Tahun Tanpa Musim Panas


516

Tahun Tanpa Musim Panas

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada negara 4 musim, ada yang namanya summer alias musim panas, dimana sebelumnya adalah musim semi dan sesudahnya adalah musim gugur. Begitu siklusnya dalam setahun.

Namun apa jadinya jika dalam setahun tersebut tidak ada yang namanya musim panas sama sekali?

Memangnya pernah terjadi?

Tentu saja pernah. Itu terjadi di tahun 1816, dimana orang Eropa dan Amerika Utara akan selalu ingat akan peristiwa itu.

Dalam satu tahun itu, cuaca sangat suram, dimana badai salju dan hujan deras, turun hampir sepanjang tahun, bahkan pada musim panas sekalipun. Walhasil, nggak ada musim panas pada tahun itu. (https://scied.ucar.edu/learning-zone/how-climate-works/mount-tambora-and-year-without-summer)

Situasi ini menginspirasi beberapa penulis untuk mengabadikan momen tersebut.

Anda tahu Mary Shelley sebagai penulis Frankenstein yang merupakan novel horor berlatar lingkungan dengan cuaca salju? Dirinya terinspirasi dengan situasi yang terjadi di Eropa saat itu, dimana dia terjebak situasi cuaca buruk saat sedang berlibur di Danau Jenewa. (https://medium.com/thewildones/the-year-without-a-summer-the-climatic-origin-of-mary-shelley-s-frankenstein-72a3e60ceefd)

Atau anda kenal dengan Lord Byron selaku penulis puisi Darkness yang terkenal itu? Sama halnya dengan Mary Shelley, dirinya juga terinspirasi dengan situasi cuaca ektrim yang ada di Eropa saat itu.

“Saya bermimpi, yang tidak semuanya mimpi. Matahari yang cerah telah padam,” demikian ungkapnya. (https://www.theguardian.com/music/2016/jun/16/1816-year-without-summer-dark-masterpieces-beethoven-schubert-shelley)

Atau mungkin anda kenal dengan karya masyhur dari seorang Thomas Jefferson yang berjudul The Year without a Summer yang ditulis pada tahun 1816, juga tentang cuaca ektrim yang terjadi saat itu? (https://glenallenweather.com/alink/01articles/summer-1816.pdf)

Jadi, situasi dimana pernah ada masa nggak turun musim panas sama sekali dalam setahun, bukan kisah isapan jempol. Ada banyak catatan sejarahnya alias itu memang pernah terjadi. Kalo anda kliam itu hoax, baiknya anda bergabung dengan pasukan ondel-ondel Monas saja.

Lantas apa penyebabnya? Kok bisa cuaca ekstrim seperti terjadi?

Jawabannya ada pada Gunung Tambora yang ada di Indonesia. Pada 5 April 1815, gunung tersebut meletus, dan itu terjadi selama 4 bulan. Sejarah mencatat itu sebagai letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Banyak korban jiwa akibat letusan dahsyatnya.

Saking kuatnya letusan, Gunung Tambora mengeluarkan begitu banyak abu vulkanik dan aerosol ke atmosfer, sehingga langit menjadi gelap dan matahari menjadi terhalang sinarnya akibat partikel yang dimuntahkan ke udara.

Bahkan partikel kecil yang juga dimuntahkan oleh gunung tersebut, berhasil masuk ke lapisan stratosfer, sehingga partikel tersebut dapat menyebar ke seluruh dunia dengan lebih mudah. Akibatnya, cahaya matahari menjadi terhalang.

Dengan kondisi tanpa matahari, apa yang terjadi kemudian? Tepat sekali. Gagal panen-pun terjadi secara masif, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Tanaman menjadi mati akibat embun beku ditambah nggak dapat paparan sinar matahari.

Dan akibat gagal panen, kelaparan sudah menanti akibat pasokan pangan sangat langka. Selanjutnya, karena kelaparan, maka wabah penyakit sudah menanti di ujung jalan. (https://www.smithsonianmag.com/history/blast-from-the-past-65102374/)

Apakah letusan gunung tersebut nggak akan berulang? Bukankah segala sesuatu yang terjadi di bumi, ada siklusnya?

