Pilpres Turkiyem
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, bagaimana nasib Sultan Erdogan setelah gempa menghantam negaranya?” tanya seorang netizen. Pertanyaan ini mungkin dilayangkan karena sangat erat kaitannya dengan peluang Erdogan maju kemnali sebagai sebagai presiden Turkiyem pada Mei mendatang, atau justru sebaliknya.
Saya coba jawab, tentunya dengan konstelasi geopolitik yang ada. Data sudah pasti yang menjadi rujukannya, agar anda dapat pencerahaan setelah membaca ulasan saya.
Kita mulai yaa..
Seperti kita ketahui bahwa Turki dilanda banyak masalah. Salah satu yang paling menohok adalah gempa yang terjadi di awal Februari lalu. Tercatat lebih dari 20 ribu orang tewas dan sekitar 80 ribu luka-luka karenanya. (https://www.cnbc.com/2023/02/09/plight-of-homeless-deepens-as-turkey-syria-earthquake-death-toll-rises.html)
Menurut estimasi, dana pemulihan yang dibutuhkan Turki pasca gempa, mencapai sekitar USD 84 milyar. Dana yang sangat-sangat besar. (https://www.reuters.com/world/middle-east/earthquake-could-cost-turkey-up-84-bln-business-group-2023-02-13/)
Kenapa?
Karena ekonomi Turkiyem saat ini sudah blang-bontang, Inflasi yang telah mencapai angka lebih dari 57%, defisit neraca berjalan dan anjloiknya nilai Lira, berkontribusi maksimal terhadap letoy-nya perekonomian Turki saat ini. (https://news.am/eng/news/742803.html)
Dengan kondisi seperti saat ini, bisa dipastikan proyeksi PDB Turki yang diharapkan dapat mengalami perbaikan di tahun ini, jelas sebuah halusinasi yang sangat sulit untuk diraih.
“Bang, bukankah Turki bagian dari NATO, sehingga bisa mendapatkan pinjaman dari negara-negara Barat dan lembaga keuangan Bretton Woods?”
Itu memang benar. Tapi, hubungan Turki dan negara-negara sekutunya di Barat, sedang nggak harmonis. Ada beberapa penyebabnya.
Salah satunya adalah karena sikap Erdogan yang dinilai lebih pro ke Rusia ketimbang ke Ukraina dalam konflik yang ‘dipaksakan’ antar kedua negara. “Hubungan Rusia dan Turki adalah simbiosis mutualisme,” demikian kurleb-nya. (https://www.economist.com/europe/2022/10/12/why-vladimir-putin-and-recep-tayyip-erdogan-need-each-other)
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Akkuyu, yang rencananya beroperasi di Turki pada Mei mendatang, mungkin salah satu contohnya. (https://www.aa.com.tr/en/energy/nuclear/turkey-to-complete-1st-unit-of-nuclear-power-plant-by-may-2023/33634)
Asal tahu saja bahwa proyek patungan kedua negara tersebut ada untuk menopang kebutuhan listrik nasional Turkiyem, meskipun secara kalkulasi nggak begitu mendatangkan cuan bagi Rusia. Rugi di satu sisi, tentu ada ‘keuntungan’ di sisi yang lain buat Rusia, bukan? (https://www.al-monitor.com/originals/2022/11/turkeys-russian-built-nuclear-plant-could-amplify-moscows-regional-influence)
Mungkin karena ‘kemesraan’ ini, maka negara-negara Barat meradang.
Lalu muncullah skenario bahwa Turki dianggap lamban dalam menangangi terorisme di negaranya. Akibatnya, beberapa kantor konsulat Barat di Turki, ditutup untuk beberapa saat karena dinilai nggak aman. (https://www.trtworld.com/europe/t%C3%BCrkiye-warns-of-action-if-western-consulate-closures-continue-65229)
Kalo bisa disimpulkan, ini merupakan aksi boikot atas kepemimpinan Erdogan saat ini yang dinilai mulai menjalin kemesraan dengan Rusia.
Atas situasi ini, maka menteri dalam negeri Turki, Suleyman Soylu bereaksi dengan mengatakan, “Jauhkan tangan kotor (kalian) dari Turki.” (https://www.middleeastmonitor.com/20230204-turkiye-interior-minister-to-us-ambassador-take-your-dirty-hands-off-turkiye/)
Nggak heran setelah munculnya gempa di Turki, ada rumor beredar tentang penggunaan senjata geofisika yang sengaja digunakan AS dalam menghantam Turki.
Meskipun itu bisa-bisa saja dilakukan, namun selaku analis geopolitik saya menganggap hal itu hanyalah rumor yang nggak bisa dibuktikan sama sekali kebenarannya. Silakan anda baca ulasan saya tentang HAARP. (baca disini)
Lalu, bagaimana peluang Erdogan pada pilpres mendatang? Apakah Erdogan bakal tersingkir?
Anda perlu tahu, kalo Erdogan adalah politisi yang sangat matang menghitung kekuatan.
Contoh yang paling sederhana adalah bagaimana dia (melalui partai AKP-nya), memajukan agenda pemilu 1 bulan lebih awal, dari yang semula Juni, menjadi Mei tahun ini. (https://www.reuters.com/world/middle-east/turkish-elections-be-held-may-14-erdogan-2023-01-22/)
Apa alasan dimajukannya agenda tersebut?
Sederhana. Erdogan telah mengkalkulasi bahwa dirinya bakal menang mutlak pada pilpres mendatang. Dengan memajukan agenda, oposisi juga bakal kekurangan momentum untuk menggarap isu yang bisa menyudutkan sang Sultan.
Anda juga perlu tahu, bahwa tanggal 14 Mei (hari pemungutan suara) merupakan tanggal sakral dimana saat itu Ali Adnan Menderes berhasil memenangkan pilpres di Turki di tahun 1950.
Nggak aneh jika Erdogan sengaja menetapkan tanggal 14 Mei 2023 sebagai hari pemilihan, karena ingin mengulang kesuksesan Menderes digelaran pilpres. (https://www.al-monitor.com/originals/2023/01/erdogan-picks-historically-charged-date-may-14-turkeys-crucial-election)
Selanjutnya anda perlu juga tahu bahwa sejak gempa mengguncang Turki, ini digunakan sebaik-baiknya guna meraih dukungan, utamanya pada daerah-daerah terdampak yang selama ini merongrong kepemimpinannya.
Anda pikir, korban gempa mana yang nggak membutuhkan bantuan dari pemerintah Erdogan? (https://www.haaretz.com/middle-east-news/turkey/2023-02-09/ty-article/.premium/erdogan-fights-to-save-his-image-no-less-than-he-fights-to-save-earthquake-victims/00000186-37cf-d80f-abff-7fcfe4010000)
Dan yang terakhir, isu patriotisme pasukan Turki di Suriah dan Yunani, merupakan isu yang ‘seksi’ untuk digarap dalam pilpres mendatang. Tentu saja Erdogan sudah mengantisipasi hal ini. (https://www.iir.cz/what-can-we-expect-from-the-2023-presidential-and-parliamentary-elections-in-turkey)
Berbekal pada paparan tersebut, menurut anda: apakah Erdogan sebagai sang Sultan Ottoman bakal keok digelaran pilpres mendatang?
Silakan anda jawab sambil menggoyang lato-lato yang anda miliki.
Pletak-pletok-pletak-pletok…
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments