Mematangkan Skenario Kelangkaan Pangan Global (*Bagian 2)


550

Mematangkan Skenario Kelangkaan Pangan Global (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita sudah bahas tentang skenario kelangkaan pangan yang akan terjadi secara global, dengan cara ‘mematikan’ pusat produksi pangan dunia. Tujuannya nggak lain adalah untuk mengubah pola konsumsi pangan dunia yang ada saat ini. (baca disini)

Kalo hasil pangannya nggak lagi tersedia di pasaran, sementara pangan alternatif sudah disediakan oleh sang Ndoro besar, pertanyaannya: apakah manusia lebih memilih kelaparan ketimbang memakan sumber pangan alternatif tersebut?

Memangnya apa solusi pangan yang ditawarkan?

Salah satunya serangga.

Pernah dengar Brooklyn Bugs yang berlokasi di New York?

Ini adalah salah satu vendor yang kerap mempromosikan makanan apapun dengan bahan baku serangga di dalamnya, mulai dari ulat hingga lebah. Dan sudah tentu WEF mendukung upaya yang dilakukan Joseph Yoon tersebut, selaku promotor-nya.  (https://www.brooklynbugs.com/)

Dan untuk mewujudkan ini, hanya ada satu cara yaitu orang sedunia harus dibuat kelaparan, sehingga mau nggak mau akan memakan serangga yang tekah tersedia.

Lalu bagaimana caranya mempercepat orang-orang kelaparan?

Pertama dengan membunuh pertanian tradisional seperti yang terjadi di Belanda saat ini. Dan yang kedua dengan memakai tangan Bill Gates (BG).

Apa maksud seorang BG membeli banyak lahan pertanian di AS saat ini? Bahkan di Juni lalu, BG sukses membeli sekitar 2.100 hektar lahan di North Dakota. Dengan kata lain, sudah ratusan ribu hektar lahan yang berhasil dibelinya. (https://www.usnews.com/news/us/articles/2022-06-30/north-dakota-ag-clears-farmland-purchase-tied-to-bill-gates)

Tentu saja lahan pertanian yang dibeli bukan untuk ditanami, tapi untuk dibiarkan menjadi lahan kosong. Dengan langkah ini, maka nggak butuh waktu lama bagi warga AS untuk mati kelaparan dalam beberapa tahun ke depan akibat konversi lahan yang dilakukan BG.

Dan Belanda adalah pilot project untuk mengeksekusi rencana tersebut.

Adalah Christianne van der Wal dan Mark Rutte yang mengusung krisis ‘palsu’ di Negeri Kincir Angin tersebut, dengan menyerukan pengurangan emisi nitrogen hingga 70% pada 2030 mendatang. (https://www.fas.usda.gov/data/netherlands-government-presents-national-program-reduce-nitrogen-greenhouse-gas-emissions)

Siapa kedua orang tersebut, nggak sulit untuk mengetahuinya. Nanti saya akan bahas.

Singkatnya, dengan adanya krisis palsu yang mereka ciptakan, maka ke depannya akan ada sekitar 30% ternak di negara tersebut yang akan ‘dimusnahkan’. Lalu secara bertahap, pengurangan emisi nitrogen akan terus dilakukan secara intensif yang berdampak pada banyaknya petani yang bakalan gulung tikar. (https://web.archive.org/web/20210913042819/https:/www.pbl.nl/sites/default/files/downloads/pbl-2021-quickscan-van-twee-beleidspaketten-als-vervolg-op-de-structurele-aanpak-stikstof-4694.pdf)

Asal tahu saja, bahwa Belanda adalah eksportir hasil pertanian terbesar kedua di dunia setelah AS. (https://www.wur.nl/en/newsarticle/dutch-export-of-agricultural-products-exceeds-90-billion-in-2018.htm)

Nggak hanya itu, Belanda juga merupakan eksportir daging terbesar bagi masyarakat Eropa. (https://www.cbs.nl/en-gb/news/2021/25/the-netherlands-is-the-eu-s-largest-meat-exporter)

Apa jadinya jika petani Belanda gagal memproduksi produk pertanian dan peternakan bagi dunia? Apa mungkin nggak ada dampaknya?

Kembali ke laptop.

Sekarang kita mau bahas soal kedua tokoh berpengaruh yang berhasil menyulap krisis palsu di Belanda.

Orang pertama adalah Perdana Menteri Mark Rutte yang nggak lain dan nggak bukan merupakan jaringan kartel sang Ndoro besar. (https://interessantetijden.nl/2021/01/27/mark-rutte-verraadt-nederland-voor-klaus-schwab-wef/)

Sedangkan orang kedua adalah Christianne van der Wal yang menikah dengan Piet van der Wal. Piet sendiri adalah putra dari konglomerat Belanda, Okke van der Wal. (https://www.destentor.nl/veluwe/boni-baas-okke-van-der-wal-op-83-jarige-leeftijd-na-ziekbed-overleden-in-putten~a6a5f926/)

Selain memiliki jaringan supermarket besar di Belanda yang berlabel Boni, keluarga van der Wal juga mengelola supermarket online yang diberi nama Picnic. (https://nordic9.com/news/picnic-to-raise-100m-from-npm-capital-de-hoge-dennen-hoyberg-and-finci/)

Sampai disini, semua berjalan normal hingga kemudian pada September 2021 silam, secara mengejutkan Bill and Melinda Gates Foundation membeli perusahaan Picnic dengan nilai fantastik. (https://www.reuters.com/article/netherlands-picnic/dutch-online-grocer-picnic-raises-706-mln-from-investors-gates-foundation-idUSL8N2QI22T)

Selanjutnya Picnic membeli semua bahan makanan dari supermarket Boni untuk alasan penyediaan barang bagi toko online-nya. (https://retailintelligencelab.com/blog/2015/9/23/online-grocery-shop-picnic-to-be-launched-in-the-netherlands-next-week)

Masalah tambah pelik saat Christianne van del Wal membuat kebijakan fantastik untuk mengekspor produk pertanian Belanda secara besar-besaran di tahun 2021 silam. (https://www.cbs.nl/en-gb/news/2022/03/agricultural-exports-exceeded-100-billion-euros-in-2021)

Pertanyaannya: untuk apa BG mengakuisisi Picnic? Lalu, apa alasan utama Christianne van der Wal mengekspor produk pertanian Belanda secara besar-besaran?

Tentu saja untuk membuat orang-orang Belanda bergantung pada Picnic. Dengan masuknya BG yang kerap mempromosikan makanan sintetis, apa anda yakin kalo makanan yang dijual Picnic merupakan makanan asli dan bukan KW?

Lebih jauh lagi, dengan mengambil Belanda yang hanya berpenduduk sekitar 17,6 juta orang sebagai ‘lahan percobaan’, apa sulitnya untuk menguji cobakan hal serupa pada penduduk dunia lainnya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!