Fakta yang Dinegasikan


515

Fakta yang Dinegasikan

Oleh: Ndaru Anugerah

Pertanyaan sederhana: apakah kekebalan kawanan alami ada, atau nggak? Kalo ada berapa besar kontribusinya?

Belum lama berselang, Prof. Marty Makary dari Fakultas Kedokteran John Hopkins mengatakan bahwa kenyataannya lebih dari separuh masyarakat AS telah mengembangkan kekebalan alami terhadap virus Kopit, namun kalangan medis ‘mengabaikan’ fakta penting ini.

“Ini adalah salah satu kegagalan terbesar pada bidang medis pada saat ini,” demikian ungkapnya dalam suatu sesi wawancara. (https://www.infowars.com/posts/johns-hopkins-prof-half-of-americans-have-natural-immunity-dismissing-it-is-biggest-failure-of-medical-leadership/)

Kenapa seorang Prof. Makary berkomentar tentang hal tersebut?

Karena beliau dibuat berang oleh kelakuan CDC yang enggan menjelaskan fakta ilmiah ini, dan cenderung mempromosikan suntikan vaksin guna menciptakan kekebalan kawanan buatan.

Selain itu, karena CDC yang nggak kasih edukasi ke publik, kemudian media mainstream malah menyalahkan mereka yang tidak mau disuntik vaksin sebagai biang keladi kegagalan terbentuknya kekebalan kawanan buatan. (https://summit.news/2021/03/19/fauci-claims-babies-toddlers-need-to-be-vaccinated-for-herd-immunity-touts-2022-as-viable-timeline/)

Jadi, mereka yang nggak mau disuntik vaksin, dihadapkan pada pilihan bahwa mereka harus mau dikucilkan karena dianggap sumber masalah. (https://summit.news/2021/05/05/cnn-host-says-people-who-dont-take-the-vaccine-should-be-socially-ostracized-by-friends-family/)

“Mereka yang tidak mau disuntik vaksin, karena mereka telah sembuh dari virus tersebut. Ada banyak data tentang imunitas alami daripada imunitas buatan lewat vaksin, karena imunitas alami sudah terbentuk sejak lama (awal pandemi),” ungkap Prof. Makary.

Bukan itu saja. Prof Makary juga mengatakan bahwa proses infeksi ulang pada seseorang sangat jarang terjadi. Kalaupun ada, maka mereka yang terinfeksi ulang Kopit tersebut, maka akan memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali.

Ini bisa terjadi, karena kekebalan kawanan alami memang sudah terbentuk pada orang tersebut.

Akibatnya Prof. Makary menyarankan agar warga AS mengabaikan pedoman yang diberikan CDC tentang anjuran vaksinasi. “Jalani saja kehidupan normal anda saja,” ujarnya.

Lebih lanjut Prof. Makary menegaskan bahwa CDC harus menghormati hak orang untuk mau divaksin atau tidak, dan bukan malah mencemooh sikap yang diambil mereka.

Bagi para pengamat geopolitik, ini cukup menohok mengingat Universitas John Hopkins adalah ‘sarang’ para ilmuwan sang Ndoro besar, terutama yang berkaitan dengan Kopit. Bahkan laporan harian tentang Kopit, lembaga yang sama yang ambil peranan untuk dipublikasi ke seluruh dunia. (https://coronavirus.jhu.edu/data/new-cases)

Lha kok bisa, salah satu ilmuwannya bicara yang nggak sesuai narasi Ndoro besar?

Yang namanya ilmuwan, pasti punya sisi kemanusiaan yang nggak bisa dipungkiri. Masa iya melihat ketidakbenaran terjadi, malah diam saja?

Tahun lalu, ilmuwan John Hopkins juga pernah bongkar kasus Kopit, meskipun kemudian direpresi oleh media mainstream. (baca disini)

Anyway, Tuhan pasti punya cara unik untuk mengungkapkan ‘kebenaran’, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Bang, knp koin logam bisa menempel di lengan orang yg si paksin? Fact checker pasti jawabannya normatif… Mohon diungkep

error: Content is protected !!