Omicron si VoC
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, bahas dong tentang Omicron,” pinta seorang netizen saat weekend kemarin.
Ya sudah lah, karena ditanya saya coba kasih jawaban.
Omicron merupakan varian baru dari si Kopit yang ‘katanya’ 3 kali lebih menular dari varian Delta. Dengan informasi kek beginian, siapa juga kaum middle class yang hobi telen berita bulet-bulet, yang nggak dibuat paranoid.
Perlu anda ketahui, bahwa varian baru ini ditemukan pertama kali di Botswana pada 11 November silam, sebelum akhirnya menyebar ke seantero Afrika Selatan. (https://www.theatlantic.com/science/archive/2021/11/omicron-coronavirus-variant-what-we-know/620827/)
Berita tentang Omicron langsung diamplifikasi media mainstream sekolong jagat, dan mendorong anjloknya pasar uang dan juga berimbas pada larangan penerbangan pada negara-negara yang ada di Afrika Selatan. (https://www.reuters.com/world/us/us-issues-do-not-travel-advisory-eight-african-countries-2021-11-27/)
Memangnya Omicron asalnya darimana?
Menurut pernyataan resmi yang dirilis oleh pemerintah Botswana, mutasi baru tersebut pertama kali ditemukan pada empat orang WN asing yang telah menerima 2 kali suntikan vaksin Kopit.
“Keempatnya telah menerima vaksinasi lengkap (2 kali enjus) dan masuk ke Botswana pada 7 November silam dalam misi diplomatik,” demikian kurleb pernyataan yang dirilis. (https://africatimes.com/2021/11/28/botswana-says-covid-variant-found-in-visiting-diplomats-but-from-where/)
Jadi kuartet tersebut dinyatakan positif Kopit pada 11 November saat mereka bersiap untuk kembali ke negaranya.
Lucunya lagi, orang-orang yang memiliki kontak dekat dengan keempat orang yang terinfeksi tersebut, tidak memiliki gejala Kopit dan dites negatif. Ajaib, bukan?
Katanya varian ini 3 kali lebih menular ketimbang Delta, tapi nyatanya nggak ada ketularan si Omicron. Nah terus, logikanya dimana kalo Omicron 3 kali lebih menular?
Namun cerita tentang Omicron nggak berhenti sampai disini, karena PM Belgia menyatakan bahwa Omicron sangat berpotensi menghancurkan, sehingga layak disebut sebagai Covid-21. (https://www.rt.com/news/541454-belgium-covid19-virus-variants/)
Dengan bumbu kanan kiri, makin melambunglah narasi tentang si Omicron yang dijuluki WHO sebagai Varian of Concern (VoC) dengan gelar lengkap B.1.1529 tersebut. (https://www.who.int/news/item/26-11-2021-classification-of-omicron-(b.1.1.529)-sars-cov-2-variant-of-concern)
Kalo anda baca media mainstream, hanya informasi ini yang anda dapatkan. Nggak kurang nggak lebih.
Saya kasih tahu informasi lainnya, agar anda paham duduk masalah yang sesungguhnya.
Pertama saya mau ajukan pertanyaan mendasar: darimana asalnya keempat diplomat yang melancong ke Botswana?
Nggak satupun pejabat resmi negara tersebut yang mampu menjawabnya.
Pada konpers yang dilakukan Minggu malam lalu (28/11), pihak berwenang Botswana bungkam seribu bahasa menanggapi asal keempat diplomat tersebut. “Masih belum teridentifikasi,” ungkapnya. (https://africatimes.com/2021/11/28/botswana-says-covid-variant-found-in-visiting-diplomats-but-from-where/)
Ini cukup aneh. Masa iya keempat orang yang diidentifikasi memiliki Omicron, tapi nggak tahu mereka asalnya darimana?
Lha wong ke dokter aja untuk periksa kesehatan, kita disuruh isi informasi penting semisal domisili, masa yang begini penting pemerintah Botswana nggak berhasil mendapatkan informasinya?
Ini penting untuk dilacak, supaya jangan ada spekulasi kalo Omicron hanya narasi fiktif. Masa iya datangnya darimana nggak bisa diketahui?
Berikutnya, informasi yang saya mau sampaikan adalah bahwa simulasi gelombang ketiga Kopit telah jauh-jauh hari dilakukan, tepatnya di April 2021 silam.
Adalah ketiga lembaga yang telah melakukan pemodelan tentang kemungkinan skenario gelombang ketiga si Kopit, dipicu munculnya varian baru. Mereka adalah Imperial Colege, London School of Hygiene & Tropical Medicine dan University of Warmick.
Pada tataran teknis, merekalah yang kasih masukan ke Scientific Pandemic Influenza Group on Modeling (Spi-M) yang bertugas memberikan saran ke pemerintah Inggris atas kemungkinan gelombang ketiga si Kopit. (https://www.lbc.co.uk/news/third-wave-daily-covid-deaths-model-imperial/)
Dari Inggris, lembaga pemodelan yang sama yang kemudian kasih masukan ke WHO guna memperkenalkan varian baru si Kopit. (https://www.imperial.ac.uk/news/232217/qa-imperial-experts-discuss-variant-b11529/)
Selalu sama modus operandinya. Dan anda kembali dibuat takut sejadi-jadinya.
Kalo anda rajin baca ulasan saya terutama tentang varian Delta, bukankah modus pemodelan kek gini yang juga digunakan? (baca disini dan disini)
Pertanyaan selanjutnya: apakah kita harus takut pada narasi Omicron?
Pernyataan yang dilontarkan kepala medis Afrika Selatan Dr. Angelique Coetzee mungkin layak dijadikan rujukan. Dia mengatakan, “Kepanikan yang ditimbulkan akibat Omicron ibarat badai dalam secangkir teh, mengingat gejala yang ditimbulkan sangatlah ringan.” (https://www.thesun.co.uk/news/16864427/second-christmas-lockdown-fears-strain/)
Sudah paham duduk perkaranya, Romeo?
Kalo belum, silakan tenggak racun-nya sekali lagi.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments