nggak baru-baru amat, karena pengobatan di Tiongkok kuno juga mengadopsi sistem tersebut, dimana mereka cenderung merawat tubuh manusia dan bukan mengatasi gejala penyakit.
Bahkan Hippocrates yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran mengatakan, “Alam adalah dokter terbaik bagi manusia dan bukan obat.”
Konsep yang diusung oleh Bechamp bahwa kuman adalah produk sampingan kimiawi dan bukan merupakan penyebab penyakit, dikenal dengan Teori Terrain alias Teori Medan.
Bayangkan jika Teori Terrain dimasukkan ke dalam kurikulum medis saat ini, apa yang akan terjadi dengan industri farmasi?
Sayangnya, perdebatan tentang dua teori tersebut dimenangkan oleh Teori Kuman yang diusung Pasteur. Dan dunia kedokteran dan juga farmasi patut mengucapkan terima kasih kepada sosok Pasteur atas karyanya tersebut.
Dengan masukknya Rockefeller sebagai donatur jumbo pada pendidikan kedokteran di seantero AS sana pada awal abad ke-20, maka otomatis Teori Kuman yang diusung Pasteur dijadikan pijakan resmi untuk memperlakukan pasien dengan cara dikasih obat, antibiotik dan vaksin. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6380988/)
Langkah ini diikuti de Rothschild di Perancis, dimana dana jumbo digelontorkan untuk mendanai pengembangan alat-alat medis yang menganut mazhab Teori Kuman si Pasteur. (https://news.cnrs.fr/articles/where-the-cnrs-was-born)
Kenapa dua tokoh Ndoro besar ikutan mendanai konsep yang diusunng Pasteur?
Pertama karena mereka kenal sosok Pasteur, dan kedua mereka melihat keuntungan besar yang bisa diraup dari industri farmasi dan kedokteran. Coba hitung berapa keuntungan farmasi dan kedokteran yang berhasil diraup setiap tahunnya?
Satu yang orang mungkin lupa. Bahwa diakhir hayatnya, Pasteur mengakui bahwa Teori Kuman yang diciptakannya adalah salah. Sebaliknya Teori Terrain yang dikemukakan Bechamp terbukti benar. (https://danielleduperret.com/articles-blogs/pasteur-bechamp-the-2-sides-of-medicine/)
Jadi apa yang bisa disimpulkan sekaligus dijadikan jawaban atas pertanyaan di atas?
Jaga daya tahan tubuh kita dengan pola makan yang benar, istirahat yang cukup, olahraga dan juga kasih asupan vitamin kalo badan kita lemah.
Dan ini sudah pernah saya ulas di awal-awal scamdemic karena saya bukan tipe orang yang suka kritik tanpa kasih solusi. (baca disini)
Semoga membantu.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
sama seperti rumah jika ingin terbebas dari lalat, nyamuk, kecoa dan sejenisnya cara terbaik untuk menghilangkannya bukan dengan membunuhnya tapi bisa dengan membersihkan rumah itu sendiri.
Saya baru menemukan dua teori ini setelah saya mengalami kejadian yang sangat berat yaitu anak meninggal beberapa jam pasca divaksinasi. Memang sangat terlambat untuk mengetahuinya. Namun pengalaman saya sangat berharga dan sayang untuk dilewatkan sebagai pelajaran bagi yang lainnya. Kewarasan akan kalah dengan hegomoni kegilaan yang tersistematis. Maka berhati-hati dan waspada dalam menentukan pilihan hidup termasuk pilihan untuk sehat.
Turut berduka ya bu atas kepergian anak tercinta. ?