Hanya Klaim Bodong


511

Hanya Klaim Bodong

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, mana kekebalan kawanan yang lebih baik: terjadi secara alami atau menggunakan vaksin?” begitu pertanyaan yang dilontarkan kepada saya.

Karena saya bukan dokter, jadi saya harus kasih data dalam menjawabnya.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Israel menemukan bahwa kekebalan alami yang didapat dari orang terinfeksi si Kopit jauh lebih baik dan bertahan lama terhadap varian Delta sekalipun, ketimbang kekebalan yang didapat melalui vaksin. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.08.24.21262415v1)

“Kekebalan alami yang berkembang setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 menawarkan lebih banyak perlindungan terhadap varian Delta sekalipun, daripada dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech,” begitu kurleb-nya. (https://www.sciencemag.org/news/2021/08/having-sars-cov-2-once-confers-much-greater-immunity-vaccine-no-infection-parties)

Dalam bahasa awam, mereka yang divaksinasi berpotensi lebih besar terkena infeksi Kopit dibandingkan mereka yang mendapatkan kekebalan akibat paparan virus Kopit secara langsung.

Jadi sudah jelas ya, apa jawabannya.

Menanggapi temuan tersebut, epidemiolog kondang asal Harvard Medical School Prof, Martin Kulldorff langsung buka suara, “Kalo kekebalan alami menawarkan perlindungan secara eksponensial lebih banyak, ketimbang vaksin, artinya passport vaksin yang tidak ilmiah dan diskriminatif, ngapain juga dipakai? Itu hanya omong kosong ilmiah saja!” (https://twitter.com/MartinKulldorff/status/1430660291579105284?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1430660291579105284%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Ffee.org%2Farticles%2Fharvard-epidemiologist-says-the-case-for-covid-vaccine-passports-was-just-demolished%2F)

Pendapat yang dilontarkan Prof. Kulldorff sangat masuk akal, mengingat saat ini, semua kesalahan ditimpakan kepada mereka yang tidak divaksin dengan berbagai alasan. Seolah-olah mereka-lah biang masalah sehingga plandemi ini jadi tidak kunjung usai.

Dan apalagi solusi yang ditawarkan kecuali wajib vaksin. Kalo mereka nggak mau melakukannya, berbagai sanksi dan restriksi langsung diberikan. Yang paling kentara adalah penerapan kartu vaksin alias green-passport untuk membatasi mereka yang nggak mau divaksin.

Nyatanya semua itu hanya klaim bodong yang nggak ada juntrungannya.

Kalo memang orang yang nggak mau divaksin dianggap sebagai sumber masalah, harusnya ada dong setidaknya penelitian yang menunjang pernyataan tersebut. Bukan malah pakai asumsi alias jigong semata.

Sebaliknya, orang telah menerima vaksin-lah yang patut diwaspadai sebagai penyebab plandemi tidak kunjung usai. Setidaknya penelitian di Israel tersebut sudah kasih rujukan dan juga beberapa penelitian lainnya.

Apakah ada rujukan lainnya, dimana orang yang divaksin malah menyebabkan plandemi tambah memburuk?

Tentu saja ada.

Kasus yang terjadi di daerah pantai Cape Cod, Massachusetts AS baru-baru ini, dimana orang yang terpapar virus, kebayakan justru mereka yang telah divaksinasi Kopit. Dan pejabat CDC sudah mengkonfirmasi hal tersebut. (https://www.washingtonpost.com/health/2021/07/30/provincetown-covid-outbreak-vaccinated/)

Dengan kata lain, kalo terpapar Kopit, apa mereka nggak menjadi penyebab penularan kepada yang lain?

Kalo sudah gini, anda mau ngomong apa?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!