Presiden Nyentrik


510

Presiden Nyentrik

Oleh: Ndaru Anugerah

Kalo ditanya siapa presiden nyentrik di dunia, jawaban saya tentu John Magufuli dari Tanzania.

Apa yang membuatnya nyentrik? Kelakuan dan perkataannya yang diluar ‘kenormalan’.

Saat ditanya tentang keengganannya menutup gereja selama pandemi C19, dia justru mengatakan kepada insan pers, “Jutsru disitulah ada penyembuhan yang hakiki. Corona adalah iblis, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam tubuh Yesus.” (https://www.economist.com/middle-east-and-africa/2020/03/26/africa-is-woefully-ill-equipped-to-cope-with-covid-19)

Lha apa kaitannya virus Corona sama Yesus, Bray?

Bahkan saat dirinya terpilih untuk memimpin Tanzania pada Oktober 2015, sontak dirinya punya julukan baru yang diberikan rakyat Tanzania sebagai seorang Bulldozer.

Ini diberikan kepadanya saat Magufuli berhasil memecat sejumlah pejabat tinggi negara dalam perang anti-korupsi di negaranya, lewat sidak ke berbagai lembaga publik. Jadi nggak perlu persidangan, langsung pecat. (https://qz.com/africa/1850839/tanzania-president-magufuli-blames-covid-19-rise-on-faulty-tests-goats/)

Nah belum lama dia buat aksi nyentrik lainnya.

Ceritanya, Tanzania mengimpor sejumlah alat uji (test kit) untuk C19, tanpa merinci dari mana asal negara tempat tes kit tersebut didatangkan.

Mungkin karena basis pendidikannya doktor di bidang kimia, Magufuli nggak mudah percaya terhadap alat uji impor tersebut. Aliasnya alatnya harus dites terlebih dahulu.

Ketimbang langsung memakainya pada manusia, Magufuli justru mengambil sampel non-manusia, seperti hewan dan buah-buahan. “Ini termasuk domba, kambing, dan pawpaw,” ungkapnya.

Semua sampel tersebut kemudian sengaja diberi nama manusia, lengkap dengan umurnya. Misalnya: Tukiyem, umur 25 tahun, tanpa merinci lebih detil. Magufuli hanya mengatakan sampelnya diambil secara acak. Gitu aja.

Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium dan diuji dengan menggunakan perangkat impor tadi. (https://swarajyamag.com/insta/tanzanian-president-questions-chinese-covid-19-testing-kits-after-samples-from-goat-and-sheep-test-positive)

Setelah diuji menggunakan tes kit impor tersebut, hasilnya sungguh ajaib.

Sampel dari pawpaw dan kambing dinyatakan positif C19. Watdepak…

Magufuli langsung mencak-mencak dan menghentikan rencana uji lebih lanjut. “Alat uji tes-nya nggak kredibel alias abal-abal,” begitu kurlebnya.

Ini jelas nggak mengada-ada. Bayangkan kalo pada sampel bukan manusia saja dinyatakan positif C19 (alias ngaco), apa ada jaminan kalo sampel pada manusia akan mendapatkan hasil yang akurat?

Aliasnya, ada kemungkinan bahwa beberapa orang yang diuji positif C19, nyatanya mereka tidak terinfeksi oleh virus Corona. Karena apa? Alat pengujinya ngawur.

“Ada sesuatu yang terjadi. Saya katakan sebelumnya bahwa kita seharusnya tidak menerima setiap bantuan kesehatan yang diberikan bagi bangsa ini,” demikian ungkap Magufuli seraya memerintahkan petugas keamanan untuk menyelidiki terhadap kualitas kit tersebut. (https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-tanzania-idUSKBN22F0KF?fbclid=IwAR1Zm0XHIVevwpvr29Nkw7Uk0uVY-TwtsL13Q7ar1sp21txKHURTAXHpNmE)

Lantas apa yang akan dilakukan Magufuli untuk mengatasi C19 di Tanzania?

Magufuli malah memilih penanganan dengan memakai cara homeopathy alias pakai obat-obatan tradisional. Magufuli mengatakan bahwa ia telah mengirim pesawat ke Madagaskar untuk mengambil obat yang telah dipromosikan presiden Madagaskar.

Padahal campuran herbal tersebut belum menjalani uji klinis yang diakui secara internasional.

“Madagaskar telah menemukan obatnya. Dan saya berencana memintanya agar seluruh rakyat Tanzania juga memperoleh manfaat,” ujar Magufuli dengan penuh keyakinan.

Biarlah itu urusan dalam negeri Tanzania.

Satu hal yang dapat kita pelajari dari Magufuli, bahwa kita jangan polos-polos amat jadi orang.

Bayangkan kalo dia menuruti anjuran WHO untuk melakukan pengujian menggunakan perangkat uji yang sesuai standar, apa nggak makin banyak jumlah orang positif C19 di Tanzania?

Lha kambing aja dites positif, gimana orang yang hanya sakit bisulan?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!