Curi Start Banteng


513

Curi Start Banteng

Oleh: Ndaru Anugerah

Gelaran pilpres memang akan berlangsung pada Februari tahun depan. Masih lama memang. Namun geliatnya, mulai bisa dirasakan saat ini. Munculnya capres Anies yang diusung oleh 3 partai pada Februari silam, mulai menghangatkan suasana.

Berdasarkan agenda yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka pada 11 Oktober mendatang, harus ada penetapan paslon capres dan cawapres di masing-masing kubu yang akan berlaga, setelah sebelumnya diverifikasi di bulan September. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220126143627-617-751496/rencana-jadwal-pilpres-2024-pendaftaran-capres-dibuka-september-2023)

Lalu siapa penantang Anies digelaran pilpres?

Masih tanda tanya besar, setidaknya sampai beberapa hari yang lalu. Hanya sasus yang berseliweran, namun belum bisa dipastikan kebenarannya.

Sekelas PDIP yang merupakan partai berkuasa saja belum merilis nama capres yang bakal diusungnya. “Bu Mega akan mengumumkan capres usungannya pada moment yang tepat,” begitu ungkap Hasto sebagai jubir partai Banteng.

Kapan momentum yang tepat tersebut?

Ya tentu saja yang berkaitan dengan kegiatan untuk menyambut Bulan Bung Karno yang akan berlangsung pada Juni mendatang.

Seperti yang kita ketahui, di bulan Juni ada sederet moment yang bisa dirujuk sebagai hari yang sakral karena related dengan Bung Karno sebagai Bapak Ideologis partai, dari mulai Hari Lahir Pancasila, HUT Soekarno hingga Hari Wafatnya. (https://kabar24.bisnis.com/read/20230419/15/1648442/pdip-kasih-kode-capres-diumumkan-pada-bulan-juni)

Bagus sih. Cuma kelamaan dan ini akan menyebabkan PDIP kehilangan moment penting, jika penetapan capres baru dilakukan di Juni mendatang.

Kenapa?

Karena Anies sudah melakukan safari politik sejak Februari. Ada rentang 4 bulan bagi dirinya untuk bergerilya bersama relawannya, tanpa adanya penantang potensial.

Mungkin karena dirasa kelamaan dan merasa diri cocok sebagai King Maker, akhirnya Jokowi menggulirkan niatnya untuk membentuk Koalisi Besar. Walaupun agak lambat merespon, tapi setidaknya koalisi ini bisa menjadi alternatif dalam menggulirkan nama yang bakal menantang Anies di 2024 mendatang, secepatnya. (baca disini)

Singkat cerita, pertemuan demi pertemuan mulai digelar dalam rangka penjajakan dengan agenda utama menggulirkan nama capres dan cawapres-nya. Dan Jokowi bisa dapat gelar sebagai King Maker jika ini akhirnya terbentuk.

Kok bisa?

“Koalisi Besar sangat dibutuhkan agar kita bisa menerobos tantangan-tantangan yang ada yaitu ketidakpastian, baik itu global maupun terkait dengan cuaca dan terkait dengan apa yang Indonesia harus lakukan dengan situasi penuh ketidakpastian,” ungkap Airlangga.

Hary Tanoe menambahkan bahwa koalisi besar hadir untuk melanjutkan program-program yang sudah dijalankan oleh pemerintah Jokowi. (https://nasional.kompas.com/read/2023/04/11/08060091/koalisi-besar-all-jokowis-men-kian-menguat-partai-pemerintah-seriusi)

Dengan kata lain, kontinuitas program Jokowi yang akan jadi prioritas Koalisi Besar tersebut, plus program emas sang Ndoro besar yang bernama ‘bencana iklim’. Kalo nggak ada kepentingannya, buat apa seorang Jokowi menfasilitasi pembentukan koalisi tersebut?

Belum lagi, jika nama capres yang diusung Koalisi Kebangsaan adalah ‘Orangnya Jokowi’ (baik itu Prabowo maupun Ganjar), bukankah otomatis orang akan beranggapan bahwa Jokowi-lah King Maker a.k.a sosok dibalik layar pencalonan tersebut? (https://news.republika.co.id/berita/rsvauh409/keterlibatan-jokowi-justru-dinilai-jadi-titik-lemah-koalisi-besar-ini-analisis-pengamat)

Jika skenario ini terjadi, maka PDIP akan kehilangan moment. Masa iya Jokowi yang merupakan anggota partai yang pegang kendali koalisi? Dimana muka seorang Megawati?

