Sowan Politik


506

Dalam budaya timur, ada istilah sowan. Sowan atau berkunjung ke temapat seseorang, bukan kunjungan biasa. Ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan disana. Minimal untuk mempererat tali silatuhrahmi. Minimal lho…

Apa yang media ulas belakangan ini, adalah aktivitas capres dari Gerindra, Prabowo Subianto bersama Amien Rais dan juga petinggi PA 212 untuk pergi bersama ke Saudi. Apa tujuannya? “Umroh, nggak lebih,” begitu jawaban singkat.

Seperti saya ulas sebelumnya, ini adalah tahun politik. Terlalu naïf kalo aktivitas politisi di tahun ini hanya sebatas kegiatan an sich, tanpa ada embel-embelnya. Termasuk kunjungan ke Saudi.

Ngapain jauh-jauh ke Saudi? Ya, sowan ke Bibieb. Ngapain sowan ke seorang habieb yang buronan dan menjadi tersangka kasus chat mesum? Jawabannya cuma satu: Bibieb masih punya posisi tawar.

Seperti kita ketahui bersama, untuk melaju ke perhelatan pilpres, butuh banyak persiapan. Setidaknya, perlu modal yang cukup dan jaringan pemilih (voters). Kalo ini belum dimiliki, jangan harap bisa langsam jalannya.

Menjawab permasalahan itu, untuk modal mungkin bisa diakalin, karena bakal banyak “penyandang dana” yang rela berinvestasi. Tapi soal jaringan, apa Gerindra punya massa fanatik di akar rumput? Terlepas suka apa tidak, seorang Bibieb punya karisma yang sangat mumpuni dalam hal ini.

Dan inilah yang akan dikejar Om wowo dari seorang Bibieb. Ibaratnya: kemana Bibieb berlari, kesana pasti aku ku kejar…yah demi sokongan buat dirinya kelak dari kalangan kamfret.

Hal lain yang diantisipasi Om wowo adalah strategi Pepo untuk membentuk poros ketiga. Seperti kita mahfum bersama, belakangan dinasti Cikeas mulai otak-atik togel guna membentuk poros baru. Dari segi modal mereka cukup kuat, namun masalahnya masih terganjal di jaringan dan sokongan.

Hitungannya adalah: PD dengan suara 10,19% dan PAN dengan suara 7,59%. Butuh satu partai lagi untuk melengkapi 20% batas electoral threshold. Yang paling mungkin didekati ya partai yang oportunis. Dan itu kalo tidak PKS ya PKB.

Permasalahan ini, sudah Om wowo endus jauh-jauh hari. Untuk mengantisipasi gerakan senyap ini, maka dipacu lah kuda ke Saudi. “Masa gue bisa kalah sama anak kemarin sore yang pernah gue permak, sih?” begitu kira-kira yang ada dibenak Om wowo menyikapi aksi Pepo.

Apakah langkah kuda om wowo dapat membuahkan hasil? Kita lihat saja nanti.

Toh bagi saya, kekuatan panasbung 212 udah tidak seperti dulu lagi. Kalo dulu, mereka menemukan momen emasnya, layak disandingkan dengan Madonna di era 90an. Tapi sekarang kan, Madonna udah sepi peminat. Jangankan diobral, di kasih gratis aja ogah. “Udah peot. Mending Mia Khalifah, bray…”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!