Lobby Los Angeles


510

Pertanyaan kolega saya, jujur sangat menggelitik. Sederhana: siapa lawan Jokowi di 2019 nanti? Saya sangat ingin mengulasnya, tapi karena kesibukkan, baru sekarang sempat saya tuliskan.

Apa yang diperlukan untuk memenangkan kontestasi pilpres?

Ada 3 hal. Pertama dana politik. Kedua, dukungan dan branding. Tanpa adanya dana nyapres, siap-siap aja seorang bakalan ke laut, mengingat dana yang dibutuhkan sekitar 6-7 trilyun rupiah. Angka yang fantastik. Selain itu, dukungan dari parpol, ormas dan juga branding (pencitraan) merupakan faktor yang tak kalah penting.

Kedua faktor di atas, akan diulas lain waktu. Tapi yang saya mau ulas kali ini adalah faktor ketiga, yaitu restu Washington.

Menarik apa yang dikatakan Taufik Kiemas semasa hidupnya. Alkisah, pada kwartal ke-3 di tahun 2001, beliau sudah diberitahu seseorang bahwa AS tidak akan mendukung Megawati sebagai presiden RI pada pemilu 2004. Kebayang gak, 3 tahun sebelum pilpres 2004, tapi hasilnya sudah diketahui. Emejing!!

Ceritanya begini, saat berkunjung ke negeri Paman Sam, tepatnya di New York, seseorang mendekati TK dan memperkenalkan diri sebagai calon dubes AS untuk Indonesia. Dia-lah Ralph Boyce. RB meminta TK untuk melakukan pertemuan di LA , yang jaraknya sekitar 5 jam penerbangan dari New York. Cukup jauh memang.

Didukung rasa penasaran pada apa yang akan dibicarakan, TK pun langsung cus ke LA. Pertemuan 4 mata pun berlangsung singkat, point-nya hanya 1: Washington tidak akan mendukung Megawati dalam Pilpres 2004. “Kalo mau dipaksa ya silakan, tapi well akan sia-sia…”

Dan hasil pilpres 2004 telah kita ketahui bersama, dimana mantan menteri bu Mega-lah yang akhirnya memenangkan kontestasi pilpres. Padahal partai masih baru, dana belum nyapres mumpuni, apalagi dukungan politik yang belum gabluk. Toh hasil lobby di LA 3 tahun sebelumnya telah menemukan jawabannya.

Dengan keterangan tersebut, siapa lawan Jokowi di 2019, terjawab sudah.

Siapa yang terbang ke LA hari-hari belakangan ini? Coba ketik di mbah google, dan jawabannya cuma 1, Anies Baswedan. AB adalah jawaban atas pertanyaan siapa penantang Jokowi di 2019. Apalagi background-pendidikannya juga mendukung, jebolan Amrik. Klop-sudah…

Orang boleh mencibir dengan prestasi sang Gabener yang “berhasil” ngocak-acik DKI, orang silakan gak suka dengan gaya ngomongnya yang retoris, tapi toh dia-lah yang akan diusung sebagai penantang Jokowi, kelak.

“Tapi bang, syarat 1 dan syarat 2, bagaimana? Toh kita tahu bersama kalo AB bukan orang parpol seperti SBY sehingga tidak ada basis pendukungnya, selain dana politik yang tidak dimilikinya?” begitu pertanyaan temanku.

“Begini yah”, balasku. “Kalo restu dari Washington sudah didapat, maka langkah apapun akan bisa dilaksanakan. Yang paling gampang, gimana bisa hasil 2004 kok bisa dijawab pada 2001? Apalagi sekedar dukungan parpol dan juga dana nyapres.” “Tapi oke-lah, saya akan jawab pertanyaan itu dilain tulisan,” kataku menenangkan.

Saya menuliskan analisa ini sebagai bentuk kepedulian saya pada sosok Jokowi. Pemimpin yang baik, layak dapat dukungan rakyat. Apa yang telah dilakukannya, jangan sampai sia-sia, seperti kasus Ahok di pilkada DKI.

Dan di Malaysia, Najib sudah “digulingkan”, walaupun kita tahu dia korup-nya seperti apa. Beda tipe dengan Pakde yang jujur bekerja buat rakyatnya. Tapi point-nya tetap sama, keduanya mendukung proyek OBOR.

Semoga analisa ini dapat dijadikan” kado” mawas diri ini dan jadi bahan refleksi kita bersama.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!