Kalo memang akan berulang, faktor apa sesungguhnya yang memicu ledakan dahsyat dari gunung purba yang ada di Indonesia pada 1816?

Banyak teori bertebaran yang dikemukakan para ilmuwan. Salah satu yang paling kondang adalah teori yang mengatakan bahwa ada korelasi antara aktivitas matahari dan aktivitas vulkanik yang ada di bumi. Jadi, jumlah bintik matahari akan memicu aktivitas vulkanik secara linier.

Teori ini dikenal dengan Dalton Minimum. Secara singkat, selama masa aktivitas matahari rendah, ini akan mampu memicu peningkatan aktivitas gunung berapi yang ada di bumi. (https://peratonweather.com/blog/2020/1/16/715-am-the-solar-minimum-and-an-increase-in-volcanic-activity)

Dan bila ini terjadi, maka suhu permukaan bumi akan turun secara drastis selama fase tersebut, dipicu oleh pengurangan sekitar 70% aktivitas magnet matahari.

Secara gamblang, Prof. Valentina Zarkhova selaku ilmuwan Universitas Northumbria, Inggris menyatakan dalam jurnalnya (Agustus, 2020) bahwa aktivitas ini dapat memicu pendinginan suhu di bumi. (https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23328940.2020.1796243)

Asal tahu saja, Prof. Zarkhova bukanlah ilmuwan NASA. Jadi kalo anda berpikir konspiratif alias main tuding tanpa ada bukti, baiknya anda ke laut saja.

Apakah teori pendingingan bumi karena aktivitas matahari baru pertama kali dilontarkan Prof. Zarkhova?

Tidak juga.

Pada tahun 2013 silam, ada seorang profesor fisika lingkungan luar angkasa dari Reading University, Inggris yang bernama Mike Lockwood juga punya pendapat senada. “Akan ada fase pendinginan permukaan bumi yang diakibatkan aktivitas matahari,” demikian ungkap Prof. Lockwood. (https://www.newscientist.com/article/dn24512-solar-activity-heads-for-lowest-low-in-four-centuries/)

Dari dua ilmuwan iklim tersebut saja bisa diambil kesimpulan, bahwa ada faktor matahari yang menyebabkan perubahan iklim di bumi.

Dan ini sangat bertentangan dengan para ilmuwan iklim yang berasosiasi dengan kartel sang Ndoro besar, dimana mereka punya justru pandangan bahwa manusialah penyebab pemanasan global lewat penggunaan bahan bakar fosil.

Jadi mereka malah menertawakan teori pendinginan bumi akibat aktivitas matahari, yang diusung oleh Prof. Zharkova maupun Prof. Lockwood. “Ada atau nggak efek pendinginan dari matahari, tetap saja pemanasan global akan terus ada,” demikian kurleb-nya. (https://www.downtoearth.org.in/news/science-technology/cold-comfort-the-sun-is-cooling-doesn-t-mean-there-ll-be-no-global-warming-73488)

Sampai sini semoga anda paham duduk masalahnya.

“Bukankah NASA juga mendukung teori pendinginan global, bang? Artinya teori pendinginan global bisa jadi milik kartel Ndoro besar juga mengingat NASA juga berada pada pihak yang sama?” celetuk seseorang.

Masa saat Prof. Eran Elhaik dari John Hopkins University bilang bahwa bangsa Israel saat ini bukanlah bangsa pilihan Allah mengingat mereka adalah bangsa Khazaria dan bukan Yahudi, terus kita harus tampik gegara dia berasal dari kampus Ndoro besar? (baca disini)

Atau kita langsung buat konsep determinasi layaknya kaum komunis, bahwa semua yang bukan kita, sudah pasti lawan dan lawan harus dimusnahkan?

Dalam geopolitik yang sifatnya dinamis, mana bisa kita pakai aturan ‘main congklak’ layaknya anak kecil?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!