Siap-Siap Dijatah
Oleh: Ndaru Anugerah
“Ahh, nggak mungkin krisis pangan bakal terjadi dalam waktu lama. Palingan hanya sementara dan dunia akan kembali normal setelah rantai pasokan bisa ditanggulangi,” demikian ungkap seorang netizen.
Benarkah?
Asal tahu saja, bahwa penjatahan terjadi karena kurangnya pasokan barang yang ada di pasaran. Dan kurangnya rantai pasokan ini, ditenggarai karena terjadinya krisis di Ukraina selain kebijakan konyol yang diambil selama plandemi Kopit. (https://www.kpmg.us/insights/2022/russia-ukraine-war-impact-supply-chains-inflation.html)
Apakah krisis ini hanya bersifat temporal dan segera dapat diatasi, seperti pernyataan netizen tadi? Sekarang saya balik tanya: memangnya krisis di Ukraina kapan berakhirnya? Apakah ada yang bisa menjawabnya?
Dan sudah berkali-kali saya katakan bahwa krisis Ukraina yang ‘dipaksakan’ tersebut, memang sengaja digelar untuk membuka jalan bagi mulusnya agenda The Great Reset. Jadi, mana mungkin akan berakhir dengan cepat? (baca disini dan disini)
Aliasnya, kurangnya pasokan memaksa pemerintah di banyak negara, memberlakukan pembatasan bahan pangan dan juga energi.
Yunani misalnya. Gegara krisis Ukraina, negara tersebut membatasi penjualan tepung, gula dan minyak bunga matahari baik secara online maupun offline. (https://www.thenationalherald.com/some-greek-supermarkets-will-start-rationing-sugar-now-too/)
Apa dampaknya?
Bukan saja warga Yunani jadi keteter akibat kurangnya pasokan sembako tersebut, tapi banyak restoran terpaksa menghentikan produk pangan berupa kue dan juga makanan gorengan (seperti kentang goreng). Bukankah warga Yunani mengkonsumsi kentang sebagai sumber karbohidratnya?
Masalah yang sama juga terjadi di Spanyol. Sejak krisis Ukraina berlangsung, negara Matador tersebut langsung kekurangan stok telur, susu hingga minyak bunga matahari. (https://fortune.com/2022/03/30/rationing-europe-global-supply-crunch-natural-gas-russia-foodstuffs-war-ukraine/)
Sebagai akibatnya, pemerintah memberi batasan jumlah barang-barang yang langka tersebut untuk bisa dibeli oleh warganya alias memberlakukan penjatahan. (https://www.breitbart.com/europe/2022/04/01/supermarkets-allowed-to-begin-rationing-says-spains-socialist-government/)
Nggak hanya pangan, karena energi juga terpaksa dibatasi gegara kurangnya rantai pasokan. Asal tahu saja bahwa Rusia telah menghentikan aliran gas alam-nya ke wilayah Eropa, nggak lama setelah krisis Ukraina berlangsung. (https://www.nbcnews.com/politics/national-security/russia-pressures-europe-slashing-natural-gas-supply-rcna34122)
Karena biasa mengandalkan gas alam Rusia, banyak negara di Eropa yang dipaksa memberlakukan pembatasan, khususnya yang menyasar sektor industri. Italia adalah satu negara yang terpaksa memberlakukan aturan penjatahan gas alam bagi sektor industri. (https://fortune.com/2022/06/20/germany-italy-russian-gas-europe-return-coal-rationing-as-moscow-cuts-gas/)
Hal yang sama juga bakal dialami Jerman, karena Rusia berencana untuk mengurangi aliran gas alam ke negara tersebut. (https://billingsgazette.com/russia-set-to-halt-flow-of-natural-gas-to-germany/article_a361e03a-ffd3-11ec-a7e6-4b5cb1168695.html)
Apa yang mungkin terjadi?
Pasokan gas alam akan dikurangi ke sektor industri, yang ujung-ujungnya akan memukul sektor manufaktur yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian Jerman. Sudah pasti krisis bakal makin berat. (https://www.reuters.com/markets/europe/germany-risks-recession-russian-gas-crisis-deepens-2022-06-21/)
Jadi kalo anda berpikir bahwa krisis pangan dan energi ini hanya bersifat sementara, sebaiknya anda hentikan khayalan anda tersebut. Itu nggak akan terjadi sesuai ekspektasi anda.
Kenapa?
Karena sekelas kepala PBB, Antonio Guterres sudah menyatakan secara terbuka bahwa dunia kini menuju krisis pangan yang mengacu pada kelaparan global, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi kalo temporal sifatnya, itu bukan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, bukan? (https://www.eutimes.net/2022/07/un-warns-that-the-worst-famine-in-history-is-now-emerging/)
Dengan demikian, kalo anda saat ini masih bisa makan 3 kali sehari, harusnya anda bersyukur, mengingat dalam beberapa bulan ke depan, situasi sulit akan anda hadapi. Percayalah!
Apakah hanya krisis pangan dan energi yang bakal terjadi ke depannya?
Nggak juga. Karena situasi ini akan memaksa laju inflasi yang terus akan merangkak naik. Dampaknya bisa ditebak, karena industri bakal melakukan pengurangan karyawan secara besar-besaran guna menutup biaya operasional. Dan saat ini, PHK massal sudah terjadi, bukan? (https://news.crunchbase.com/startups/tech-layoffs-2022/)
Bagaimana dengan mereka yang masih memiliki pekerjaan?
Gaji mereka akan secara otomatis tergerus oleh laju inflasi, mengingat kenaikan gaji (kalopun ada) nggak akan bisa mengejar kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari. Aliasnya, hidup serba pas-pasan. (https://www.christianpost.com/news/nearly-two-thirds-of-americans-living-paycheck-to-paycheck.html)
Terus bagaimana menutup kekurangan biaya hidup mereka?
Dengan cara menjalankan pola hidup berhutang. Kartu kredit-lah jawaban singkatnya. Dengan adanya kartu kredit, harapannya kekurangan biaya hidup untuk sementara bisa ditanggulangi.
Nggak heran jika menurut laporan The Fed, kredit bergulir (salah satunya lewat skema kartu kredit) telah meningkat 19,6% dari tahun sebelumnya, menjadi sekitar USD 1.103 trilyun. Angka yang fantastik. (https://www.usatoday.com/story/money/2022/06/29/americans-opening-more-new-credit-cards/50422149/)
Ngutang memang indah, tapi gimana cara membayarnya, itu yang jadi masalah sesungguhnya. Kalo kreditnya jatuh tempo dan utang nggak bisa ditanggulangi, apa nggak memperparah laju resesi yang sedang terjadi? (https://www.foxbusiness.com/economy/us-already-in-soft-recession-economist-stephen-moore)
Yang terjadi AS dan belahan dunia lainnya, cepat atau lambat bakal menerpa kita-kita juga. Itu yang perlu anda sadari.
Saran saya: gunakan waktu secara bijak, utamanya bersama orang-orang yang anda kasihi. Yakinlah bahwa moment tersebut nggak akan berulang.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Maaf bang, apa maksud 2 kalimat terakhir dari tulisan di atas?. saya kurang paham…
Ke depan, situasi akan makin sulit. Masa2 indah blm tentu bisa anda nikmati bersama keluarga spt saat ini, hari2 ke depan nanti.