Tatanan Dunia Baru Tanpa Sang Ndoro?


529

Tatanan Dunia Baru Tanpa Sang Ndoro?

Oleh: Ndaru Anugerah

Ada event yang menarik yang digelar di St. Petersburg baru-baru ini, ditengah panasnya konflik Rusia yang dipaksakan pada Ukraina.

Event apa itu?

SPIEF alias St. Petersburg International Economic Forum ke-25 yang berlangsung mulai 15 Juni silam. Secara umum, SPIEF adalah gelaran yang digelar Rusia untuk menarik investor asing untuk berinvestasi ke negara tersebut. (https://www.msn.com/en-xl/news/other/25th-st-petersburg-international-economic-forum-kicks-off/ar-AAYvlg9)

Ngapain Rusia repot-repot cari investor?

Tentu saja untuk mengembangkan negaranya. Wajar, karena negara Beruang Merah ini punya segudang SDA yang mumpuni selain memiliki prospek perkembangan ekonomi yang ‘menjanjikan’. Siapa juga investor yang nggak tertarik dengan ‘cuan’ yang didapat dari hasil investasi?

Momen ini cukup penting mengingat investor asing yang ada di Rusia selama ini, mayoritas adalah investor Barat. Namun seiring adalah opmilsus di Ukraina, investor Barat ‘konon’ banyak yang akan angkat kaki. Karenanya, Rusia perlu mereposisi diri untuk menggaet investor lain. (https://www.cnn.com/2022/03/01/investing/russia-economy-capital-controls/index.html)

Dan investor yang akan dilirik adalah pemodal asal dunia Timur dan Selatan, yang selama ini belum digarap secara optimal. Yah, kalopun ada investor Barat yang juga ikutan SPIEF, jumlahnya nggak terlalu signifikan. (https://jis.gov.jm/minister-paulwell-russia-economic-forum/)

Makanya kerjasama ekonomi yang coba digalang Rusia, nggak hanya sebatas dengan China dan Iran, namun juga dengan negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika. (https://www.brookings.edu/blog/africa-in-focus/2022/02/02/the-future-of-russia-africa-relations/)

Sekarang kita mau tahu, apa ‘agenda’ yang diusung Rusia pada forum SPIEF?

Berbicara pada pertemuan dengan pengusaha muda di Rusia, Putin menekankan perlunya perubahan ke arah multipolar dalam ekonomi, dengan cara membangun hubungan dengan China, India, Amerika Latin, serta negara-negara di Asia dan Afrika.

“Dunia ini besar dan beragam. Jadi kita harus membangun hubungan tidak saja dengan China dan India, tetapi juga dengan negara-negara di Amerika Latin, Afrika dan juga Asia Tenggara,” begitu kurleb-nya. (https://www.devdiscourse.com/article/law-order/2068491-russia-can-cooperate-not-only-with-india-china-but-also-with-others-impossible-to-fence-off-country-like-ours-putin)

Ini perlu dipikirkan karena akibat sanksi yang diberlakukan AS dan sekutunya pada Rusia gegara memicu konflik dengan Ukraina, gelombang inflasi global menjadi tak terkendali, selain terganggunya rantai pasokan yang mengakibatkan melonjaknya harga-harga dan krisis pangan.

Nah, dibalik krisis yang ada, Rusia melihat ada ‘peluang’ untuk mengganti sistem yang selama ini dipakai secara global, agar kelak krisis yang sama nggak akan terulang kembali di masa depan.

Singkatnya yang hendak dituju adalah pembentukkan tatanan dunia baru yang multipolar, lepas dari hegemoni Barat yang selama ini dipimpin oleh AS dan sekutunya.

Tentang tatanan dunia baru yang multipolar, pada lain tulisan saya akan mengulasnya secara lengkap.

Pertanyaan selanjutnya: mungkinkah mewujudkan tatanan dunia baru, tapi tetap menggunakan dollar dalam setiap transaksinya?

Justru kalo mau membuat sistem yang baru, mata uang dollar sebagai salah satu penyangga tatanan dunia status quo, harus dieliminasi terlebih dahulu.

Nggak aneh jika de-dolarisasi dalam perdagangan dunia, menjadi tema menarik untuk dibicarakan pada forum SPIEF.

Lantas apa solusinya kalo dollar ditinggalkan sebagai alat transaksi pembayaran?

Tentu saja penggunaan uang digital. Transisi ini dianggap penting sebagai solusi dalam melakukan pembayaran lintas negara.

Menjelang digelarnya SPIEF, kepala VTB Andrey Kostin mengatakan niatnya untuk meninggalkan dollar.

“Globalisasi telah berakhir. Ini artinya kita perlu meninggalkan dollar dan juga euro dengan menggunakan ‘infrastruktur pembayaran’ sebagai instumen investasi,” begitu ungkap Kostin. (https://www.tellerreport.com/news/2022-06-14-the-head-of-vtb-kostin-announced-the-end-of-globalization-in-its-previous-form.SkxfA98Bt5.html)

Apa yang dimaksud sebagai ‘infrastruktur pembayaran’ yang akan berlaku secara global?

Jawabannya adalah uang digital.

Jika kita bicara soal uang digital, siapa yang paling berkepentingan terhadap proyek ini? Bukankah sang Ndoro besar? (baca disini dan disini)

Lantas, apakah hanya kebetulan jika Rusia punya keinginan menggunakan uang digital sebagai alat transaksi pembayaran yang selaras dengan rencana sang Ndoro besar?

Masih ingat diktum dalam geopolitik: “Nggak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Karena jika itu terjadi, yakinlah bahwa itupun sebenarnya sudah direncanakan.”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!