Upaya Menahan Langkah Trump
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, bahas donk soal razia yang dilakukan oleh FBI pada kediaman Donald Trump,” pinta seorang netizen.
Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan bidang saya selaku analis geopolitik. Karenanya saya akan menjawabnya, disela seabreg agenda yang saya miliki belakangan ini.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa FBI melakukan razia pada kediaman Trump di Mar-a-Lago yang berada di Palm Beach, Florida, dengan alasan Trump menyembunyikan dokumen rahasia yang berkaiatan dengan nuklir. (https://www.msn.com/en-us/news/politics/nuclear-weapons-documents-among-items-sought-from-trump-in-fbi-raid-report/ar-AA10zWZB)
Yang cukup aneh, FBI menolak memberikan ijin pada pengacara Trump atau saksi lainnya untuk bisa hadir saat razia dilakukan. Padahal razia berlangsung selama kurleb 9 jam lamanya, berada pada wilayah privat Trump.
Kok aneh sekali treatment yang dilakukan oleh FBI kepada tokoh sekelas mantan orang nomor 1 di AS tersebut? Bukankah tiap ada penggeledahan, memang harus ada saksinya?
Bahkan saking anehnya, Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan, “Selama 152 tahun, belum pernah ada penyelidikan ekstensif yang dilakukan kepada mantan presiden AS.” (https://www.nytimes.com/2022/08/11/briefing/fbi-unseal-trump-warrant-asia.html)
Dengan kata lain, ini baru pertama kalinya terjadi pada sejarah modern AS, dimana kediaman seorang mantan presiden ‘digrebeg’ tanpa kejelasan.
Malahan Trump dikasih ‘bonus’ dengan dipanggil menghadap Jaksa Agung Negara Bagian New York, Letitia James, karena dituding punya bisnis ilegal dibalik bisnis real estate yang dijalaninya. Dan Trump menolak deposisi tersebut. (https://www.msn.com/en-us/news/politics/trump-calls-new-york-attorney-general-racist-before-pleading-the-fifth-in-fraud-probe-deposition/ar-AA10wqk4)
Apa yang sedang terjadi?
Kalo anda mengandalkan informasi dari media mainstream, anda nggak akan mendapatkan insight apa-apa, karena memang itu saja informasi yang disajikan. Singkatnya publik diarahkan kepada ‘kesalahan’ yang seolah-olah dilakukan oleh mantan presiden nyeleneh tersebut.
Apa memang demikian adanya?
Tentang Trump, utamanya menyangkut langkahnya yang tersandung pada pilpres 2020 silam, saya telah prediksi jauh-jauh sebelumnya. Saya katakan dengan jelas bahwa Trump nggak bakalan melaju untuk periode keduanya karena sang Ndoro nggak sreg sama gaya kepemimpinannya yang dinilai diluar kewajaran alias sulit untuk diatur. (baca disini)
Dan belakangan, analisa saya terbukti, bukan? (baca disini)
Kekalahan Trump pada pilpres 2020 cukup beralasan, mengingat dirinya merasa dicurangi pada gelaran tersebut.
Bukan itu saja, Trump juga bukti yang terdokumentasi atas kecurangan yang dilakukan kubu pesaingnya.
Namun ajaibnya, bukti terdokumentasi tersebut nggak pernah ditindak lanjuti untuk diperiksa di pengadilan maupun Mahkamah Agung. Ujung-ujungnya menguap tanpa kejelasan. (https://www.forbes.com/sites/andrewsolender/2020/11/29/all-the-elections-trump-has-claimed-were-stolen-through-voter-fraud/)
Kesimpulannya, kekalahan Trump bersifat mutlak dan nggak bisa diganggu gugat. Titik.
Kenapa seorang Trump perlu dilengserkan dari kursi kepresidenannya?
Karena Trump dinilai sebagai bidak yang nggak bisa dipegang buntutnya, sehingga apapun yang diarahkan oleh sang Ndoro besar kepadanya, bukan nggak mungkin bakal ditampik.
Contoh sederhana, bagaimana seorang Trump mendeklarasikan “Make America Great Again” pada pilpres 2016. (https://www.wbur.org/cognoscenti/2016/01/15/donald-trump-trademark-slogan-tom-keane)
Padahal bukan itu yang dikehendaki sang Ndoro untuk diemban oleh seorang Trump. Sang Ndoro maunya AS sebagai polisi dunia dalam dunia unipolar dan bukan-nya sebodo teing pada nasib negara lain.
Atau misalnya saat sesi ke-75 Majelis Umum PBB yang digelar pada September 2020 silam. Disitu Trump meminta pemimpin semua negara untuk membuat negaranya kuat, mandiri dan berdaulat. Ini jelas bukan maunyanya sang Ndoro. (https://trumpwhitehouse.archives.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-75th-session-united-nations-general-assembly/)
Makanya nggak aneh jika semua kerja-kerja Trump dicibir oleh media mainstream yang jadi corong sang Ndoro. Mulai dari MAGA yang dinilai cuma slogan semata. (https://www.reuters.com/article/usa-trump-legacy-idINKBN27F1CC)
Hingga tudingan bahwa kemenangan Trump di pilpres 2016 karena ada dukungan Rusia dibelakangnya. (https://www.newsweek.com/hillary-clinton-warns-trump-could-help-putin-path-victory-ukraine-russia-1717112)
Bisa dikatakan, kekalahan Trump di pilpres 2020, memang sudah direncanakan dari awal. Selaku analis, saya sudah prediksi kemungkinan itu sedari awal.
Padahal kalo kita bicara sang Ndoro, dunia saja mereka yang tentukan arahnya kemana. Masa iya seorang Trump bisa bertindak seenak jidat tanpa kontrol mereka? (https://www.dailywire.com/news/the-future-is-built-by-us-world-economic-forum-chairman-who-spoke-of-great-reset-of-capitalism)
Jadi kalo sang Ndoro punya visi One World Government, maka Trump justru menampik rencana tersebut dengan ide nasionalisme-nya.
Jika Trump punya visi yang sama dengan sang Ndoro, mungkin presiden Wakanda saat ini bukanlah seorang Lurah yang hobinya sibuk keliling-keliling demi pencitraan dirinya.
Kembali ke laptop.
Lantas, kenapa kini Trump diperkara-kan?
Setidaknya ada 2 alasan. Pertama popularitas Trump yang meningkat di kalangan warga AS. Dan kedua, Trump kemungkinan besar akan melaju kembali pada gelaran pilpres di 2024 mendatang.
Survey terbaru yang dirilis oleh salah satu media mainstream, dengan pertanyaan, “Jika pilpres digelar saat ini, maka siapa yang akan memenangkan kontestasi: Biden atau Trump?” dengan memenangkan Trump secara telak atas sosok Opa Biden yang sudah uzur. (https://www.newsweek.com/donald-trump-trounce-joe-biden-election-held-again-polls-suggest-1653256)
Selain itu, langkah Trump untuk comeback sebagai salah satu kandidat dari Republik, sepertinya tinggal menghitung hari saja. (https://news.yahoo.com/trump-says-may-run-again-012444364.html)
Berbekal dua alasan tersebut, nggak heran jika Trump dijegal dengan segudang kasus yang nggak masuk diakal. Narasi yang hendak dibangun: “Masa anda mau pilih capres ‘berperkara’ yang rekam jejaknya gak jelas seperti Trump?”
Bukankah jika Trump berhasil menang kembali, agenda TGR sang Ndoro bisa-bisa saja diacak-acak?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Jika Trump punya visi yang sama dengan Sang NDoro, mungkin presiden wakanda saat ini bukanlah seorang lurah yang hobby sibuk keliling2 demi pencitraan dirinya.
Artinya,
Lurah Wakanda saaat ini sibuk keliling pencitraan karena Seperti TRum yg tidak punya visi yg sama dengan Sang NDoro. Begitukah?
kurleb begitu deh.