Sasus beredar bahwa Megawati nggak mau kehilangan moment. Beberapa kalangan internal partai Banteng, nggak mau ini terjadi.

Solusinya jelas: Megawati harus pegang kendali dibalik koalisi. Lagian soal pencalonan nama Ganjar juga selaras dengan sosok yang bakal diusung oleh Koalisi Kebangsaan, bukan? (https://news.republika.co.id/berita/rte36r377/peneliti-smrc-ganjar-jadi-modal-politik-pdip-bentuk-koalisi-besar)

Singkat cerita, akhirnya PDIP resmi mencalonkan Ganjar yang merupakan anggota partainya, sebagai sosok penantang Anies di gelaran pilpres mendatang, setelah menggelar rapat DPP PDIP ke-140, pada Jumat ini (21/4). (https://www.beritasatu.com/bersatu-kawal-pemilu/1039581/pdip-resmi-usung-ganjar-pranowo-sebagai-capres-pada-pilpres-2024)

Siapa yang hadir pada pertemuan tersebut?

Semua petinggi partai, termasuk Jokowi yang sengaja ‘didatangkan’ langsung dari kediamannya di Sumber, Banjarsari, Solo menuju Istana Batu Tulis, Bogor. (https://news.okezone.com/read/2023/04/21/512/2802150/jokowi-tinggalkan-kediamannya-di-solo-bertolak-ke-bogor-terkait-ganjar-pranowo)

Dengan hadirnya Jokowi, maka mau menegaskan beberapa hal.

Pertama, bahwa Jokowi bukanlah sosok King Maker, melainkan Megawati selaku petinggi partai. Sebaliknya, label Jokowi sebagai petugas partai, tetap melekat pada dirinya dengan kehadirannya pada pertemuan tersebut.

Kedua, hadirnya Jokowi menegaskan dukungan dirinya kepada Ganjar sebagai sosok yang selama ini beliau dukung.

Dan ketiga, kehadiran ini tentu nggak gratis, karena ada syarat yang akan diajukan Jokowi.

Apa itu?

Pada pilkada DKI yang akan digelar di tahun 2024 mendatang, nama Gibran sebagai penerus karir politik Jokowi, yang akan diusung oleh partai Banteng sebagai prioritas utama. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230206183112-617-909611/pdip-kaji-gibran-rakabuming-jadi-calon-gubernur-dki-2024)

Apakah akan terlaksana?

Mungkin iya, mungkin juga nggak, mengingat Kesepakatan Batu Tulis dengan Prabowo saja, Megawati dengan mudahnya menganulir kesepakatan tersebut. Gimana dengan deal yang dibuat oleh sosok kader partainya? (https://news.detik.com/berita/d-5585276/7-pasal-perjanjian-batu-tulis-mega-prabowo)

Politik itu dinamis, bukan?

Sah sudah yah bagaimana peta pertarungan di 2024 mendatang. Dengan demikian, Koalisi Kebangsaan akan merapat pada sosok Ganjar yang telah diusung PDIP.

Dan percayalah, sosok HRS bakal diterjunkan dalam waktu singkat dalam meraup suara ‘ummat’, utamanya dikalangan anak-anak muda yang selama ini sudah dibuat kecewa dengan kebijakan yang diambil Jokowi dan sosok Ganjar. (https://nasional.kompas.com/read/2023/03/31/17172831/ganjar-dan-pdi-p-bisa-dihukum-pemilih-muda-buntut-piala-dunia-u-20-batal)

Jangan tanya siapa yang menang, yah… karena saya sudah mengulang-ulang analisa itu.

Satu yang perlu anda camkan.

Anda jangan mau diadu domba dengan narasi Cebong atau Kampret/Kadrun. Toh, siapapun pemenangnya, yakinlah bahwa program sang Ndoro besar yang akan dijalankan.

Semoga anda nggak dapat prank diakhir cerita.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!