Antara Nikaragua dan Media Mainstream


530

Antara Nikaragua dan Media Mainstream

Oleh: Ndaru Anugerah

Ada fakta menarik yang mungkin sengaja ‘disembunyikan’ oleh media mainstream di tengah hiruk pikuk ketakutan yang memicu panik global gegara pandemi C19 yang sengaja mereka orkestrasi.

Apa fakta itu? Nikaragua.

Berapa banyak kita membaca literatur tentang Nikaragua melalui media mainstream? Silakan anda jawab sendiri.

Pertanyaannya: kenapa fakta tersebut perlu disembunyikan? Ini saya akan coba mengulasnya.

Nikaragua adalah negara kecil dan juga negara misqueen. Jadi negara yang bisa dikatakan rentan terhadap perubahan iklim apalagi pandemi C19. Bukankah logikanya: “Ngurusin makan aja udah sulit, gimana ngurus yang lain?”

Dengan jumlah penduduk 6,6 juta orang (https://www.worldometers.info/world-population/nicaragua-population/), Nikaragua per hari ini saja (7/5) hanya memiliki 16 kasus, 5 orang mati dan 7 orang berhasil pulih. (https://www.worldometers.info/coronavirus/country/nicaragua/)

Sebagai perbandingan di wilayah Amerika Tengah, dalam kasus per juta penduduk, Nikaragua memiliki jumlah kasus terendah dengan 0,93 kasus. Sementara Honduras (yang ada di Utara) dengan 32,54 kasus dan Kosta Rika (yang ada di Selatan) dengan 89,76 kasus.

Padahal Honduras dan juga Kosta Rica, keduanya telah menerapkan status lockdown. (https://reliefweb.int/report/honduras/responding-covid-honduras-under-strict-lockdown)

(https://www.aljazeera.com/news/2020/03/coronavirus-travel-restrictions-border-shutdowns-country-200318091505922.html)

Bahkan pelaksanaan lockdown-nya lumayan ketat dengan pemberlakuan jam malam segala.

Kenapa ini perlu saya paparkan? Karena Nikaragua justru tidak memberlakukan lockdown. (https://havanatimes.org/features/covid-19-doesnt-stop-sports-in-nicaragua/)

“Di Nikaragua, tidak ada pusat kesehatan yang dipenuhi orang-orang dengan gejala pernafasan seperti COVID-19,” demikian ungkap Dirjen Kemenkes Nikaragua. (https://www.el19digital.com/articulos/ver/titulo:102058-minsa-mantiene-vigilancia-epidemiologica-de-la-influenza-y-la-neumonia)

Meskipun tanpa penerapan lockdown, bukan berarti disana bisa bebas seenak udel. Tetap pemerintah mengeluarkan sejumlah himbauan selama pandemi, pada Februari lalu. (http://www.minsa.gob.ni/index.php/repository/Descargas-MINSA/Columna-Derecha/Medidas-Frente-al-Coronavirus/)

Pertama, orang-orang yang memiliki gejala C19 dan juga memiliki hubungan dengan orang yang sudah terinfeksi, maka akan dimasukkan ke unit kesehatan khusus untuk dipelajari dan ditindaklanjuti.

Kedua, bagi mereka yang positif C19 akan dirawat di salah satu pusat perawatan pasien yang khusus menangani kasus Corona.

Ketiga, bagi para pelancong dari luar negeri, tidak dibatasi ruang geraknya di negara tersebut, tetapi akan diberikan tindakan pencegahan yang harus diambil selain meminta nomor kontak dan alamat yang akan ditinggali.

Sesederhana itu.

Dengan semua capaian yang diraih pemerintah Jose Daniel Ortega tersebut, apakah rakyatnya protes turun ke jalan atau malah buat kerusuhan? (https://www.aljazeera.com/indepth/features/central-america-unrest-repression-grow-coronavirus-crisis-200422202713659.html)

Ngapain juga. Itu mah setting-an orang-orang di Washington, Bray…

Apa sukses Nikaragua dalam menangani pandemi C19?

Pertama, Nikaragua mirip kelakuannnya dengan rejim sosialis lainnya yang nggak mau tunduk atas dikte yang diberikan AS. Jangan heran, protokol WHO untuk menerapkan lockdown, ditolak mentah-mentah oleh Nikaragua. Bukankah WHO adalah kepanjangan tangan Mamarika dan Elite Global?

Kedua, sebagai negara sosialis Nikaragua mengedepankan hak sosial dan ekonomi penduduknya terutama yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan serta pangan.

Jangan heran, kesehatan adalah hal yang mendapatkan perhatian serius pemerintah Ortega. Tercatat selama 13 tahun terakhir, Gubernur Sandinista sukses membangun 18 rumah sakit dan semuanya telah beroperasi secara gratis. (https://www.el19digital.com/articulos/ver/titulo:96326-gobierno-de-nicaragua-ha-construido-18-hospitales-y-tiene-proyectado-construir-15-mas)

Bukan itu saja. Nikaragua juga sukses membangun laboratorium biologi molekuler modern yang memenuhi standar WHO. Lab ini mampu menganalisis dan menguji berbagai penyakit menular, termasuk C19. (https://ashpublications.org/bloodadvances/article/2/Supplement_1/58/422701/Establishment-of-a-specialized-laboratory-for)

Dan ketiga, Nikaragua sukses membangun kemandirian di bidang kesehatan, atas saran Rusia, sehingga lepas dari kungkungan Big Pharma. (https://mundo.sputniknews.com/salud/201811291083800187-rusia-nicaragua-produccion-de-vacunas/)

Nggak aneh kalo kemudian Nikaragua memiliki pabrik obat dengan kapasitas produksi 12 juta vaksin influenza per tahunnya. Dan obat Kuba Interferon Alpha 2B yang telah berhasil digunakan untuk mengobati pasien C19, direncanakan diproduksi di sana.

Singkat cerita, sukses Nikaragua memiliki kemiripan dengan Swedia dalam mengatasi pandemi, yaitu mendasarkan strateginya pada kemampuan populasinya untuk melakukan tindakan pencegahan sambil menghindari pembatasan aktivitas ekonomi sejauh mungkin.

Jadi saat negara lain akan terpuruk ekonominya setelah pandemi berlalu, itu tentu saja tidak berlaku di Nikaragua. Dan Nikaragua tidak bergantung pada utangan IMF dalam melanjutkan roda perekonomiannya.

Ironis. Saat negara-negara tetangganya dirundung ketakutan dan kerusuhan plus kelaparan saat pandemi, Nikaragua justru menikmati liburan Paskah dengan damai.

Nikaragua adalah sebuah contoh sukses yang disembunyikan oleh media mainstream.

Ya tentu saja. Kalo sukses Nikaragua tanpa lockdown tersebut disebarkan oleh media mainstream, apa rencana dagang vaksin di akhir cerita bakal menuai sukses?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!