Kegagalan Sistemik


511

Kegagalan Sistemik

Oleh: Ndaru Anugerah

“Nggak ikutan main saham, Bang?” tanya seorang netizen kepada saya.

Saya hanya bisa tersenyum membaca pesan singkat tersebut.

Anda tahu siapa Bill Hwang?

Hwang adalah alumnus dana lindung nilai (hedge fund) terkenal Tiger Management. Profesinya sebagai analis pada waktu itu.

Kemudian pada 2013 silam, Hwang mencoba peruntungan dengan membuka perusahaan sejenis yang kemudian dikenal dengan Achegos Capital Management.

Dengan modal sekitar USD 200 juta, Hwang sukses membuka usahanya tersebut, dengan meraup kekayaan bersih hingga USD 20 milyar. (https://www.bloomberg.com/news/features/2021-04-08/how-bill-hwang-of-archegos-capital-lost-20-billion-in-two-days)

Bagaimana Hwang sukses ‘menggandakan’ asetnya?

Dengan berinvestasi pada perusahaan besar yang berbasis pada bidang teknologi. Misalnya: Amazon, Expedia, LinkedIn dan juga Netflix. (https://www.businessinsider.com/archegos-liquidation-spotlight-unregulated-family-offices-leverage-swaps-2021-4?_ga=2.256995791.597372926.1619572031-1990337182.1619572031)

Belakangan, Hwang mulai invasi ke perusahaan yang berbasis media seperti ViacomCBS, Discovery, Baidu hingga GSX Techedu. (https://www.benzinga.com/news/21/03/20371865/why-viacomcbs-discovery-baidu-and-other-shares-were-volatile-on-friday-reports)

Hingga kuartal terakhir di 2020 silam, saham yang dibeli Achegos masih menjanjikan karena harganya melonjak hingga 30%. Tapi itu hanya sementara.

Maksudnya?

Dalam menjalankan investasinya, Hwang biasa menggunakan leverage yang besar. Artinya, Archegos meminjam banyak utang untuk mendanai investasinya. Ini berarti, perusahaan harus bersiap menghadapi kerugian yang fatal saat investasi yang dimainkan merugi. (https://markets.businessinsider.com/news/stocks/archegos-meltdown-guggenheims-millstein-says-regulators-look-leverage-prime-brokerage-business2021-4-1030278927?_ga=2.123892174.597372926.1619572031-1990337182.1619572031)

Padahal para pialang sangat paham bahwa yang namanya leverage itu ibarat pedang bermata dua.

Jika harga saham naik, keuntungan sudah ada dipelupuk mata. Namun jika harga saham anjlok, kerugiaan sudah terbayang dengan jelas. (https://www.bizjournals.com/charlotte/news/2021/03/22/supplementary-leverage-ratio-exemption-expires.html)

Dan Hwang mengambil peluang tersebut, dipicu oleh ‘keserakahan’ yang dimilikinya.

Akibatnya sungguh fatal.

Kekayaan sekitar USD 20 mliyar yang dimilikinya, lenyap dalam waktu 2 hari di bulan Maret 2021 silam, karena miskalkulasi. “Investasi Archegos meledak,” demikian ungkap investor. (https://www.entrepreneur.com/article/368992)

Dan taruhannya pada saham ViacomCBS yang ditenggarai sebagai biang keladi kejatuhan kerajaan bisnis saham yang dimiliki Hwang.

Melihat anjloknya saham ViacomCBS, maka bank besar sebagai pemberi pinjaman minta Archegos untuk kasih jaminan lebih (margin call) karena nggak mau terkena dampak kerugian yang dialami Bill Hwang.

Namun, karena Hwang nggak punya uang tunai, terpaksa aset dilego dengan harga obral guna memenuhi margin-call yang diminta pemberi utangan. (https://m.economictimes.com/markets/stocks/news/morgan-stanley-sold-5-billion-in-archegos-stock-night-before-fire-sale-report/articleshow/81942995.cms)

Ibarat panas setahun, dihapus oleh hujan semalam.

Itu baru dari Archegos.

Apa ada lagi yang lebih buruk ketimbang Archegos?

Tentu saja ada. Satu saya pernah bahas beberapa bulan yang lalu. (baca disini dan disini)

Yang lainnya?

Anda pernah dengan Credit Suisse?

Bank investasi tersebut juga mengalami masalah yang sama saat ini dengan jumlah yang lebih spektakuler, mencapai USD 1,5 kuadriliun. Spektakuler! (https://goldswitzerland.com/archegos-credit-suisse-tip-of-the-iceberg/)

Pertanyaannya ada dua.

Pertama, kalo perusahaan investasi saham kelas kakap ambruk karena merugi dengan meninggalkan utangan jumbo, apakah ini nggak menyulut efek domino pada sektor lainnya? (https://www.italy24news.com/News/889.html)

Kedua, kalo perusahaan investasi kelas kakap saja bisa mengalami kerugian demikian besar dipicu keserakahan dan miskulasi, masihkah anda mau mengikuti jejaknya, khususnya untuk saat ini?

Hidup itu pilihan, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Memang susah keluar kalau investor institusional karena modal mereka ratusan Milliar, kalau investor retail mah gampang keluar masuk market bang.

error: Content is protected !!