Jelang pelantikan Jokowi diperiode kedua di Oktober nanti, sangat dinanti-nanti dengan hati yang harap-harap cemas. Tentu bukan bagi semua orang, melainkan hanya secuil orang yang ingin dipanggil oleh pihak istana untuk menjadi seorang menteri.
Mengantisipasi hal ini, jangan heran kalo belakangan banyak sekali beredar di WAG-WAG tentang susunan kabinet yang akan mengisi postur pemerintahan Jokowi kelak. Tujuannya apa? Biar saya kasih tahu.
WA blast yang banyak beredar itu adalah kerjaannya pasukan tuyul dari orang-orang yang ingin mencuri perhatian istana. Minimal pesan berantainya tersebut dilirik dengan tujuan agar orang tersebut bisa dipertimbangkan untuk menjadi pembantu presiden.
Tapi apa ya seperti itu mudahnya seorang Jokowi untuk gampang tertarik pada manuver maut yang dibuat pasukan tuyul? Tidak semudah itu, Rudolfo.
“Biarin aja, namanya juga usaha. Tapi soal dipilih mah, lain lagi ceritanya,” demikian pikirnya.
Namun, bukannya surut, upaya melakukan akrobat jelang pengumuman siapa kira-kira menteri ke depannya, malah makin menggila. Segala upaya dilakukan, dari yang shy-shy cat sampai cara yang brutal.
Dari mulai kasak-kusuk sana sini, sampai nyewa buzzer dan influencer untuk sekedar menjegal kompetitornya.
Bagi yang sudah punya feeling bakalan nggak kepake lagi di periode kedua, maka segala usaha dilakukan agar ada ‘sesuatu yang bisa diselamatkan’ sebelum dirinya didepak dari istana. Pengamanan aset, istilah kerennya.
Ada juga yang tahu info bakal kedepak, makanya dia buat perhatian presiden agar tetap membidiknya tetap berada di ring-1 istana. Simpel mikirnya. Apalagi kira-kira yang laku dijual jelang hari kemerdekaan kecuali NKRI harga mati dan tolak khilafah.
Dan khilafah sekejab jadi komoditas politik yang punya nilai jual tinggi saat ini. Semua rame-rame tolak khilafah.
Apakah salah? Namanya usaha mah, sah-sah aja. Cuma masalahnya, selama ini, kemana aja bray?? Kemarin-kemarin, lihat kader HTI bergerak bebas kesana-kemari, kok diem-diem baee….
Ada lagi yang coba menyewa buzzer, agar kandidat menteri yang jadi kompetitornya dijatuhkan. Buzzer mah senang-senang aja. Wong yang ada dikepalanya cuma duit. Asal kuat bayarnya, apa aja bakal dilakuin.
Jadilah menteri yang selama ini berhasil menyelamatkan aset negara di lautan, sekejab mendapat serangan buzzer dari segala arah. Tujuannya satu, agar kelak dia tidak terpilih kembali, dan ada pengganti yang telah dipersiapkan. Dialah yang sang penyewa buzzer-buzzer tersebut.
Seperti kata saya tadi, bahwa aksi akrobat ini nggak akan berhenti sebelum ada janur kuning melengkung di hari pelantikkan pada Oktober nanti.
Lantas gimana respon jokowi?
Pusing juga si tukang kayu, mengingat banyak titipan kiri-kanan untuk mengisi postur kementerian, dari mulai kalangan parpol, sampai para relawan yang telah mendukungnya saat gelaran pilpres 2019 yang lalu. Semuanya minta japrem alias jatah preman.
Ada yang sungkan-sungkan ngomongnya, ada juga yang langsung nodong minta jatah sekian menteri. Karena apa? Mereka merasa berjasa atas kemenangan yang telah diraih JOMIN. Dan dukungan itu nggak gratis. “Kencing aja harus bayar 2 rebu,” ujar mereka.
Padahal Jokowi sudah berkali-kali kasih petunjuk dalam beberapa kali pidatonya, tentang kriteria calon menteri yang akan membantunya.
“Orangnya harus mampu bekerja,” ungkap pakde. Artinya orangnya punya kemampuan sebagai eksekutor atas konsep-konsep yang diusung oleh pakde.
Bisa kerja aja nggak cukup, tanpa adanya integritas. Dibuktikan dengan rekam jejak yang bersih, minimal dari korupsi. Dan konsisten ngomongnya, alias nggak mencla-mencle.
Terakhir, orang tersebut punya kemampuan manajerial yang baik. Ini dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di kementeriannya dengan baik.
Gak lucu kan, kalo dikit-dikit ada masalah lapor pakde bukan malah diselesaikan. “Emang gue bapak, lu?”
Sudah lazim, kalo yang namanya hasrat selalu lebih besar dari kemampuan. Cita-cita jadi menteri emang setinggi langit, tapi sayangnya kemampuan hanya sekelas ketua RT. Dan parahnya, yang beginian yang biasanya paling ngotot untuk dipilih.
Karena apa?
Jabatan menteri, bukan gaji yang senilai 120jetian yang dibidik, tapi sejumlah ‘proyek’ yang bisa dikembangkan sebagai lumbung penghasilan bagi dirinya dan kelompoknya. Dan proyek-proyek siluman itu hanya bisa dia ciptakan, saat dirinya terpilih menjadi menteri.
Makin asyik saja mengikuti akrobat kali ini. Pesan saya cuma satu: “Hati-hati kecenglak, Ndro…”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments