Pepesan Kosong


507

Sibuk sekali saya minggu ini. Kerjaan mulai nuntut banyak, akibatnya waktu habis tersita. Boro-boro mau nulis di blog, lha wong ngurus rumah aja masih keteter.

Tapi karenanya banyaknya pertanyaan seputar pilpres 2019, dipaksa untuk menulis. “Tulis analisa dong bro. Biar kita-kita bisa tau skenario apa yang sedang terjadi,” protes seorang teman. Ok lah, menjawab tantangannya, saya sempetin nulis analisa ini dalam keterbatasan waktu yang saya miliki.

Pertanyaan paling dasar: siapa lawan Jokowi di pilpres nanti? Itu sudah saya jawab pada analisa saya sebelumnya (baca disini). Tentang bagaimana skenario disusun, juga sudah saya bahas (baca disini). Menurut saya sudah klir semua.

Eh, masih aja ada yang nanya, “Maksudnya Prabowo ketemu SBY tempo hari, apa? Bukan-kah Prabowo sudah ngurus SKCK buat maju pilpres? Kalo nggak maju, terus ngapain ngurus SKCK segala?” begitu kurang lebih pertanyaannya.

Oke gaes, saya coba jawab.

Untuk memenangkan pilpres, ada tiga faktor yang berperan. Pertama dana politik, kedua dukungan dan branding, dan yang ketiga adalah restu Washington. Kalo satu klausul saja dinegasikan, akibatnya fatal, seperti yang terjadi pada era Jokowi saat ini. Rusuh nasional terjadi dimana-mana.

Dan ini akan menemukan puncaknya, saat pilpres 2019 nanti. Satu simpulannya: Jokowi harus dilengserkan.

Maka jauh-jauh kalo ada analis yang bilang pilpres 2019 akan adem ayem, itu keliru. Too good to be true untuk seorang pakde menang mudah. Akan ada situasi panas, bahkan lebih panas dari pilpres 2014. Itu saya jamin bakal terjadi.

Balik ke pertanyaan, apa maksud Prabowo ketemu SBY?

Pertama untuk rekalkulasi, bahwa benar Prabowo nggak mungkin lagi bertarung. Apa yang bisa diharapkan pada seseorang yang elektabilitasnya sudah impoten?

Singkatnya, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan itu, yang mendukung Om Wowo untuk maju bertarung. “Mending ente mundur daripada malu. Lha bokek kok mau nyapres?” begitu kira-kira ucap Pepo ke Om Wowo.

Kedua, ini yang disebut sebagai pengalihan isu. SKCK dan juga pernyataan elit PKS yang tidak akan mendukung Anies sebagai capres di 2019 adalah hal yang sama. Pengalihan isu. Tujuannya, supaya ada kejutan pada saat pendaftaran capres & cawapres di Agustus nanti.

Ibarat beli DVD bokep di Glodok secara sembunyi-sembunyi. Udah dapet langsung cus. Eh, begitu diputar di rumah, taunya film Doraemon, isinya.

Nah, sama kejadiannya. Orang sudah digiring opininya lewat media, kalo SKCK merupakan sinyal kuat Prabowo untuk maju nyapres. Dan itu yang terjadi. Ditambah pernyataan dari elit PKS dan Gerindra, yang seolah-olah menegasikan capres & cawapres definitif dari kubu Cikeas.

“Simpan rencana utamamu, dan jangan diumbar dimuka publik,” begitu kata seorang konsultan politik ternama di Amrik sana. Inilah jawaban, kenapa paslon Anies-AHY masih terus di-keep hingga last minute. Tujuannya untuk buat kejutan. Sesuatu yang mengejutkan, pasti akan jauh lebih menarik, kan?

Dan siapa aktor intelektual dibelakang semua ini? Pepo dan Opa Jack. Mereka-lah orang dibelakang layarnya. Itulah kenapa Pepo kembali curhat dimuka publik, kalo dirinya sebenarnya mau berkoalisi dengan Jokowi, tapi mama Mega belum bisa move on, alias masih marah dengan dirinya.

Ada upaya yang dibuat oleh Pepo, bahwa seolah-olah dia-lah pihak yang teraniaya dengan kondisi saat ini. Mau berniat baik, kok malah dijegal. Begitu kurang lebihnya.

Mau nggak mau, orang akan mengingat kembali, dengan perlakukan Megawati yang kesal dan akhirnya“mendepak” Pepo dari jajaran kabinetnya, karena main belakang demi syahwat kekuasaan. “Mau nyapres kok nggak ngomong sih?” ucap mama Mega kala itu.

Dan bicara soal playing victim, Pepo mah master-nya.

Terima atau tidak, konsultan politik kubu Cikeas, saya nilai nggak kreatif. Masa tinggal copas kondisi 2004 ke pilpres 2019? Malas amat sih kerja-nya? Padahal konon saya dengar sudah dibayar milyaran?

Dulu: Pepo mundur dari kabinet, terus nyapres dan menang. Masa jaman Now, tinggal di-copas, Anies “dimundurkan dari kabinet”, terus nyapres dan ujungnya menang? What the…

Betewe, di Amrik sana akhirnya diterbitkan dokumen yang isinya keterlibatan Prabowo pada penculikan aktivis di tahun 1998. Seolah yang ada “disana” mau memberikan sinyal kuat kalo pencapresan Om Wowo tak lebih hanyalah pepesan kosong semata.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!