Serangan Elite Global
Oleh: Ndaru Anugerah
Great Barrington Declaration ternyata sukses membuat elite global meradang. Tahu darimana?
Baru-baru ini, salah satu media mainstream The Guardian kirim email ke Prof. Martin Kulldorf yang ada di Universitas Harvard.
Prof. Kulldorff adalah salah satu deklarator petisi online tersebut yang menyerukan pendekatan terfokus pada penanganan pandemi si Kopit, dan bukannya lockdown.
(https://unherd.com/2020/10/covid-experts-there-is-another-way/)
Memang apa isi emailnya?
Email tersebut mempertanyakan bagaimana mungkin seorang intelektual sekelas Prof. Kulldorff kok bisa datang ke acara Richie Allen Show yang ‘katanya’ isinya banyak mengulas seputar teori konspirasi.
Jelas aja tudingan The Guardian buat sang profesor garuk-garuk kepala mengingat dirinya diundang sebagai narasumber pada acara tersebut dalam kapasitasnya sebagaai pakar kesehatan masyarakat. Dan dalam iklim demokrasi, itu sah-sah dilakukan oleh seorang pakar.
Kenapa itu jadi masalah serius buat The Guardian, sehingga meminta sang Profesor harus kasih klarifikasi segala? Apa urusannya coba?
Kalo The Guardian mau nyerang sang profesor, baiknya kritik konten wawancara yang dilakukan. Apakah isinya ada seputar teori konspirasi seperti yang dituduhkan? Itu baru fair. Jangan belum-belum udah main tuding tanpa ada bukti yang valid.
Lalu apa motif sebenarnya dari The Guardian mengirimkan email tersebut ke Prof. Kulldorff kalo nggak ingin menjatuhkan kredibilitasnya?
Ini nggak mengada-ada.
Ilmuwan dunia sekelas Prof. John Ioannidis dari Universitas Stanford juga pernah mengalami nasib serupa. Sang Profesor ‘dibunuh’ habis-habisan dengan hoax yang nggak mendasar.
Seperti kita ketahui bahwa Prof. Ioannidis pernah membuat penelitian di Santa Clara County tentang seroprevalensi si Kopit. Apa isinya?
“Virus C19 kurang mematikan daripada yang dipikirkan orang, sehingga upaya untuk melawannya hanya akan berakibat kegagalan dan dapat menghancurkan ekonomi.” (https://www.realclearscience.com/articles/2020/05/12/john_ioannidis_responds_to_critics_of_his_study_finding_that_the_coronavirus_is_not_as_deadly_as_we_thought_111392.html)
Jelas aja hasil penelitian tersebut buat ketar-ketir elite global, karena yang ngomong bukan pakar kaleng-kaleng. Jadi hasil penelitian tersebut harus dienyahkan.
Demi mendelegitimasi, bahkan sekelelas MIT Tech yang kesohor tersebut sempat digunakan elite global untuk ‘menghantam’ hasil penelitian tersebut. (baca disini)
Apa berhasil? Nggak juga.
Karenanya jurus jahat lainnya kemudian dimainkan.
Caranya dengan mengarang cerita bahwa Prof. Ioannidis dapat dana sumbangan dari maskapai penerbangan JetBlue Airways agar hasil penelitiannya kelak dapat dijadikan acuan bahwa lockdown harus segera diakhiri. (https://www.buzzfeednews.com/article/stephaniemlee/stanford-coronavirus-neeleman-ioannidis-whistleblower)
Memang berapa uang sumbangan yang diberikan? USD 5000.
Pertanyaannya, masuk akal nggak kalo sekelas pakar kelas dunia, kemudian membuat ‘penelitian rekayasa’, hanya karena uang recehan? Dengan kata lain, reputasi internasional yang dimilikinya dipertaruhkan demi mendapatkan uang recehan tersebut?
Benarkah isi surat kaleng yang dialamatkan ke Prof. Ioannidis tersebut?
Prof. Ioannidis justru bingung terhadap tudingan tersebut. Bagaimana dirinya bisa tahu kalo ada sumbangan anonim yang diberikan saat melakukan penelitian lewat Kantor Pengembangan Stanford, ternyata berasal dari David Neeleman selaku pemilik JetBlue Airways?
“Pendanaan yang kami lakukan bebas kepentingan dan menjunjung kemandirian intelektual dan bersifat ilmiah,” ungkap Prof. Ioannidis.
Dan untuk membuktikan isi surat kaleng tersebut, Stanford lalu mengadakan investigasi. Dan hasilnya?
“Stanford tidak menemukan konflik kepentingan sama sekali pada penelitian tersebut.” (https://www.mercurynews.com/2020/05/24/coronavirus-research-stanford-scientists-accused-of-hyping-covid-19-antibody-study/)
Jadi clear ya pokok masalahnya kenapa para ilmuwan yang mencoba mengungkap pandemi abal-abal ini, kemudian diserang dan dijatuhkan namanya dengan cara apapun?
Karena mega proyek vaksinasi global yang bernilai milyaran dollar tersebut, tetap harus terlaksana. Apapun yang terjadi. Titik.
Kalo Prof. Ioannidis yang dikenal luas sebagai Bapak Baptis Reformasi Sains saja sudah coba dijatuhkan, gimana ilmuwan dunia lainnya? (https://www.vox.com/2015/2/16/8034143/john-ioannidis-interview)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments