Rame-Rame Kroyok Ahok


514

Apa yang teringat saat kita mendengar nama seorang Ahok?

Ceplas-ceplos, kalo ngomong makjleb, kerjanya marah-marah dan paling gampang terucap pecat pada bawahannya saat dirinya masih menjadi gubernur DKI Jakarta. Mungkin karena kultur, warga DKI nggak siap dengan pembawaannya yang serba bledag-bledug kalo bersikap.

Namun dibalik kerja kerasnya, terutama dalam menjaga uang rakyat di DKI, inilah yang kemudian memicu pihak-pihak yang selama ini lancar jaya dalam menggarong uang anggaran, menjadi mati gaya. Saking gilanya sampai rencana APBD DKI dicorat-coret dengan catatan khas: Pemahaman Nenek Lo!

Itulah Ahok.

Peristiwa video editan ala Buni Yani yang terjadi di Pulau Seribu-lah yang kemudian menghantarkan seorang Ahok harus masuk ke jeruji besi, dengan dalih penistaan agama. Kasus ini juga bukan berarti Ahok lepas komunikasi dengan Jokowi.

Kalo bicara fair, Ahok adalah tumbal politik yang dipakai untuk menghantam kepemimpinan Jokowi saat itu lewat demo berjilid-jilid. Namun sayang beribu sayang. Niatan untuk mendongkel posisi sang tukang kayu dari istana negara berakhir anti klimaks.

Spekulasi akan intervensi Jokowi pada kasus Ahok tidak terbukti. Ahok tetap masuk bui, namun bui khusus di Mako Brimob, bukan di Cipinang.

Apa ini tanpa ada intervensi seorang Jokowi? Kini kita bisa sama-sama menjawabnya. Ada rasa peduli sekaligus terima kasih seorang pakde pada kawannya itu.

Bayangkan kalo situasinya Ahok mengajukan PK pada putusan hakim saat itu? Tentu bola salju gerombolan kampret nggak akan berhenti apalagi bisa dipretelin. Yang ada malah tambah membesar. Dan Ahok tahu itu. Pengorbanan harus dibuat. Case closed.

Kini setelah menjalani masa penghukuman, nama Ahok tetap menjadi buah bibir. Bahkan saat dirinya menikah kembali dengan seorang gadis belia yang lebih cocok dijadikan sebagai anaknya, toh para pendukung setianya tetap eksis. Ada Ahok pasti ada Ahokers. Dan jumlahnya jutaan.

Sadar potensi dirinya yang akan terus menjadi bulan-bulanan kelompok kampret yang saat ini telah bertransformasi menjadi kadal gurun, Ahok-pun bergabung dengan PDIP. Berapa kuatnya sih seorang Ahok jika harus berjuang sendirian tanpa ditopang oleh mesin partai?

Dan PDIP pun membuka tangan lebar-lebar pada seorang Ahok. Harapannya, Suara Ahokers yang jumlahnya jutaan kelak akan bisa diparkir ke partai berlambang banteng tersebut, dengan hadirnya Ahok disitu. Disisi yang lain, sebagai kader PDIP, posisi apa yang akan didapuk oleh seorang Ahok kelak?

Posisi menteri? Telah kandas oleh Undang-Undang.

Posisi Dewan Pengawas KPK? Juga tenggelam karena amanat Undang-Undang.

Padahal kalo dipikir, seorang mantan Napi saja bisa menjadi Wakil DPRD, kenapa hak politik yang sama tidak bisa dimiliki oleh seorang Ahok? Apalagi kasusnya jelas rekayasa, bukan maling anggaran alias penggarong uang rakyat.

Namun, seorang Jokowi jelas bukan tipe orang yang suka melabrak UU. Semua harus berjalan sesuai aturan, tak terkecuali seorang Ahok sahabatnya.

Lantas apakah seorang Ahok akan disia-sia? Tentu tidak Rosalinda…

Lewat seorang Erick Thohir, rencananya Ahok akan diberikan posisi penting pada sebuah BUMN. Pertamina namanya. Posisi apa? Entahlah. Yang pasti posisi Dirut atau Komut sangat cocok untuknya. Dan Ahok konon sudah menyanggupinya.

Kok bisa tahu kalo ada intervensi Jokowi pada kasus penunjukkan Ahok?

Lha emang pemilihan boss Pertamina bisa sembarangan? Ada tahapan yang namanya Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai langsung oleh presiden, brayy. Aliasnya, nggak mungkin ujug-ujug nama Ahok nongol tanpa ada restu dari pakde sebelumnya.

Bisa ditebak, siapa yang akan kebakaran jemb** dengan masuknya Ahok sebagai Dirut atau Komut Pertamina?

Tepat sekali! Para kadal gurun and the gank.

Sudah rahasia umum kalo BUMN strategis sekelas Pertamina merupakan sarang para dalrun yang selama ini berfungsi sebagai donatur (baca disini).

Kebayang apa yang terjadi kalo sekiranya Ahok mulai beraksi? “Bisa-bisa mati berjamaah dan ujungnya para laskar bakalan makan angin karena nggak kebagian japrem,” demikian ungkap seorang sumber.

Dan benar saja. Tak lama wacana mulai mengemuka, Ketua Umum PA 212 mulai menunjukkan gelagat kek cacing kepanasan atas rencana ditunjuknya Ahok sebagai boss Pertamina. Ancamnya kepada Jokowi, “Hati-hati pak. Jaga perasaan umat biar kondusif ini negara.” (14/11)

Dengan statement tersebut, mulai tergambar situasi yang bakal terjadi ke depannya. Akan ada aksi-aksi seru dari mulai penolakkan yang bakal digelar hingga aksi konyol lainnya, dengan berdalih utama penunjukkan Ahok telah menyakiti hati umat.

Padahal seyogyanya, periuk nasi kelompok kadal gurunlah yang jadi masalah dengan hadirnya seorang Ahok. Kenapa harus bawa-bawa nama umat? Mengingat saat ini rakyat sudah nggak bego lagi kek dulu.

Pertanyaannya, situ umat apa kumat?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!