Aktivasi Sudah Dimulai
Oleh: Ndaru Anugerah
Bagaimana caranya agar GWOT a.k.a OCO dapat diaktivasi kembali?
Dengan cara menggelar aksi teror yang dijalankan oleh proxy. Dan ini telah menjadi rencana besar pemerintahan Biden. (baca disini dan disini)
Apa buktinya kalo tombol ‘aktivasi’ telah ditekan?
Di Rusia pada medio Februari 2021 silam, pihak kemananan telah menangkap 19 tersangka teroris dari kelompok Islam radikal yang akan berencana melakukan serangan di Kaukus Utara. (https://www.euronews.com/2021/02/17/russia-arrests-19-suspected-militants-for-planning-caucasus-terror-attacks)
Jadi kelompok tersebut baru berencana melakukan aksi teror, namun keburu digrebek di tempat kediaman mereka. Saat pengamanan berlangsung, ditemukan juga senapan mesin, senapan otomatis dan juga 3 kg TNT serta alat peledak rakitan yang rencananya digunakan untuk serangan teror.
“Mereka dari kelompok Takfir wal-Hijra,” ungkap pejabat berwenang di Rusia.
Di Mozambik lain lagi ceritanya.
Tentara kekhalifan telah merebut kota strategis Palma di negara tersebut.
Akibat serangan yang dilakukan oleh kelompok jihadis tersebut, sedikitnya puluhan orang meregang nyawa pada akhir Maret 2021 yang lalu. (https://www.france24.com/en/africa/20210329-islamic-state-group-claims-control-of-northern-mozambique-town-of-palma)
Kelompok teror yang bernama al-Shabab (yang berarti ‘orang muda’) tersebut, berafiliasi dengan kelompok ISIS. Nggak aneh jika dalam tiap aksinya seruan jihad dan penegakkan khilafah terus didengungkan. (https://www.bbc.com/news/world-africa-56557623)
Di Suriah bagian Utara, juga mengalami serangan teror serupa, dan menewaskan 1 orang serta 12 orang lainnya luka-luka. Sebuah mobil yang berisi bahan peledak diledakkan pada di pasar yang ramai di Cobanbey wilayah Aleppo pada pertengahan Februari 2021. (https://www.aa.com.tr/en/middle-east/1-dead-12-hurt-in-northern-syria-terror-attack/2143675)
Menurut pejabat berwenang, kelompok teroris yang berafiliasi dengan YPG/PKK yang dituding telah merancang serangan bom tersebut.
Serangan teror nggak hanya terjadi disana.
Pada Januari 2021, serangan bom bunuh diri juga terjadi di Irak. Setidaknya 32 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan bom tersebut. (https://www.dw.com/en/iraq-twin-suicide-bombing-kills-dozens-in-baghdad/a-56298321)
“Serangan bom ganda yang menyasar pasar yang ada di Baghdad tersebut, telah dilakukan oleh ISIS dengan cara membangunkan ‘sel tidur’ yang ada di Irak untuk melakukan serangan,” ungkap pejabat berwenang di Irak.
Berikutnya, di Filipina.
Dalam sebuah operasi militer di provinsi Maguindanao yang ada di Filipina Selatan, pihak berwenang terlibat baku tembak selama seminggu dengan kelompok teroris pada 17 Maret silam. Akibatnya 16 orang teroris dan 3 orang tentara Filipina tewas dalam bentrokan tersebut. (http://www.xinhuanet.com/english/2021-03/24/c_139833145.htm)
“Pejuang Kebebasan Islam Bangsa Moro (BIFF) telah mengadakan kontak senjata dengan kami. Dan kami berhasil mengamankan pistol caliber 45, granat, senapan dan tujuh buah alat peledak rakitan yang rencananya digunakan untuk aksi teror,” ungkap pejabat di Filipina.
Dan yang paling gres adalah serangan bom bunuh diri yang menyasar Makassar beberapa hari yang lalu. (https://www.bbc.com/news/world-asia-56553790)
Artinya apa?
Tombol aktivasi telah di-nyalakan. Tinggal butuh ‘peristiwa besar’ untuk memberikan legitimasi AS dan sekutunya dalam memerangi terorisme di dunia.
Bisa disimpulkan bahwa peristiwa demi peristiwa yang sudah saya sebutkan di atas, hanya permulaan saja sifatnya, agar dapat menarik perhatian dunia akan bahaya terorisme.
Yang terjadi kemudian, isu ‘terorisme’ tersebut kemudian dijadikan alat untuk menghantam siapapun rejim yang nggak sejalan dengan kepentingan Washington.
Coba anda flashback apa yang terjadi dengan peristiwa 9/11? (baca disini dan disini)
“Apakah isu yang sama akan digunakan untuk menggoyang kepemimpinan di Wakanda, Bang?” tanga seseorang.
Menarik untuk melihat hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik pada Maret 2021 silam. Dikatakan bahwa 40% responden menganggap kondisi Wakanda saat ini cenderung mengarah pada kepemimpinan yang tidak demokratis alias otoriter. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210321195523-32-620236/survei-40-persen-anak-muda-nilai-ri-kurang-demokratis)
Artinya, responden yang kebanyakan anak muda tersebut beranggapan bahwa nilai demokrasi mulai terancam dan bergeser ke arah kekuasaan individu secara absolut.
Dengan kata lain, kalo asumsinya isu terorisme digunakan untuk menggoyang kepemimpinan di Wakanda, itu jelas salah persepsi.
Bagaimana mungkin pemimpin yang telah dianggap ‘good boy’ oleh Ndoro besar kemudian dicoba untuk digoyang? (baca disini, disini dan disini)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Mungkin isu terorisme di wakanda dipakai untuk melemahkan satu atau bbrp calon 2024 mas? Karena hasil2 investigasi koq terikut2 nama ormas juga.
Btw kalau video Gusdur saat masih menjabat yang tentang terorisme itu beneran memang seperti itu kah mas? (Asal teroris dan supply senjata dll)
Silakan baca:
https://ndaruanugerah.com/siapa-bermain-dibalik-bom-bali/
Siap mas bro, terimakasih 🙂