Iran-Contra (*Bagian 1)


516

Iran-Contra (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Geopolitik itu bersifat dinamis, sehingga nggak ada kawan dan lawan yang sifatnya abadi,” begitu kata seseorang senior yang lumayan saya dengar pendapatnya.

Selaku analis, saya mengamini pernyataan tersebut.

Dan saya mau kasih contoh tentang betapa dinamisnya geopolitik.

Anda tahu Ronald Reagan?

Mantan presiden AS tersebut pernah punya semboyan yang namanya Doktrin Reagan, yang intinya bakal memerangi komunisme dimanapun mereka berada.

Bahkan untuk keperluan ini, CIA bersedia melatih dan membantu pemberontakan anti komunis yang ada di kolong jagat. Ini dilakukan dalam rangka membendung ekspansi Soviet pada era Perang Dingin. (https://www.jstor.org/stable/27552748)

Sebagai upaya menyukseskan doktrin-nya tersebut, maka Nikaragua yang saat itu statusnya dikuasai kaum kiri Sandinista, nggak luput dari bidikan Reagan. Nggak aneh jika kemudian Reagan memerintahkan CIA untuk membentuk pasukan Contras guna mengalahkan Sandinista yang disokong penuh oleh Kuba. (https://www.history.com/this-day-in-history/reagan-gives-cia-authority-to-establish-the-contras)

Masalah timbul saat Partai Demokrat menyapu bersih Kongres AS pada November 1982. Nggak pakai lama, Demokrat kemudian meloloskan Amandemen Boland yang membatasi operasi CIA dan Dephan AS di Nikaragua.

Dan dua tahun kemudian, Amandemen Boland makin digdaya sehingga ruang gerak CIA yang punya motivasi mendukung Doktrin Reagan, menjadi nggak berkutik karenanya. Bagaimana mau kasih dukungan ke Contras, kalo uangnya nggak ada? (https://www.britannica.com/topic/Boland-Amendment)

Merasa frustasi, Reagan akhirnya curhat ke Penasihat Keamanan Nasional AS Robert McFarlane. “Saya mau kamu melakukan apapun guna mengatasi masalah ini,” ungkapnya dengan nama frustasi.

Dari curhatan inilah kemudian timbul skandal besar di AS sana, yang kemudian dikenal dengan nama Iran-Contra. Disinilah terlihat jelas bagaimana geopolitik itu bersifat dinamis, dimana Iran dan Contras berada dalam satu kegiatan intelijen yang sangat rumit, tapi itu bisa terjadi.

Memang bagaimana kronologis skandal tersebut?

Kita tahu bagaimana Amandemen Boland sangat membatasi ruang gerak CIA, sehingga kegiatan rahasia di Nikaragua terpaksa ‘dibekukan’. Itu terjadi di tahun 1984.

Di belahan bumi lainnya, terjadi perang yang cukup pelik di Timur Tengah, dimana Iran dan Irak terpaksa saling berperang karena dipicu oleh masalah perbatasan. Dan saat itu, Iran mulai kehabisan amunisi untuk melawan Irak.

Sadar kondisi, akhirnya Iran membuat permintaan rahasia untuk dapat membeli senjata dari AS. Ini harus dilakukan sebab kalo tidak, cepat atau lambat Iran akan tersudut oleh pasukan Irak. Ini terjadi di tahun 1985. (https://www.archives.gov/files/declassification/iscap/pdf/2011-064-doc18.pdf)

Secara nalar, nggak mungkin AS membantu Iran yang merupakan musuh besarnya di Timur Tengah yang sudah dikasih stempel ‘teroris’.

Namun dilain sisi, setidaknya bagi McFarlane, ini adalah kesempatan untuk dapat menjalankan misi yang ditugaskan Reagan pada dirinya.

“Kenapa juga senjata nggak dijual ke Iran?” demikian pikir McFarlane meskipun dia tahu bahwa ada status embargo AS terhadap penjualan senjata ke Iran.

Singkat cerita McFarlane datang menemui Reagan dan menjelaskan rencananya guna menjual senjata ke Iran, meskipun risikonya sangat besar.

“Jika ini dilakukan, maka kita akan dapat 3 keuntungan. Pertama akan meningkatkan hubungan AS dan Iran, yang kedua dapat berdampak hubungan dengan Lebanon, dan yang ketiga ini akan mampu meningkatkan pengaruh AS di Timur Tengah yang bermasalah,” demikian kurleb-nya.

Padahal ini mah hanya akal-akalan McFarlane saja, karena inti sebenarnya adalah Reagan butuh dana untuk membiayai operasi rahasia CIA guna menyokong Contras yang ada di Nikaragua.

Mungkin karena putus asa ditambah lagi saat itu ada 7 sandera AS yang ditahan oleh kelompok bersenjata di Lebanon. Ya mau nggak mau, tawaran McFarlane layak dijadikan pertimbangan.

“Siapa tahu rencananya berhasil dalam membebaskan sandera, dan pamor AS akan naik di Timur Tengah sana,” demikian pikir Reagan.

Bermodal bisikan maut McFarlane, Reagan kemudian mengambil pilihan tersebut.

Dan bagi Reagan niatnya adalah membawa pulang hidup-hidup ketujuh sandera AS, dan ini nggak sama dengan bernegosiasi dengan para ‘teroris’. Gimana ceritanya, coba? (https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/papers/2008/P7647.pdf)

Ini jelas blunder.

Kenapa?

Disatu sisi pengiriman senjata ke Iran jelas melanggar embargo AS yang saat itu masih berlangsung. Selain itu, berurusan dengan kaum yang disebut ‘teroris’ (Iran dan Lebanon) jelas melanggar janji kampanye Reagan. Dan Reagan selalu dikagumi banyak orang karena kejujurannya. (https://www.history.com/topics/1980s/iran-contra-affair)

Itu baru tataran wacana. Dalam tataran teknis, rencana tersebut juga nggak semudah membalikan telapak tangan.

Why?

Karena nggak semua pihak yang ada di pemerintahan mendukung rencana Reagan. Misalnya, Menhan Caspar Weinberger dan Menlu George Shultz, menentang kesepatakan itu, walaupun Direktur CIA William Casey mendukungnya.

Tapi karena ada desakan kuat dari Reagan, rencana tersebut akhirnya dieksekusi juga.

Lantas bagaimana jalannya skandal tersebut?

Pada bagian kedua saya akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!