Pertemuan Rahasia
Oleh: Ndaru Anugerah
Publik global tengah disibukkan dengan pemberitaan seputar krisis (yang dipaksakan) di Ukraina. Semua mata tertuju disana, tanpa sadar bahwa di tengah skenario yang dimainkan, ‘pion-pion’ sang Ndoro besar malah melakukan pertemuan rahasia.
Pertemuan itu bernama KTT Pemerintahan Dunia 2022 yang berlangsung di Dubai tersebut (28-30 Maret) memang nggak diekspos untuk konsumsi publik. (https://www.cnbc.com/2022/04/03/a-new-world-order-is-emerging-and-the-world-is-not-ready-for-it.html)
Sebaliknya publik dunia malah teralihkan perhatiannya dengan aksi main tampar Will Smith terhadap komedian Chris Rock pada ajang Oscar, yang tentu saja ‘recehan’ untuk dibahas. (https://www.usmagazine.com/celebrity-news/pictures/oscars-2022-celebs-react-to-will-smith-slapping-chris-rock/)
Memangnya, siapa saja yang hadir dan apa agenda yang dibahas disana?
Banyak yang hadir, tentunya, dari mulai jurnalis korporat, kepala negara hingga CEO dari perusahaan paling berpengaruh di kolong jagat. Agenda tentu saja tentang rencana pembentukkan tatanan dunia baru pasca plandemi Kopit.
Sebagai contoh, ada Prof. Klaus Schwab yang menyampaikan intensi jangka panjangnya guna mewujudkan tatanan dunia yang inklusif dan berkelanjutan, yang dibungkus dalam bingkai The Great Narrative.
“Pemerintah harus bertindak secepatnya guna mencapai tujuan ini,” begitu kurleb-nya yang merupakan kode keras bagi banyak kader sekolah Davos untuk bergerak secara serentak. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0our-world-today-why-government-must-act-now-)
Selain Schwab, ada juga Fred Kempe selaku presiden dan CEO Dewan Atlantik yang kasih pidato pada panel yang berbeda. “Apakah kita siap menyambut tatanan dunia baru?” begitu ungkap Kempe. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0are-we-ready-for-a-new-world-order-)
Asal tahu saja, bahwa Dewan Atlantis merupakan think-tank AS yang terhubung ke NATO, dan sudah pasti punya akses ke Military Industrial Complex alias kartel industri perang sang Ndoro. (https://www.activistpost.com/2018/05/facebook-announces-partnership-with-think-tank-connected-to-nato-military-industrial-complex.html)
Dari dua panel itu saja, kita bisa simpulkan bahwa tatanan dunia baru itu bukan program omong kosong, karena memang sudah ada cetak biru-nya.
Lantas, apa lagi panel yang disajikan pada pertemuan ‘rahasia’ tersebut?
Macam-macam, yang semuanya saling terintegrasi dengan rencana induk sang Ndoro besar.
Misalnya ada proyeksi masa depan yang disajikan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres, dalam perspektif multilateral. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0is-our-world-today-our-world-of-tomorrow-)
Ada juga Kaitlyn Sadtler yang nerupakan pakar imunologi dan bio-engineer asal AS yang berbicara seputar rekayasa imunitas masa depan dengan menggunakan Next Generation Technologies. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0re-engineering-immunity-with-next-generation-technologies)
Kita dapat jumpai juga Mohammad Sanusi Barkindo selaku Sekjen OPEC yang berbicara seputar masa depan migas dunia (yang nggak lagi dipakai) saat The Great Zero Carbon dieksekusi. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/annual-gathering/2022/session-detail/a0f3z0oil-and-gas-in-a-net-zero-world)
Apakah konflik Ukraina tidak masuk dalam topik pembicaraan?
Tentu saja iya.
Ambil contoh saat Maxim Timchenko selaku CEO DTEK yang menyampaikan pandangannya tentang bentuk energi baru bagi Eropa ‘baru’, selepas krisis di Ukraina. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0post-crisis-ukraine-new-energy-for-a-new-europe)
Selaras dengan rencana The Great Zero Carbon, pakar-pakar energi dari Dewan Atlantik juga menyampaikan pandangan yang sama tentang upaya mencampakkan gas alam Rusia, utamanya bagi benua Biru. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0getting-off-russian-gas-practical-steps-for-europe)
Apakah gas dari Rusia akan dipakai di Eropa, ke depannya? Itu retorik untuk disampaikan, bukan?
Juga tak ketinggalan, KTT tersebut juga menyinggung program unggulan PBB, Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, yang merupakan bagian dari The Great Reset. (http://www.unglobalcompact.org/take-action/action/private-sustainability-finance)
Apakah investasi masa depan yang berkelanjutan, juga menjadi pokok bahasan pada KTT tersebut?
Sudah pasti. Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola alias (ESG) merupakan prasyarat mutlak bagi para pelaku bisnis dalam mewujudkan ‘surga’ di masa depan. Pada tataran teknis, semua investasi harus merujuk pada aturan ESG yang telah diterapkan BlackRock. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0shaping-future-economies-where-does-esg-go-from-here-)
Dan dua topik lainnya, seakan menegaskan bahwa ke depannya kita akan menggunakan mata uang digital untuk menjalankan industri. (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0the-future-of-blockchain-a-perspective-from-industry-pioneer)
Tentu saja uang digital tersebut tidak dengan bebas bisa digunakan oleh seseorang, karena akan ada regulasi yang diterapkan oleh Central Bank Digital Currency (CBDC). (https://www.worldgovernmentsummit.org/events/2022/session-detail/a0f3z0cbdcs-and-stablecoins-can-they-co-exist-)
Apa yang bisa disimpulkan dari perhelatan tersebut?
Benar adanya jika konflik Ukraina hanyalah dalih untuk menyorong agenda The Great Reset. Itu yang pertama. (baca disini)
Selanjutnya, tatanan dunia baru yang bebas karbon bukanlah wacana, melainkan rencana yang telah disusun matang sebelum dieksekusi oleh para ‘pemangku kepentingan’. Tentu saja dunia yang berkelanjutan dengan kontrol digital, itulah yang akan diwujudkan.
Setidaknya membicarakan agenda sang Ndoro sebelum diterapkan, jauh lebih menarik ketimbang mengulas konflik buatan ala Cebong – Kadrun di Wakanda, bukan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments