Katakan: Sayonara Dollar


517

Katakan: Sayonara Dollar

Oleh: Ndaru Anugerah

Dalam satu kesempatan wawancara dengan Fox Business baru-baru ini, Trump mengatakan rencananya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan China, sehingga dapat menghemat biaya negara hingga USD 500 milyar. Tapi bagaimana teknisnya? Gaje. (https://www.foxbusiness.com/politics/trump-on-china-we-could-cut-off-the-whole-relationship)

Memutuskan hubungan diplomatik itu nggak semudah memutuskan hubungan dengan pacar. Banyak pertimbangan khususnya bidang ekonomi, yang harus dipikirkan. Coba kita lihat, bagaimana reaksi pasar setelah pernyataan fenomenal Trump tersebut.

Saham AS langsung mlorot dalam perdagangan pra-pasar, dengan Dow dan NASDAQ berjangka, seiring penyataan Trump tersebut. (https://www.nytimes.com/2019/08/23/business/stocks-market-tariffs.html)

Artinya apa? Pasar AS sendiri merespon negatif terhadap pernyataan Trump tersebut.

Dekan Studi Internasional China di Universitas Renmin – Jin Canrong – mengatakan bahwa hubungan bilateral kedua negara bukan saja menyangkut aspek kedua negara tersebut, tapi juga seluruh dunia. “Karena itu, hal tersebut tidak bisa dipotong secara emosional.” (http://www.globaltimes.cn/content/1150061.shtml)

Shen Yi dari Universitas Fudan, mengatakan alasan yang kurleb sama, “Perusahaan dan industri AS akan menderita konsekuensi paling parah karena pasokannya sudah terintegrasi dengan China.”

Tambahnya lagi, “Belum ada presiden AS dalam sejarah yang membuat pernyataan konyol terhadap China, bahkan semasa Perang Dingin dulu.” (https://www.globaltimes.cn/content/1188437.shtml)

Secara real, 80% industri AS sangat bergantung pada pasokan dari China, terutama dalam bidang medis. (https://www.industryweek.com/the-economy/article/22025438/us-needs-china-more-than-china-needs-the-us)

Upaya mencari ‘pemain cadangan’ oleh AS, jelas bukan langkah mudah. Singkatnya, kalo hal itu direalisasi, maka bisa dibayangkan efek domino kehancuran pada ekonomi nasional AS. Tentang ini saya pernah bahas dalam ulasan saya beberapa waktu yang lalu. (baca disini)

Lalu kenapa Trump bisa berkata demikian?

Trump itu mirip-mirip AB, yang terbiasa ngomong tanpa dipikir masak-masak. Bisanya dia bersuara, tentu nggak otomatis atas pemikiran dia karena ada yang menyuruhnya untuk mengatakan demikian. Siapa? Tentu saja pihak deep state sebagai dalangnya.

“Dominasi dollar tengah dalam masalah. Dan kita tahu siapa yang berkepentingan terhadap dominasi dollar secara global,” demikian ungkap seorang pakar ekonomi.

Dollar memang punya kuasa global. Saking berpengaruhnya, beberapa pemimpin negara bahkan sampai meregang nyawa demi mewujudkan rencananya untuk menggantikan dollar dengan mata uang lainnya dalam perdagangan (meskipun ada faktor lain juga sebagai penyebabnya).

Tengok saja Saddam Hussein. Karena niatnya untuk menggunakan euro sebagai mata uang dalam perdagangan hidrokarbon Irak, kita bisa lihat bagaimana nasibnya. (https://www.resilience.org/stories/2004-10-26/real-reasons-why-iran-next-target-emerging-euro-denominated-international-oil-mar/)

Muammar Khadafi dari Libya juga setali 3 uang. Saat ingin memperkenalkan Dinar Emas sebagai mata uang perdagangan Pan-Afrika yang otomatis akan membebaskan Afrika dari jerat moneter dollar, apa yang dialaminya kemudian? (https://millenium-state.com/blog/2019/05/03/the-dinar-gold-the-real-reason-for-gaddafis-murder/)

Dan kita tahu bersama, pihak pencetak dollar tentu nggak akan mau dominasi globalnya digantikan oleh siapapun, termasuk China.

Dan China telah mengeluarkan DCEP? (baca disini)

Seberapa kuat DCEP yuan?

Tahu ASEAN + 3 alias negara-negaraa ASEAN plus Jepang, Korsel dan China? Sudah rahasia umum bahwa mereka telah menggunakan CIPS alias Cross-Border Interbank Payment System dalam transaksi pembayaran, menghindari skema pembayaran SWIFT yang dikontrol oleh dollar.

Ini dilakukan semata-mata sebagai respons terhadap ancaman AS untuk memutus rantai pasokan China ke negara-negara ASEAN +3 tadi. Walhasil, yuan dan mata uang lokal-lah yang dipakai dalam skema perdagangan tersebut. (https://www.adb.org/sites/default/files/publication/31221/asean3-information-transaction-flows-settlement-infrastructures.pdf)

Berapa nilai perdagangan ASEAN + 3 tersebut terhadap yuan? Nilainya sudah mendekati 30% dengan komposisi 15,1% dengan ASEAN, 13,7% dengan Korsel dan Jepang. Dan bila ditambahkan nilainya dengan Rusia (sebesar 15%) maka nilai totalnya sudah mendekati 50%.

Dan apa yang mungkin terjadi saat nilai transaksinya telah mencapai angka psikologis 50%?  Dollar akan ditinggal sebagai alat perdagangan internasional. (https://www.aseanbriefing.com/news/asean-overtakes-eu-become-chinas-top-trading-partner-q1-2020/)

Dan DCEP jelas menghindari sistem transfer uang internasional yang dikendalikan oleh dollar lewat SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) dengan menggunakan CIPS. Ini akan mengabaikan campur tangan dollar dalam setiap transaksi perdagangan. (http://www.china.org.cn/business/2019-05/09/content_74767235.htm)

Bukan rahasia lagi bila AS selalu campur tangan dalam transaksi perdagangan internasional pada setiap negara. Dan bila tidak ‘diindahkan’, maka siap-siap sanksi ekonomi AS akan dijatuhkan pada negara tersebut.

Jadi kalo sekarang banyak negara telah menggeser peran dollar secara diam-diam dan berpaling ke yuan, itu bukan isapan jempol. Siapa juga yang mau diembargo AS?

Belum lagi upaya China untuk menghapuskan utang (Jubilee Program) negara-negara misqueen (Global South) yang jadi rekanan program Belt & Road Initiative di masa depan, karena terkena dampak pandemi C19. Makin penting saja peran yuan. (https://www.ft.com/content/5a3192be-27c6-4fe7-87e7-78d4158bd39b)

Belum lagi lobby yang dilakukan China di IMF dalam rangka penyesuaian komposisi yuan dalam keranjang SDR (Special Drawing Rights). Bila ini berhasil, maka ini makin memperkuat dominasi yuan secara internasional. (https://www.cigionline.org/sites/default/files/cigi_paper_84web.pdf)

Dan sudah pasti, elite global tidak menghendaki hal ini terjadi.

Bisa disimpulkan, celotehan Trump nggak lain karena ada pesanan sang ‘Ndoro’ besar yang eksistensinya mulai terancam oleh China dengan proyek BRI-nya dan juga DCEP. Yang namanya petahana, pasti akan melakukan apapun agar posisinya nggak tergoyahkan, bukan?

Dan kedua, ini dilakukan Trump semata-mata demi kepentingan pemilu. Yang ada dikepalanya saat ini adalah bagaimana bisa memenangkan pemilu yang akab digelar November mendatang. Apakah berhasil? “Kecuali Trump mampu menormalkan kembali Amerika, dan itu tidak mungkin.” (https://www.forbes.com/sites/markrosenberg/2020/05/13/barring-a-return-to-normal-trump-will-lose-the-2020-election/)

Lagian, hobi banget numpuk dollar.

Kalo DCEP sudah jelas dicadangin pake emas. Nah kalo dollar? (baca disini)

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. di link ditulis lom ada plan DCEP backed by gold pak..

    Is DCEP backed by Gold?
    The simple answer is “No”. On a recent episode of Kitco News, journalist Max Kaiser claimed that China will launch a gold-backed cryptocurrency, with the intention of destroying the USD as a reserve currency. He added that China has already amassed as much as 20,000 tons of gold. However this is mere speculation – China has no plans to return to the Gold Standard nor issue gold-backed cryptocurrencies.

error: Content is protected !!