Kisah Pablito


506

Kisah Pablito

Oleh: Ndaru Anugerah

Siapa nggak kenal Pablo Escobar? Boss besar Kartel Medellin dari Kolombia yang sempat menguasai 80% perdagangan kokain dunia tersebut, nyatanya adalah seorang yang sempat bekerja untuk CIA.

Juan Pablo Escobar Henao selaku anak Pablito yang mengkonfirmasi hal tersebut. “Ayahku bekerja untuk CIA dalam menjual kokain guna mendanai perang melawan komunisme di Amerika Tengah,” ungkap Henao. (https://search.informit.com.au/documentSummary;dn=669946925814178;res=IELAPA)

Dunia geger, mengingat selama ini AS dikenal sangat galak dalam mengusung program: perang melawan narkoba (war on drugs). Lantas apa kaitannya antara Pablito dan CIA?

Mulanya, pada saat Pinochet mengkudeta Allende di Chile (1973), salah satu kebijakan barunya adalah mengeksekusi para gembong narkoba. Namun dari semua yang dieksekusi tersebut, ada satu nama yang berhasil selamat. Mateo Moreno namanya.

Nggak pakai lama, Mateo terpaksa bermigrasi ke Kolumbia. Disinilah Mateo bertemu Pablito, yang kemudian mengajaknya untuk berbisnis kokain. Singkat cerita, Pablito sukses dan meraup untung besar dari bisnis haram tersebut, bahkan mencapai USD 30 milyar setahun. (https://www.businessinsider.com/10-facts-that-prove-the-absurdity-of-pablo-escobars-wealth-2015-9)

Pertanyaan sederhana: apakah sukses besar yang berhasil diraih Pablito nggak ada campur tangan AS didalamnya?

Nyatanya ada keterlibatan seorang pilot senior bernama Barry Seal yang sengaja dikontrak oleh CIA untuk membantu menyeludupkan kokain yang dibuat Pablito. (https://www.thegentlemansjournal.com/article/incredible-story-barry-seal-man-worked-cia-pablo-escobar/)

Gimana modusnya?

Seal akan menerbangkan senjata-senjata seludupan yang dikirim CIA untuk menyokong kelompok pemberontak Nikaragua. Selain itu Seal juga diminta membantu upaya penyeludupan berton-ton kokain buatan Pablito ke AS.

Kenapa ini dilakukan CIA?

Ada dua alasan utama. Pertama karena pada 1979 kelompok kiri Sandinista berhasil menumbangkan rejim Somoza DeBayle yang merupakan boneka AS di Nikaragua. Dan sudah rahasia umum kalo sosialisme itu ibarat virus yang akan menyebar ke wilayah lainnya kalo nggak dicegah. (http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/july/17/newsid_3870000/3870281.stm)

Satu-satunya cara untuk bisa menumbangkan rejim sosialis tersebut, ya harus menyokong kelompok pemberontak yang anti rejim Sandinista.

Namun ada kendala. Untuk menyokong gerakan klandestin melawan Sandinista, butuh biaya yang nggak sedikit. Sementara itu, Konggres AS sejak 1982 menghentikan bantuan finansial untuk menumbangkan Sandinista. Nah terus, duit darimana buat membeli senjata bagi gerilyawan anti Sandinista? (https://www.washingtonpost.com/archive/opinions/1989/08/27/uncle-sams-money-war-against-the-sandinistas/f78e064a-1ca1-4e07-90d2-bebdeff1717d/)

Satu-satunya cara tercepat dalam menghimbun dana adalah dengan menggalang operasi penyeludupan narkoba. Terry Reed yang menulis buku fenomenal ‘Compromised: Clinton, Bush and the CIA’ menegaskan, “Uang untuk menyokong pemberontak anti-Sandinista didapat dari bisnis kokain.”

Nggak aneh jika alasan kedua, karena CIA butuh dana cepat dan besar dalam waktu singkat. Dan ini didapat dengan cara membantu penyeludupan kokain milik Pablito ke AS. Duit hasil jualan kokain inilah yang dijadikan sumber utama dalam mempersenjatai gerilyawan-gerilyawan binaan AS di Amerika Latin.

Pantes aja kalo kokain berton-ton bisa diseludupkan ke AS dengan suksesnya. Ya karena ada peran CIA didalamnya.

Namun rencananya nggak berjalan mulus sesuai harapan. Pablito yang hobi berkata, “I come from nothing” tersebut, akhirnya lepas kendali.

Setelah sukses, Pablito giat bagi-bagi duit, membangun perumahan hingga menyediakan lapangan sepak bola bagi rakyat misqueen di Medellin, Kolombia. Mungkin karena Pablito berpikir bahwa dirinya awalnya juga orang tak berpunya.

Sifat solialis inilah yang kemudian mendekatkan Pablito pada negara-negara sosialis seperti Kuba dan Nikaragua. Bahkan pesawat yang mengangkut kokain miliknya, acapkali transit kedua negara sosialis tersebut sebelum mendarat ke AS. (https://www.infobae.com/america/america-latina/2016/11/28/la-historia-secreta-sobre-la-relacion-entre-fidel-castro-y-pablo-escobar/)

Kedekatan inilah yang menyebabkan Pablito jadi lepas kendali. Wajar jika kemudian Washington mendongkol karena hal ini. “Udah gue bantuin jualan, eh dia malah main mata sama Castro.”

Nggak ada pilihan lain, Pablito harus disingkirkan.

Awalnya CIA akhirnya mempersenjatai milisi ultra kanan di Kolombia semisal Peasant Self-Defenders of Cordoba dan Uraba pimpinan Castano bersaudara, dalam mengalahkan kelompok kiri Kolombia. Paket ini termasuk kelompok Pablito didalamnya. (https://www.legal-tools.org/doc/22208e/pdf/)

Selanjutnya, AS menggalang operasi gabungan yang terdiri dari Delta Force dan Centra Spike (DEVGRU) dalam melatih satsus kepolisian Kolombia yang diberinama Search Bloc, dengan tujuan utama memburu Pablito. (http://www.cnn.com/2001/SHOWBIZ/books/05/31/killing.pablo/index.html)

Singkat cerita, Pablito-pun berhasil dilumpuhkan setelah diterjang timah panas. Konon pemakaman Pablito dihadiri sekitar 25 ribu orang yang bersimpati pada dirinya.

Orang boleh memaki seorang Pablito. Tapi satu yang pasti, dirinya masih dikenang oleh setidaknya masyarakat melarat yang ada di Medellin. Nggak aneh kalo dirinya disandingkan dengan tokoh Yesus dan Bunda Maria sebagai bagian dari orang kudus di sana.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    1. sorry baru baca pertanyaannya. sdh sy jawab dari juni lalu sewaktu demonstrasi BLM di AS sana. dan sudah terbukti bahwa analisa saya kembali benar.

error: Content is protected !!