Tiongkok Buat Gebrakan
Oleh: Ndaru Anugerah
Bukan Tiongkok kalo nggak buat kebijakan yang sensasional. Pada Agustus lalu, negara Tirai Bambu tersebut mulai melakukan bukaan yang cukup sensasional dengan cara menggelar festival bir dan juga pesta biliar tanpa protokol Kopit yang ketat di Wuhan. (https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-china-pool-idUSKCN25G02X)
Ini jelas nyeleneh. Kenapa?
Karena sebagian besar sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia tengah dibuat pusing tujuh keliling dengan si Kopit, eh Wuhan yang merupakan titik awal pandemi malah menggelar party ajeb-ajeb. Buat iri banget gak sih?
Dalam party tersebut, orang-orang bisa dikatakan ‘membuang’ semua aturan protokol WHO yang super ruwet seperti social distancing dan pakai masker.
“Orang-orang dengan asyiknya nongkrong di bar sambil meminum bir tanpa masker,” ungkap wartawan yang ikutan hang-out di sana. (https://www.hindustantimes.com/travel/china-thousands-of-maskless-revellers-gather-for-beer-festival-pool-party-raves-in-wuhan-the-epicentre-of-the-coronavirus-pandemic/story-09QjYpqIfqyEcQ75gJvghP.html)
Kenapa pemerintahan China berani melakukan bukaan kembali?
Penguasa di Beijing menyatakan bahwa penduduk China bisa bebas tidak lagi menggunakan masker karena kasus si Kopit di sana telah mencapai titik terendah dari yang sebelumnya. (https://www.reuters.com/news/picture/beijing-says-residents-can-go-mask-free-idUSKBN25H0H8)
Berbekal data tersebut, maka pemerintahan pusat memberi dukungan penuh terhadap langkah pembukaan kembali pada sektor ekononomi, termasuk tempat hiburan yang langsung diserbu banyak pengunjung.
“Pembukaan kembali merupakan cermin keberhasilan kami dalam mengendalikan virus si Kopit,” begitu kurleb ungkap pejabat di Partai Komunis China. (https://www.globaltimes.cn/content/1198262.shtml)
Dan siapa yang kebakaran jenggot dengan langkah pembukaan kembali yang dilakukan China? Tepat sekali, elite global. Kalo nggak percaya, lihatlah isi liputan media mainstream yang mayoritas mengecam langkah yang diambil China tersebut.
“Wah, nggak takut kena klaster baru, apa?” atau “Banyaknya orang berjejal, apa nggak rawan penularan si Kopit?” kurleb begitu ungkapan sinis-nya.
Pertanyaan sederhana, benarkah China telah lepas dari si Kopit seutuhnya?
Bagaimana mungkin lepas dari si Kopit yang memiliki karakteristik mirip penyakit flu? Jadi kalo lepas dari si Kopit, sama saja kita bilang telah lepas dari flu. Nggak akan mungkin. (https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMe2002387)
Lantas apa alasan sesungguhnya pemerintah China melakukan bukaan kembali?
Ada 2 point penting.
Pertama karena China dalam waktu dekat akan memasuki musim gugur. Musim dimana temperatur permukaan bumi menurun. Disaat inilah, lumrah jika penyakit influenza akan meningkat. Dan mereka cukup tahu bahwa si Kopit nggak lebih sebagai penyakit flu biasa yang sulit dibedakan satu dengan lainnya.
Satu yang pasti, tingkat kematian akibat si Kopit yang cukup rendah yaitu 0,02-0,4%. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.05.13.20101253v3)
Lantas, ngapain juga dibuat pusing?
Target dari bukaan kembali adalah mengajak negara lain untuk mengikuti langkah mereka dalam menggembosi proyek vaksinasi massal yang diusung oleh elite global lewat tangan WHO. Caranya ya dengan melakukan bukaan kembali. (https://www.who.int/initiatives/act-accelerator/covax)
Kedua, karena mereka punya target yang harus dikejar yaitu mega proyek berjudul Belt & Road Initiative. Gimana proyek tersebut bisa terlaksana kalo China sendiri belum melakukan pembukaan sektor ekonominya?
Akankah ini berhasil? We’ll see…..
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments