Utak-Atik Gathuk 2024


514

Utak-Atik Gathuk 2024

Oleh: Ndaru Anugerah

“Abang pernah mengatakan, bahwa di kontestasi 2024 mendatang capres dati sang Ndoro besar yang akan memenangkannya. Bisa buat kalkulasinya, Bang?” tanya seorang netizen.

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa di 2024 mendatang, capres dari sang Ndoro besar-lah yang akan memenangkan event pilpres tersebut. “Anda nggak usah mempertanyakan alasannya, karena itu bakal terjadi,” begitu kurleb yang saya katakan saat itu. (baca disini dan disini)

Namun, karena sekarang saya kembali mendapatkan challenge dari seorang netizen, maka saya akan coba untuk membuat proyeksinya.

Langsung kita goyang, Neng…

Publik sudah tahu kalo di satu sisi, nama Anies Baswedan sudah diusung oleh setidaknya Nasdem, Demokrat dan PKS sebagai sosok capres potensial mereka pada Februari silam. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230224133434-617-917405/nasdem-demokrat-pks-resmi-usung-anies-capres-cawapres-masih-misteri)

Hanya saja, siapa cawapres-nya, hingga saat ini belum ditentukan siapa orangnya.

Namun itu nggak penting-penting amat untuk disebutkan, mengingat sosok cawapres hanyalah sebagai pemandu sorak dalam pemerintahan.

Ambil contoh sosok Ma’ruf Amin yang didaulat sebagai wapres pada periode kedua Jokowi. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang Ma’ruf Amin ditengah kepemimpinan Jokowi, sampai-sampai BEM UI menjulukinya sebagai wapres ‘pajangan’ di dinding SD? (https://nasional.kompas.com/read/2022/10/26/21121631/3-tahun-pemerintahan-jokowi-bem-ui-kritik-peran-maruf-amin)

Artinya, sosok cawapres bukanlah hal substantif untuk dibahas.

Meski demikian, menurut prediksi saya, nama AHY yang bakal diusung oleh koalisi ke 3 partai tersebut. Alasannya pragmatis: Demokrat nggak akan kasih cek kosong buat kepemimpinan Anies.

Sebagai capres, sosok Anies dirasa cukup mumpuni, mengingat dirinya adalah sosok kader sang Ndoro besar plus adanya peran Opa Jack sebagai orang kuat di belakang dirinya.

Memangnya siapa yang mengusung pertama kali Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI di 2017 silam selain Opa Jack? (https://nasional.kompas.com/read/2020/12/09/08095491/jusuf-kalla-akui-dukung-anies-kalau-ahok-menang-pilkada-dki-efeknya-bisa-ke?page=all)

Pun, peran Opa Jack juga bisa diandalkan sebagai sumber logistik bagi pemenangan pilpres  Anies di 2024 mendatang, yang secara nominal tidaklah sedikit.

Singkat cerita, setelah resmi dideklarasikan pada Februari silam, Anies mulai melakukan ‘safari politik’ sana-sini, untuk mempertahankan elektabilitas yang dimilikinya, meski ini belu memasuki masa kampanye. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230317135010-32-926387/anies-safari-politik-di-surabaya-keluarga-kami-berasal-dari-kota-ini)

Bukankah makin sering keliling, maka otomatis orang makin kenal sosok Anies dan diharapkan untuk tidak ragu lagi memilihnya kelak?

Disini saja, Anies sudah mendapatkan keuntungan tersendiri karena sudah resmi menjadi capres 3 parpol, setidaknya bisa safari politik duluan. Nah, capres tandingan siapa? Bisakah menahan laju Anies?

Sampai disini, hanya ada suara jangkrik yang bisa menjawabnya: krik, krikk, kriikkk… meskipun para pendukung Jokowi mati-matian menghujat sosok Anies yang dinilai nggak bisa kerja alias hanya jualan bacot. (https://wartaekonomi.co.id/read479909/sibuk-serang-anies-refly-harun-peringatkan-pendukung-jokowi-padahal-megawati-yang-olok-olok)

Mungkin merasa gamang namun menilai dirinya cocok sebagai King Maker, Jokowi menggagas ide untuk membentuk Koalisi Besar hasil merger KKIR (Gerindra dan PKB) dan KIB (Golkar, PAN, PPP) dalam menghadapi gelaran pilpres mendatang. (https://www.kompas.tv/article/395319/partai-pendukung-jokowi-bakal-bentuk-koalisi-besar-megawati-ajukan-syarat-capres)

Mengajukan dirinya sebagai capres 3 periode saja gagal, gimana mau jadi King Maker? (baca disini)

Anyway, siapa yang bakal dihadapi oleh Koalisi Besar tersebut?

Walaupun nggak diungkapkan secara lisan, namun publik bisa menduga kalo koalisi ini sengaja dibentuk untuk menjegal pencalonan Anies. Ngapain repot-repot bentuk koalisi, kalo nggak jelas juntrungannya?

Dengan kata lain, akan ada capres tandingan yang akan diusung oleh koalisi tersebut guna menghadapi pencalonan Anies. Mungkin sosok Prabowo yang akan diusulkan atau mungkin ada nama lain yang selama ini dipendam Jokowi.

Nama lain? Maksudnya?

Dialah Ganjar Pranowo yang dinilai punya elektabilitas mumpuni dalam menandingi sosok Anies. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230415190531-32-938250/smrc-elektabilitas-ganjar-naik-prabowo-melemah-dan-anies-stagnan)

Dan jika sosok Ganjar yang diusung, maka mau nggak mau PDIP bakal ikutan merger ke koalisi ini atau malah menyebrang ke kubu pendukung Anies.

Gimana dengan opsi untuk mengusung capres lainnya oleh PDIP?

Sepertinya itu hal sulit untuk dilakukan. Ada dua alasan yang mendasarinya.

Pertama menyangkut siapa sosok yang bakal diusung yang tentunya punya tingkat elektablitas yang tinggi. Masa iya Haji Bolot yang bakal diusung PDIP?

Kedua menyangkut logistik yang akan dikeluarkan PDIP. Uang sedemikian besar untuk dana kampanye, siapa yang bakal menyediakan? Iya kalo menang dan bisa balik modal? Kalo kalah siapa yang bakal menanggung kerugian materialnya? (https://news.detik.com/berita/d-2426219/-ongkos-calon-presiden-sampai-rp-7-triliun-)

Aliasnya, opsi capres ketiga yang bakal diusung PDIP, sepertinya sulit untuk terjadi.

Jika disimpulkan, maka hanya akan 2 paslon yang diusung pada gelaran pilpres 2024 mendatang, Anies dan kubu penantangnya. Anggaplah nama Prabowo atau Ganjar yang akan dirilis guna menantang Anies.

Kalo begini kejadiannya, maka bisa dipastikan gelaran pilkada 2017 dan gelaran pilpres 2019 bakal berulang kembali, dimana isu-isu yang berkaitan politisasi agama otomatis bermunculan.

Disinilah peran HRS diperlukan guna merauk suara bagi sosok Anies. Makanya saya bilang bahwa penahanan HRS tempo hari hanyalah sandiwara belaka, karena memang dirinya bakal didaulat sebagai juru kampanye Anies di gelaran pilpres 2024. (baca disini)

Lantas siapa yang bakal melaju menuju RI-1?

Arahan Klaus Schwab sekali lagi yang jadi rujukan. “Hanya kader WEF yang layak memimpin negara-negara, karena pembentukan ulang tatanan dunia baru akan lebih gampang koordinasinya jika melibatkan sesama alumni Davos,” begitu kurleb-nya. (https://www.facebook.com/watch/?v=1517351355314798)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!